AGAIN || YANG TERSISA.
.
.|Tak ada lagi senyum, tak ada lagi tawa. Semuanya telah lenyap, terkubur dalam gelapnya duka lara.|
[Copyright, 28 Desember 2020]
.
.
.PEMANDANGAN cantik nan indah dari terpaan gradasi langit hitam yang perlahan menyembulkan sinar jingga dibalik celah dua gunung Salak dan gunung Gede Pangrango terlihat begitu memukau, mengundang decak kagum dari para murid kelas XI Arsenal Academy yang sejak pukul 5 subuh tadi sudah berburu spot terbaik untuk mengabadikan momen dengan berfoto ria. Menikmati sunrise dengan orang-orang tercinta dan berharga sebagai bukti kenangan terindah untuk di kenang bersama suatu saat nanti.
"Fy, liat!" tunjuk Via ke arah terbitnya matahari yang secara perlahan menunjukkan dirinya. "Gue juga bilang apa, di sini emang spot yang paling bagus buat nikmatin sunrise." Ucapnya bangga yang membuat Shilla mendengus dan Ify yang hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Ya udah, kalo gitu lo fotoin gue sama Ify, dong." Kata Shilla dengan seenaknya menyuruh Via sembari menyerahkan DSLR-nya ke tangan gadis chubby itu.
"Ih, enak aja! Gue juga mau foto bareng sama Ify." Protes Via mendorong kembali kamera Shilla yang masih tersodor di depannya.
"Kan bisa gantian. Sekarang gue duluan, baru lo. Nanti gue fotoin." Ucap Shilla sembari menaruh paksa kameranya di tangan Via lalu menarik Ify tanpa mempedulikan ekspresi cemberut gadis chubby itu.
"Nggak adil!" seru Via menghentak kakinya dengan perasaan kesal.
"Adil, Via. Udah cepetan!" balas Shilla yang kini mulai berpose, mengalungkan kedua tangannya di tubuh Ify—memeluk sahabatnya dengan penuh suka cita. Tak menyadari raut berbeda Ify yang nampak tak bersemangat meski bibir menyunggingkan senyum.
"Awas ya, lo, kalo sampe kabur pas selesai gue foto." Ancam Via sembari menyiapkan kamera untuk memfoto kedua sahabatnya.
"Ganti gaya!" seru Via yang mulai menikmati profesi dadakannya sebagai fotografer, ia membidik objek di depannya dengan lensa kamera sebelum akhirnya mengabadikannya dalam sebuah potret. Untuk beberapa saat, ia terhanyut dalam kegiatannya tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata mengawasi gerak-geriknya dan secara diam-diam memotretnya dengan kamera di ponselnya.
"Udah! Gantian!" seru Via akhirnya sembari berjalan mendekati Shilla dan Ify. Dengan tak sabar ia menyodorkan kamera di tangannya pada si empunya yang membuat Shilla memutar kedua bola matanya.
"Nggak sabaran banget sih, lo." Gerutu Shilla seraya berjalan ke tempat Via berdiri tadi.
"Bodo–wle!" Via menjulurkan lidahnya meledek dan dengan penuh keceriaan ia memeluk Ify yang sukses membuat gadis berambut cepol itu meringis saat lehernya tak sengaja tercekik.
"Pelan-pelan, Vi." Tegur Ify yang dibalas cengiran khas dari gadis chubby itu.
"Hehe, maaf," kata Via dengan wajah polosnya. Ify menggeleng pelan lalu mulai berpose—menunjukkan sedikit ekspresi meski terpaksa—saat Shilla memberi instruksi agar keduanya bersiap untuk di foto.
Ketiga gadis itu pun sibuk berfoto, saling berganti pose atau sekedar bergantian satu sama lain. Entah itu masing-masing berdua atau sendiri-sendiri, ketiganya menikmati waktu liburan dengan perasaan bahagia luar biasa—kecuali Ify yang sebenarnya hanya memaksakan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍
RomanceKetika ego kembali menyatukan retaknya hati yang hancur berserakan, menyembuhkan luka menganga, membalut duka lara, mengisi kekosongan jiwa, menumbuhkan lagi rasa cinta, dapatkah ia percaya bahwa serpihan-serpihan hidupnya yang telah lama mati akhir...