AGAIN || RETAK.
.
.[Hati yang sepenuhnya percaya dalam sekejap dihancurkan oleh fakta tak terduga sehingga membuat luka lama yang telah menutup kembali menganga.]
[Copyright, 12 Agustus 2021]
.
.
.ACARA yang seharusnya dipenuhi oleh kebahagiaan kini berubah suasana. Tak ada satupun yang mengira bahwa pertemuan antara Alifya dan Agni rupanya memiliki ikatan yang sama dengan satu orang. Keheningan tercipta, membawa gelombang perasaan campur aduk yang siapa saja dapat merasakannya. Guncangan kuat akibat fakta yang tak terduga dan sulit untuk dipercaya secara perlahan menimbulkan tanda tanya besar di kepala.
Isak tangis Agni yang terus menggumam tak rela manjadi satu-satunya suara, diiringi dengan tatapan penuh tuntutan sebuah jawaban dari Alifya pada sang Papa yang kini memalingkan muka.
Termenung, perempuan yang dulu di buang oleh Papanya karena sebuah keadaan itu melepas lingkaran tangan Rio di pinggangnya, menepis pelan tangan laki-laki itu yang bertengger di bahunya. Gontai, ia melangkah lemah mendekati sang Papa yang sedang menarik napas lalu membuangnya dengan raut tak terbaca.
"A-adik? K-kakak? Apa Papa bisa menjelaskannya?" tanya Alifya menatap lekat sang Papa yang kini memejamkan mata.
"B-bagaimana mungkin ... Ify bisa memiliki saudara sementara yang Ify tahu selama ini adalah ..." Alifya tak dapat melanjutkan kata-katanya, terlalu berat sehingga kosa kata yang telah terangkai tercekat begitu saja di tenggorokan.
"Ify adalah anak tunggal." Alifya melanjutkan setelah berhasil mendapatkan kembali suaranya dengan pandangan mata buram akibat genangan air mata.
"Ify anak satu-satunya, Papa." Jelas perempuan itu yang seketika membuat Agni berjalan ke arahnya lalu melayangkan satu tamparan kemudian mendorongnya kasar hingga jatuh tersungkur ke lantai.
"Jangan sembarangan, lo! Anak Ayah itu cuma gue! Gue satu-satunya anak Ayah!" hardik Agni menunjuk Alifya dengan binar penuh kebencian.
"Agni!" tegur Rio lalu menarik kekasihnya itu, mencengkeram lengan si empunya yang kini meringis kesakitan.
"Apa sih, Yo?!" sentak Agni mengibaskan lengannya agar cengkeraman Rio terlepas.
"Kamu apa-apaan, sih?! Pakai dorong Alifya segala!?" kata Rio menatap tajam Agni yang memandangnya tak percaya.
"Kamu belain dia? Kamu bela cewek jalang ini dari pada aku?!"
"Agni!" seru Rio dan Frans berbarengan dengan wajah menahan marah.
"Apa?! Benar, 'kan?! Dia itu cuma jalang, Rio!" Agni mengabaikan seruan dua laki-laki beda umur itu lalu menyentak keras tangan Rio hingga cengkeraman kekasihnya itu terlepas.
"Agni, bicara apa kamu ini? Begitukah caramu berbicara pada adikmu?!" marah Frans mencoba untuk tetap mengontrol emosinya, menatap sang anak dengan tatapan menyala.
"Aku enggak punya adik, Yah! Sampai kapanpun aku enggak akan pernah mengakui jalang ini sebagai adikku!"
Plak!
Semua orang yang sejak tadi memperhatikan dalam diam dibuat terperangah saat Rio tiba-tiba mengayunkan tangannya, memberi sebuah tamparan pada Agni yang kini tercengang sesaat setelah gadis itu berteriak-menolak pernyataan Frans yang mengatakan bahwa Alifya adalah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍
RomanceKetika ego kembali menyatukan retaknya hati yang hancur berserakan, menyembuhkan luka menganga, membalut duka lara, mengisi kekosongan jiwa, menumbuhkan lagi rasa cinta, dapatkah ia percaya bahwa serpihan-serpihan hidupnya yang telah lama mati akhir...