69. BADAI

204 42 55
                                    


AGAIN || BADAI

.
.
.

[Mencari titik terang dalam suatu permasalahan memanglah tak mudah, namun adalah sedikit kisi-kisi untuk menemukan sebuah jawaban.]

[Copyright, 20 September 2021]

.
.
.

MEMIKIRKAN kembali apa yang harus dilakukan untuk menepis segala macam praduga juga prasangka untuk melarutkan tuduhan yang ada, Rio yang sudah lelah berpikir akhirnya memutuskan untuk membiarkan skandal perselingkuhannya menguak.

Tak ada sedikitpun niat baginya untuk mengklarifikasi permasalahan itu sebab, semakin banyak ia berkata tentu bagi mereka yang sudah percaya tak akan bisa dengan mudah menerimanya. Toh, mau dibiarkan ataupun dilenyapkan hasil tetap sama, ia dan Alifya sudah tak bisa lagi dipisah meski pada akhirnya ia berlabuh pada tunangannya, Agni.

"Rio!" panggilan sederhana dari Agni yang saat ini masih berada di rumahnya membuyarkan lamunan Rio yang sedang menikmati kesendirian di balkon kamarnya.

Sentuhan ringan serta pelukan hangat gadis itu yang mendekap tubuhnya dari belakang mendamaikan hatinya. Ia meraih tangan Agni yang melingkar di perutnya lalu menggenggamnya.

"Aku baru tahu kalo kamu bisa senekat ini sampai-sampai aku enggak bisa berkata-kata," ucap Rio lebih dulu. Memecah keheningan setelah beberapa menit melanda keduanya.

"Karena aku cinta sama kamu. Jadi, aku bakal lakuin apapun buat pertahanin kamu." Agni menyahut, menumpu dagu di pundak lebar Rio yang terkekeh ringan.

"Tanpa peduli kalo dia adalah adikmu, eh?" tanya laki-laki itu yang seketika membuat Agni mendengus kesal.

"Aku enggak pernah anggap dia adik, tuh." Agni menolak keras status antara dirinya dan Alifya yang merupakan saudara kandung.

"Padahal kalian mempunyai Ayah yang sama," gumam Rio nyaris tak terdengar.

Agni masa bodoh. Ia tetap menyandarkan dirinya di tubuh Rio, menyamankan posisi agar kehangatan yang jarang ia rasakan dari laki-laki itu tak lagi terbagi.

"Rio," panggil Agni bergumam pelan yang dibalas deheman ringan oleh Rio. "Pilih aku atau Alifya?"

Rio tak segera menjawab. Laki-laki itu bergeming untuk beberapa saat.

"Kalo kamu pilih aku, dalam waktu kurang dari sebulan kamu udah harus nikahin aku tapi, kalo kamu pilih Alifya maka jangan pernah berpikir lagi buat kita saling kenal."

Rio tetap bergeming. Pilihan yang sulit, batinnya berujar.

"Di hati kamu, sebenarnya kamu cintanya sama siapa? Aku atau Alifya?"

Kalian berdua, jawab Rio dalam hati.

"Diantara aku dan Alifya, siapa yang akan kamu pilih?"

Kalau bisa, aku ingin memiliki kalian berdua. Lagi, Rio menjawab dalam hati.

"Jangan serakah, Yo." Agni berbisik, Rio tertegun mendengarnya.

"Kamu enggak mungkin memiliki kami berdua karena sejatinya, enggak ada satupun wanita di dunia ini mau berbagi cinta dengan wanita lain dari satu laki-laki yang sama."

Ah, benar juga. Rio membatin, sama sekali tak menampik ucapan Agni yang memang ada benarnya.

"Kamu yang minta aku buat cinta sama kamu. Kamu yang memaksa aku buat nerima kamu. Kamu yang menahan aku buat terus sama kamu. Kamu yang bikin aku enggak bisa pergi ninggalin kamu jadi, sudah sewajarnya kalo aku egois buat memiliki kamu seorang diri. Rio, aku enggak suka berbagi. Sekalipun itu dengan adikku sendiri." Agni melepas pelukannya, membalikkan badan Rio secara perlahan lalu menangkup wajah laki-laki itu ketika sudah menghadapnya dengan tatapan sulit diartikan.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang