AGAIN || BUKAN INGINKU.
.
.[Kadang menutup sesuatu dengan rapat-rapat perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menghancurkan.]
[Copyright, 11 Oktober 2021]
.
.
.MALAM dingin yang begitu mencekam, deburan ombak yang menghantam tajam pada batu karang terasa begitu mengerikan. Awan mendung tanpa sedikitpun bintang juga rembulan seolah menambah rasa takut pada dua anak kecil yang kini berada di ujung tebing batu karang dengan kedua tangan saling menggenggam. Menatap dengan sorot berbeda pada seseorang yang tengah menyeringai.
“E-El ...“ lirih Eli berbisik memanggil El yang melirik sekilas padanya melalui ekor mata.
Eli takut. Sungguh.
“El ...“ panggilnya lagi saat El hanya diam sembari menatap ke arah seseorang dengan pandangan penuh amarah.
“Berhenti menatapku begitu, bocah! Lebih baik sekarang kalian menurut atau kalian mati tenggelam di tengah laut.“ Ucapan bernada datar itu seketika membuat El menggeram.
“Apa? Kenapa kau bereaksi seperti itu? Apa kau lebih memilih untuk kulempar ke sana?!“ tunjuk seseorang itu ke tengah lautan.
Menatap sinis pada El yang semakin mengeratkan genggamannya pada Eli yang mencengkeram lengannya.
“Sudah pintar membangkang sekarang kau masih tidak mau menurut padaku?“ Laki-laki itu mendekat, membuat El secara refleks melangkah mundur diikuti Eli yang meringkuk takut.
“Kau ... hanyalah bocah sial yang seharusnya sudah dilenyapkan!“ desisnya mencengkeram kuat wajah El setibanya ia di hadapan El yang meringis pelan.
“Anak sempurna keluarga Haling, eh?“ tanyanya meremehkan, menatap cemooh pada El yang hanya diam saja.
“Sepertinya akan menyenangkan kalau anak sempurna ini dibuat cacat,“ seringai keji itu seketika membuat El tersentak.
“Kau—“ El menelan paksa kata-katanya yang baru saja hendak keluar kala tangan besar seseorang itu mendarat di lehernya. Mencekik kuat dirinya yang kini mulai kehabisan napas.
“Fisikmu memang akan tetap dibiarkan sempurna tapi, jiwamu dan seluruh bagian tubuhmu akan aku buat hancur. Bukankah, seorang Haling itu bisa melakukan apa saja untuk melindungi hal berharga dalam hidupnya? Jadi, apa yang akan kau lakukan jika aku menyentuh anak ini, eh?“ Laki-laki itu melirik Eli dengan pandangan kotor, penuh nafsu dan rasa ingin mencicipi setiap inci tubuh kecilnya yang mungkin akan terasa nikmat ketika ia menyetubuhinya.
El yang sadar akan tatapan orang yang mencekiknya tentu tak tinggal diam. Ia memberontak, mencoba untuk melepas cekikan laki-laki itu yang kini menjulurkan satu tangannya pada Eli yang ketakutan.
“E-El ...“ gumam Eli dengan seluruh tubuh bergetar, menatap El yang masih berusaha melepaskan diri.
“L-lepas!“ ucap El susah payah, mendelik tajam pada sosok paedofilia itu agar tidak menyentuh Eli.
“Kenapa? Bukankah gadis kecil ini satu-satunya yang belum aku cicipi? Sepertinya akan sangat menyenangkan kalau aku mencicipinya tepat di depan matamu.“
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍
RomanceKetika ego kembali menyatukan retaknya hati yang hancur berserakan, menyembuhkan luka menganga, membalut duka lara, mengisi kekosongan jiwa, menumbuhkan lagi rasa cinta, dapatkah ia percaya bahwa serpihan-serpihan hidupnya yang telah lama mati akhir...