96. LIBURAN

295 45 105
                                    


AGAIN || LIBURAN

.
.
.

[Terkadang pergi ke tempat sepi dapat membuat perasaan penat menjadi lebih baik dan beban berat sedikit terangkat.]

[Copyright, 10 Oktober 2021]

.
.
.

ALIFYA mengerjapkan matanya perlahan, mencoba membiasakan silau mentari yang menyusup masuk melalui celah jendelanya hingga kamarnya yang gelap mendapat pencahayaan. Ia menggeliat pelan, sedikit tersentak saat merasa tubuhnya terkunci oleh sesuatu.

Ia menoleh dan seketika tertegun saat mendapati wajah damai Rio berada tepat di depannya. Menatap bagaimana terlelapnya Rio hingga membuatnya tanpa sadar menahan napas kala hembusan lembut laki-laki itu menerpa wajahnya.

Memandang lekat garis wajah Rio yang tidur sambil memeluknya, ia memperhatikan dengan jeli setiap inci wajah laki-laki itu yang sama persis dengan Aguero.

Ragu, ia mengangkat tangannya lalu mengulurkan ke arah Rio. Jari telunjuknya menyentuh pelan alis simetris Rio yang ditumbuhi bulu hitam lebat, terlihat sempurna dengan garis rahang tegas, hidung mancung serta sepasang bibir tipis namun penuh.

Merapikan helaian rambutnya yang berjatuhan, Alifya menghentikan gerakan tangannya kala gumaman samar Rio terdengar. Laki-laki itu menggeliat, menariknya lebih dekat sehingga membuat ia kembali menahan napas dengan tubuh membeku kala keningnya menyentuh bibir Rio yang sepertinya laki-laki itu sengaja melakukannya.

“Kamu sudah bangun, sayang?“ tanya Rio masih dengan mata tertutup setelah menjauhkan bibirnya dari kening Alifya yang kini mengerjap lucu.

“E-Elderio ... A-anda,“ Alifya tak bisa meneruskan kata-katanya yang seolah menguap begitu saja.

Rio berdehem pelan, membuka sedikit sebelah matanya—mengintip Alifya yang nampak terkejut.

“Alifya?“ panggil Rio seraya mengubah posisinya menjadi di atas Alifya yang secara refleks meringkuk takut.

“Hari ini kamu libur, ’kan?“ tanya Rio menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Alifya ke belakang telinga.

Alifya mengangguk kaku, menatap Rio yang tersenyum kecil.

“Ke pantai, yuk?“ ajak Rio yang seketika membuat Alifya mengernyit.

“Ke pantai?“ tanya perempuan itu heran.

“Iya,“ Rio mengangguk lucu. “Kita berdua,“ ucapnya tersenyum manis.

“Maksud Anda berdua?“

“Ya ... aku dan kamu,“ kata Rio dengan wajah tanpa dosa.

“Lalu Aguero?“ Alifya menatap tepat di manik Rio yang kini menatapnya teduh.

“Hanya kita berdua, sayang.“ Jelas Rio yang membuat Alifya terdiam.

“T-tapi—“

“Aku ingin menikmati waktu berdua doang, sama kamu.“ Rio tersenyum lembut, membingkai wajah Alifya dengan sebelah tangannya lalu bangun dari tidurannya.

“Ayo!“ ajak Rio yang kini mulai beranjak turun dari tempat tidur.

“Kamu mandi dulu saja, sana. Aku akan menyiapkan sarapan dan perbekalan kita ke pantai nanti,“ ujar Rio sambil lalu, meninggalkan Alifya seorang diri yang kini menatapnya dengan tatapan cengo.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang