AGAIN || KEDATANGANNYA.
.
.[Siapa bilang, menunggu itu membosankan? Terkadang sesuatu hal yang membahagiakan tak kan pernah membuat hati lelah untuk menanti.]
[Copyright, 01 Agustus 2021]
.
.
.SESAAT setelah Rio pergi, Shilla dan Via dengan cepat mendekat ke arah Alifya yang masih menunduk sembari menutup wajah menggunakan sebelah tangan. Kedua sahabat itu berdiri mengapit Alifya dengan tatapan penuh selidik.
"Ada hubungan apa lo sama Rio?" tanya Shilla curiga, memincingkan matanya menatap Alifya yang kini mengangkat kepalanya.
"Apa?" tanya balik Alifya dengan kerutan di dahinya.
"Kayaknya lo deket banget sama Rio," Via melipat kedua tangannya, mencondongkan tubuhnya pada Alifya hingga wajahnya berada dekat dengan Alifya yang secara refleks memundurkan kepala.
"Kalian kenapa, sih?" risih Alifya memandang Shilla dan Via bergantian.
"Lo pacaran sama, Rio?" tembak Shilla yang seketika membuat Alifya melotot.
"Hah?! Enggak!" Alifya menggeleng kuat.
"Enggak? Tapi, kenapa lo bisa sedeket itu sama Rio?" Via mencibir.
"Enggak dekat, kok." Alifya mengelak.
"Masa?" Shilla dan Via tak percaya, sedang Alifya menganggukkan kepala. Berusaha meyakinkan kedua sahabatnya.
"Lo masih inget 'kan, sama apa yang udah kita bilang soal Rio?" kata Via yang dibalas anggukan oleh Alifya.
"Jaga jarak. Sejauh mungkin." Shilla menambahkan.
"Pokoknya, lo enggak boleh terlibat cinta sama Rio. Inget, dia udah punya pacar." Via melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukkan keangkuhannya yang sedang mengingatkan Alifya yang hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Iya, enggak. Lagipula hubungan aku sama Elderio cuma sebatas rekan kerja dan tetangga saja, kok. Enggak lebih." Alifya mengulas senyum, menatap kedua sahabatnya yang nampak masih tak percaya.
"Awas aja lo, kalo sampai ketahuan ada hubungan sama, Rio." Shilla menunjuk galak yang membuat Alifya meringis.
"Jangan sampai lo mau dijadiin yang kedua." Via menimpali, ikut mengacungkan jari telunjuknya pada Alifya. "Lo enggak boleh jadi simpanan apalagi selingkuhan yang ngerusak hubungan orang."
"Astaga, Via. Amit-amit," Alifya bergidik, ia memukul pelan kepalanya dengan kepalan tangan lalu mengetukkan kepalannya ke meja.
"Ya, makanya jangan sampai." Via cemberut, kemudian memeluk Alifya dari samping yang diikuti oleh Shilla.
"Gue enggak rela lo kepincut sama Rio. Pokoknya lo harus cari laki yang lebih, lebih, lebih segalanya dari Rio. Titik. Enggak pakai koma apalagi tanda tanya. Ngerti?!" cerocos Via yang diangguki setuju oleh Shilla.
"Bener, kalo perlu lo jangan cari cowok lokal. Enggak apa-apa lo nanti balik lagi ke Paris asal jodoh lo orang sana." Shilla menyambung, "soalnya cowok-cowok lokal rata-rata brengsek. Ada yang enggak tapi, belok." Ia menambahkan yang tanpa sadar telah menyindir Via yang kini terdiam.
"Memangnya kamu pikir di Paris juga enggak ada yang brengsek?" tanya Alifya mengerutkan kening. "Di sana juga banyak, bahkan yang belok pun sama banyaknya." Ia mengimbuhkan, menatap Shilla lewat pantulan kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍
RomanceKetika ego kembali menyatukan retaknya hati yang hancur berserakan, menyembuhkan luka menganga, membalut duka lara, mengisi kekosongan jiwa, menumbuhkan lagi rasa cinta, dapatkah ia percaya bahwa serpihan-serpihan hidupnya yang telah lama mati akhir...