07. KEPINGAN BERDURI

694 61 46
                                    


AGAIN || KEPINGAN BERDURI

.
.
.

|Tak ada kata yang terucap, tatap mata melompong kosong. Sanubari jiwa direnggut, meninggalkan raga yang tertatih menahan perih.|

[Copyright, 01 Januari 2021]

.
.
.

PAGI yang mencekam. Mungkin itulah yang cocok untuk menggambarkan bagaimana suasana di rumah Ify saat ini. Hawa dingin yang berasal dari sang Papa yang tengah menatap tajam ke arahnya begitu membekukan.

Tatapan penuh kekecewaan namun sarat akan kebencian terpancar dari manik karamel sang Mama yang berdiri tak jauh darinya yang kini tersungkur di lantai akibat dorongan kuat sang Papa, tepat setelah ia memberikan tes pack yang dipegangnya dan menjelaskan secara singkat kronologi yang menimpanya beberapa minggu lalu hingga menyebabkan dirinya hamil.

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI! BEGINIKAH CARAMU MEMBALAS BUDI KEPADA ORANG TUAMU, HAH?! DASAR ANAK TIDAK TAHU TERIMA KASIH!" Frans yang merasa terluka meluapkan kemurkaannya. Tes pack di tangannya ia lempar kuat hingga membentur dinding dan terbelah menjadi dua. Menatap tak percaya putrinya yang telah mengkhianati kepercayaannya.

"DIMANA OTAKMU! TAK BISAKAH KAMU BERPIKIR UNTUK MENJAGA DIRIMU SENDIRI DENGAN BAIK, HAH?!"

"LIHAT! LIHAT SEKARANG?! LIHATLAH DIRIMU INI! TIDAK LEBIH DARI SEORANG PELACUR!"

"MEMALUKAN!"

"MENJIJIKKAN!"

Ify bergeming, kedua tangannya terkepal erat. Pandangannya kosong, telinganya seakan ditusuk ribuan jarum saat bentakan demi bentakan keras nan tajam dari sang Papa menyapa gendang telinganya. Habis sudah riyawatnya yang sejak tadi ia takutkan. Dan ya, ini memang sudah menjadi konsekuensinya ketika ia memutuskan untuk memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia sekarang sedang hamil.

"KAMU BENAR-BENAR SUDAH MELEMPAR KOTORAN KE WAJAH SAYA, IFY!" Frans menunjuk wajahnya sendiri, tatapan matanya yang tajam sedikit pun tak berkurang. Dadanya yang kembang kempis menjelaskan dengan jelas betapa sesaknya ia saat tahu bahwa putri kecil yang selama 17 tahun ini dijaga sepenuh hati tiba-tiba menabur duri dan bara api.

"MAU DITARUH DIMANA MUKA SAYA JIKA SEMUA ORANG TAHU KALAU KAMU SEKARANG HAMIL DI LUAR NIKAH!?" Frans hilang kendali, ia sudah gelap mata oleh rasa malu. Perasaan tak terima begitu membumbung tinggi hingga membuatnya lupa bahwa putrinya ini tidak bisa dibentak, diteriaki atau dikasari karena psikisnya yang lemah dan lembut bagaikan sutra serta hatinya yang mudah retak seperti kaca.

"KAMU BUKAN ANAK, SAYA!"

Deg!

"SAYA TIDAK PERNAH MERASA TELAH MENDIDIK ANAK SAYA UNTUK MENJADI JALANG."

Jleb!

"LEBIH BAIK SEKARANG KAMU PERGI DARI RUMAH INI! PERGI DAN JANGAN PERNAH MENAMPAKKAN WAJAHMU LAGI DI HADAPAN SAYA! MULAI HARI INI, KAMU BUKAN LAGI ANAK SAYA KARENA BAGI SAYA, FRALIFY ARLETTE UMARI SUDAH MATI. DAN SAYA, TIDAK PERNAH PUNYA ANAK MENJIJIKKAN SEPERTI KAMU!"

Ify mematung. Entah bagaimana hancurnya ia saat ini ketika mendengar ucapan kejam Papanya yang kini sudah tak mau mengakuinya lagi sebagai anak. Bahkan, laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu telah menganggapnya mati.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang