30. BERTEMU LAGI

459 58 154
                                    


AGAIN || BERTEMU LAGI

.
.
.

[Entah keberuntungan atau bukan, namun yang pasti pertemuan itu menjadi titik balik kehidupanku sekarang.]

[Copyright, 05 Juli 2021]

.
.
.

KESIBUKAN yang jelas sekali terlihat di é𝐋𝐄 entertainment, padahal masih pagi namun hilir mudik para karyawan khususnya di lantai 7-di mana Shilla yang menjadi penanggungjawab divisi modelling kini tengah ricuh. Penampilan gadis itu tak ada rapi-rapinya sama sekali. Rambut yang seharusnya di tata nampak aut-autan, kusut dan sangat berantakan.

Langkah kakinya senantiasa bergerak ke sana-kemari, berlarian seperti sedang dikejar sesuatu. Sesekali terdengar teriakannya yang cempreng, menyuruh teman satu divisinya untuk membereskan baju-baju yang dikirim dari boutique Via untuk disortir satu persatu sehingga membuat Alvin yang hari ini bertugas sebagai photograper yang akan bekerja sama dengannya pusing sendiri melihat kesibukan gadis itu.

Menghela napas, Alvin yang saat ini sedang membersihkan kameranya berdiri setelah meletakkannya di meja. Ia menghampiri Shilla kemudian menepuk bahu gadis itu dengan cukup keras yang membuat si empunya menoleh.

"Udah dulu," kata Alvin saat mendapat tatapan protes Shilla.

"Lo enggak liat gue lagi sibuk?" tanya Shilla sembari menyingkirkan tangan Alvin yang masih bertengger di bahunya.

"Gue tau," kata Alvin memutar kedua bola matanya. "Mending lo sarapan dulu. Bisa repot kalo lo pingsan," ucapnya kemudian.

Shilla merengut, Alvin menghela napas. Heran dengan sifat keras kepala Shilla yang jauh lebih menyebalkan dibandingkan kekasihnya.

"Jangan maksain diri lo, Shill. Lagian model yang lo pengen sekarang udah é𝐋𝐄 kontrak selama satu tahun ke depan. Seenggaknya lo bisa menikmati hasil kerja keras lo selama ini. Lakuin semuanya dengan pelan-pelan, jangan terburu-buru." Alvin berujar, menatap Shilla yang kini terdiam.

"Bener juga," gumam Shilla membenarkan. Alvin mengangguk, kemudian menggiring gadis itu untuk duduk di sofa.

"Lagian enggak ada salahnya lo santai sedikit, enggak bakal ada yang marah atau ngelarang juga." Alvin membuka bungkus plastik styrofoam yang sejak tadi teronggok di meja kemudian menyodorkannya pada Shilla. "Makan dulu," titahnya yang dibalas anggukan oleh Shilla.

"Jujur aja, gue sebenernya kagum sama lo dan Via."

Shilla yang baru saja hendak menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya menghentikan niatnya, menoleh ke arah Alvin yang duduk di sampingnya dengan satu tangan terentang di badan sofa. Keningnya berkerut, heran dengan ucapan Alvin barusan.

"Maksud lo?"

"Iya," Alvin mengangguk. "Persahabatan kalian tulus, bahkan disaat yang lainnya pergi lo berdua tetap berusaha buat mencari tanpa peduli apakah sahabat kalian yang satunya juga ikut mencari atau enggak. Ya, kalo boleh jujur sih, gue iri sama persahabatan kalian."

"Bukannya The Recon juga gitu, ya?" Shilla meletakkan sendok di mangkok styrofoam, tak jadi makan. Ia justru memiringkan tubuhnya menghadap Alvin.

Alvin tersenyum miring, ia menolah pada Shilla. Menatap gadis itu yang kini tengah menatapnya bingung. "Kami enggak setulus itu kok, dalam berteman. Ya, walaupun kami udah lama bersama tapi, tetap aja hubungan kami enggak sampai sejauh itu. Bisa dibilang, semua anak-anak The Recon itu penuh dengan kemunafikan."

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang