AGAIN || PERTEMUAN AYAH DAN ANAK.
.
.[Sejauh apapun jarak, selama apapun waktu, jika sudah terikat dalam satu darah yang sama, maka tak ada alasan untuk tak merasa meski seumur hidup tak tahu akan kenyataannya.]
[Copyright, 02 Agustus 2021]
.
.
.
SHILLA dan Via masih menganga di tempatnya berdiri, menatap Ansen yang sedang memeluk sahabatnya hingga akhirnya Ansen mengurai pelukannya, menatap Alifya yang tersenyum dengan indahnya. Laki-laki itu menangkup wajah Alifya dengan kedua tangan selama beberapa saat kemudian melepasnya lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celana.Melihat betapa manisnya Ansen ketika memperlakukan Alifya yang hanya diam saja sontak membuat Shilla dan Via saling pandang. Terlintas satu pertanyaan sekaligus pernyataan yang entah mengapa, membuat mereka yakin bahwa apa yang mereka pikirkan memang kenyataan.
"Ify ... Ansen ... lo berdua ... nikah?" tanya Shilla terbata, menunjuk Ansen dan Alifya bergantian.
"Dan itu ... anak kalian berdua?" tunjuk Via pada anak kecil di gendongan Alifya yang kini menoleh ke arahnya dan Shilla.
"Menurut, lo?" Ansen tersenyum, bukannya menjawab ia justru balik bertanya. Menatap Shilla dan Via yang masih tercengang. "Gue sama Alifya cocok enggak?" tanyanya kemudian merangkul Alifya yang mendongak, menatapnya dengan tatapan polos namun keningnya berkerut samar seolah sedang berpikir.
"C-cocok, sih ..." jawab Shilla ragu, suaranya mengecil disertai kernyitan bingung. "T-tapi ... kok, bisa kalian nikah?"
"Lah? Emangnya kenapa? Enggak boleh?" Ansen mengerutkan keningnya, ia menunduk-menatap Alifya yang kini mengerjap lucu dengan ekspresi yang begitu polos.
"Bukannya enggak boleh cuma-HEI! LO ENGGAK BILANG KALO, LO DAN IFY NIKAH?! PADAHAL WAKTU ITU KITA KETEMU TAPI KENA-"
"Lo enggak nanya," Ansen menyela teriakan Shilla tanpa merasa bersalah yang membuat si empunya menganga tak percaya.
"Ansen lo-" Shilla memejamkan matanya, mencoba untuk menahan diri untuk tidak mengomel pada mantan Ketua kelasnya yang kini tertawa simpul.
"Em, sorry, menyela reuni kalian," Ray mengangkat tangannya agak ragu, menatap ke arah Alifya dan Ansen yang kini menoleh padanya. "Waktu istirahat sebentar lagi mau habis," ucapnya tak enak.
"Oh begitu, ya." Ansen mengangguk sambil melepas rangkulannya. "Ya sudah, sini biar aku pegang Ero." Ia mengambil alih Aguero kemudian menggendongnya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain ia gunakan untuk menggandeng Alifya.
"Kamu pasti capek," kata Alifya menoleh pada Ansen yang menggelengkan kepala.
"Enggak kok, lagian aku juga pengen liat kamu kerja. Sudah lama 'kan, aku enggak liat cantiknya kamu pas lagi pemotretan." Ansen menggoda, mendekatkan wajahnya pada Alifya yang kini memukul pelan lengannya.
"Apa, sih?" perempuan itu memalingkan wajah dengan rona malu di kedua pipinya yang dipoles blush on, nampak semakin merah karena godaan Ansen.
Shilla dan Via yang melihat sahabatnya tersipu hanya melongo, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Cubit gue, Shill-AWH!" Via memekik saat lengannya dicubit oleh Shilla. "Sakit, Shill." Ia melotot, menatap Shilla dengan garang.
"Tadi kata lo minta dicubit ya, gue cubit, lah." Shilla menoleh polos yang dibalas dengusan sebal oleh Via yang kini mengusap lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍
RomanceKetika ego kembali menyatukan retaknya hati yang hancur berserakan, menyembuhkan luka menganga, membalut duka lara, mengisi kekosongan jiwa, menumbuhkan lagi rasa cinta, dapatkah ia percaya bahwa serpihan-serpihan hidupnya yang telah lama mati akhir...