94. TAK SEHARUSNYA

315 53 202
                                    


AGAIN || TAK SEHARUSNYA

.
.
.

[Semakin lama semakin terasa jika keraguan dalam hati terkikis seiring berjalannya waktu.]

[Copyright, 08 Oktober 2021]

.
.
.

MASIH dengan Rio yang bermain dengan Aguero, kini keduanya sudah keluar dari ruang rapat dan sedang berjalan menuju kafetaria diikuti Alifya di belakangnya. Bukan hanya Alifya. Cakka, Agni dan Angel pun ikut serta sedang Ezries, Cale, Aljir, Evelyn juga Ansen memilih untuk undur diri karena masih ada pekerjaan lain yang menunggu.

Setibanya di kafetaria, di salah satu pojokan terlihat Shilla, Alvin dan Ray tengah mengobrol setelah acara lamaran mendadak Alvin yang sempat menghebohkan penghuni kantin. Ketiga orang itu melambaikan tangan saat tak sengaja melihat Rio dan yang lainnya berjalan ke arah mereka.

“Masih hidup lo?“ cetus Shilla setibanya Rio di meja yang ia tempati. “Kirain udah mati,“ ceplosnya blak-blakan.

Alvin yang duduk di sebelahnya mencubit pelan lengan Shilla yang membuat si empunya meringis.

“Apa, sih?“ kesal gadis itu melirik Alvin yang menghela napas.

“Rio lagi sakit,“ bisik Alvin yang dibalas kernyitan bingung oleh Shilla. “Jangan digangguin.“

“Sakit apaan? Dia sehat-sehat aja, tuh!“ balas Shilla dengan suara yang cukup keras.

Alvin memejamkan mata seraya menunduk dengan tangan memijit pangkal hidung, bingung hendak mengatakan pada kekasihnya kalau Rio bukanlah sakit biasa. Tak mempedulikan Alvin yang terlihat sedang memikirkan sesuatu, Shilla dengan senyum cerahnya mencondongkan sedikit tubuhnya pada Rio yang duduk tepat di bersebrangan dengannya.

“Rio! Liat,“ kata Shilla memamerkan jari manisnya pada Rio yang mengernyit.

Laki-laki itu meraih tangan Shilla lalu dengan teliti mengamati cincin berlian yang tersemat di jemari manis gadis di hadapannya.

“Dapet dari mana? Nyolong, ya?“ tuduh Rio yang membuat Shilla menarik tangannya.

“Enak aja! Bukanlah,“ tangkas Shilla mengusap batu berlian yang berkilauan itu.

“Habis dilamar dia,“ ucap Ray menggedikkan bahunya ke arah Alvin.

Rio membulatkan bibirnya lalu dengan kerlingan jahil menatap Shilla. “Emangnya ada cowok yang mau lamar cewek urakan kayak, lo?“ candanya meledek.

“Heh!“ Shilla mendelik, melotot galak ke arah Rio yang masih memasang wajah jahil.

“Beli sendiri kali, lo. Biar dikata habis dilamar,“ seloroh Rio memancing keributan.

“Sembarang, lo!“ sembur Shilla tak terima.

Alvin yang melihat itu terkekeh pelan, menggeleng heran hingga tatapannya jatuh pada Cakka, Agni dan Angel yang saling diam-diaman. Sebelah alisnya terangkat, tak sengaja matanya melirik ke arah Alifya yang sedang memberi nasehat pada Aguero untuk duduk tenang di samping Rio.

“Alifya?“ panggil Alvin yang seketika membuat Alifya menoleh padanya.

“Iya?“ sahut Alifya menatap Alvin dengan pandangan penuh tanya.

“Bagaimana kabarmu?“ tanya Alvin.

Alifya mengerutkan kening, bingung. “Aku ... baik,“ jawabnya setengah ragu.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang