56. TAK SADAR MERASA

385 57 248
                                    


AGAIN || TAK SADAR MERASA

.
.
.

[Awal yang kukira akan baik-baik saja, ternyata salah. Aku terlalu percaya sehingga akhirnya aku tak sadar telah mengukir rasa untuknya.]

[Copyright, 08 Agustus 2021]

.
.
.

ALIFYA yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa dibuat terkejut saat mendengar suara pintu apartemennya yang digedor dengan begitu kencang dan keras. Untung saja, Aguero malam ini sedang menginap di rumah Ansen sepulangnya mereka makan malam tadi. Jadi ia tak perlu khawatir anaknya akan merasa ketakutan karena gedoran itu.

Tak ingin terus membiarkan seseorang di luar sana menggedor-gedor pintunya yang mungkin saja bisa menganggu penghuni apartemen lainnya, ia pun beranjak. Meski terpaksa namun, demi kenyamanan bersama ia tetap berjalan ke arah pintu.

Ceklek!

Bruk!

Grep!

Baru saja Alifya membuka pintu, hendak berbicara tiba-tiba tubuh tegap milik seseorang menubruknya lalu memeluk erat tubuhnya. Ia menegang, otaknya seketika blank di tambah dengan semilir aroma kayu-kayuan serta rempah-rempah yang begitu khas menyeruak masuk memenuhi indera penciumannya.

"E-Elder-" ucapan Alifya terhenti begitu saja saat merasakan bibir lembut seseorang itu bergerilya di lehernya, kedua matanya membulat dan tanpa membuang waktu ia mendorong kuat tubuh orang yang dengan seenaknya memeluk serta menciumnya hingga orang itu terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Apa-apaan, ini?!" marah Alifya mengusap kasar lehernya yang kini nampak memerah setelah pelukan Rio terlepas. Ia menutup hidungnya saat aroma alkohol dan rokok tercium, menatap Rio yang saat ini nampak sempoyongan dengan mata melotot. Meneliti penampilan Rio yang terlihat begitu berantakan.

"Anda mabuk?!" kagetnya tak percaya.

"Alifya," Rio bergumam. Menatap Alifya sembari berjalan mendekat dengan kesadaran yang kian menipis akibat pengaruh alkohol.

Melihat Rio yang mendekatinya, sontak hal itu membuat Alifya berjalan mundur. Ia menelan ludah, takut. Tak ingin kejadian yang tak diinginkan terjadi, ia pun masuk lalu menutup pintu apartemennya yang justru langsung ditahan oleh tangan Rio.

"Kenapa kamu menghindar, hem? Aku ada salah?" tanya laki-laki itu menatap sendu Alifya yang kini mulai ketakutan.

"A-anda ... mabuk. L-lebih baik ... Anda jangan dekat-dekat dengan saya," kata Alifya menjawab pertanyaan Rio sembari mendorong pintu, berusaha untuk menutupnya.

"Aku enggak mabuk, Alifya." Rio terkekeh yang justru membuat Alifya semakin yakin bahwa laki-laki yang sedang menahan pintu apartemennya ini sudah terlalu mabuk dan akhirnya menjadi gila.

"Anda mabuk! Lebih baik sekarang Anda pergi!" usir Alifya mendorong kuat pintu apartemennya.

Bugh!

Alifya terlonjak saat Rio tiba-tiba dengan keras memukul dinding di samping pintu, kedua mata laki-laki itu memerah. Menatap tajam dirinya penuh intimidasi.

"Bisa dengar aku dulu, eh? Berhenti mengusirku, Alifya." Rio mendesis. Menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya sehingga membuat Alifya menciut seketika.

"Kenapa?" tanya Rio mendorong pelan pintu saat si empunya tak lagi menahannya. "Kenapa kamu lakuin ini ke aku, Alifya? Kenapa, hah?"

Alifya mengernyit, tak mengerti dengan arah pembicaraan Rio. Apalagi saat melihat laki-laki itu yang kini menunduk disertai kekehan pelan yang lama kelamaan terdengar keras.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang