27. PERJANJIAN

456 50 58
                                    


AGAIN || PERJANJIAN 18+

.
.
.

[Janji tak harus selalu ditepati, karena pada dasarnya ada beberapa hal yang tak mesti diikuti jika hal itu bertentangan dengan nurani.]

[Copyright, 26 Juni 2021]

.
.
.

HARI yang melelahkan untuk Shilla yang sudah bekerja keras lebih dari siapapun hanya untuk mendapatkan persetujuan perihal proposal yang sebenarnya sudah ia rencanakan sejak pertama kali é𝐋𝐄 entertainment diresmikan. Ia membantingkan tubuhnya ke kasur dengan kedua tangan terentang.

Untuk beberapa saat Shilla terpaku pada langit-langit kamarnya sendiri. Berbagai macam hal kini tengah memenuhi pikirannya. Ada secuil harapan yang selalu ia panjatkan setiap kali ia melakukan sesuatu, meski dirinya tahu bahwa kemungkinan harapan itu terkabul sangatlah tipis tapi ia tak pernah menyerah untuk terus mencoba walaupun sering kali kegagalan ia dapatkan.

"Kali ini saja, aku harap usahaku enggak sia-sia." Gadis itu menggumam lalu memiringkan tubuhnya, menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan kepalanya sendiri dengan tatapan penuh harap.

Sibuk dengan lamunannya sendiri membuat Shilla tanpa sadar memejamkan mata. Namun baru saja ia tenggelam dalam indahnya mimpi, suara ketukan pintu dari luar kamarnya secara paksa menariknya kembali dari alam bawah sadar sehingga membuatnya dengan enggan beranjak dari tempat tidurnya.

"Mama?" keningnya mengkerut saat mendapati sosok Mamanya berdiri di depan pintu kamarnya.

"Mama ganggu istirahat kamu, ya?" tanya Shani yang dibalas gelengan kepala oleh Shilla.

"Ada apa, Ma? Tumben," Shilla mengernyit heran. Menatap sang Mama yang tersenyum lembut.

"Di bawah ada Gabriel, katanya pengen ketemu sama kamu."

Seketika itu pula Shilla melengos saat mendengar nama yang membuat mood-nya berantakan terdengar.

"Ngapain? Shilla lagi males sama dia. Suruh dia pulang, Ma."

"Kamu berantem sama Gabriel?" tanya Shani dengan kening berkerut, bingung dengan respon cuek putrinya.

Tanpa menjawab, Shilla hanya memalingkan wajah namun dari ekspresi yang ia tunjukan itu sudah cukup untuk Mamanya tahu bahwa ia memang sedang tak ingin bertemu dengan Gabriel.

"Kenapa lagi? Bukannya hubungan kamu sama Gabriel baik-baik, saja?" Shilla mendengus mendengarnya, dalam hati mengumpat pelan akan sikap tak peka Mamanya yang terkadang membuat ia lelah akan hubungannya dengan Gabriel.

"Setiap hubungan enggak harus selalu baik-baik saja 'kan, Ma? Bukannya Mama sama Papa juga, gitu?" Shilla membalikkan kata-katanya pada Shani yang kini terdiam, tak mampu membalas perkataannya.

"Lagian yang menjalani hubungan ini aku dan Gabriel, Ma. Udah wajar 'kan, kalo kami bertengkar?" Shilla semakin menyudutkan Mamanya, ia benar-benar sudah muak dengan segala macam petuah juga nasihat Mamanya tentang bagaimana ia harus bersikap terhadap pasangannya sementara yang selama ini ia lihat dari kedua orang tuanya sangat berkebalikan dengan apa yang Mama atau Papanya katakan padanya.

"Shilla capek, Shilla mau istirahat. Bilang ke Gabriel kalo Shilla udah tidur." Tanpa menunggu jawaban dari sang Mama, Shilla langsung menutup pintu lalu menguncinya. Mengabaikan Mamanya yang kini menatap daun pintu dengan tatapan sulit diartikan.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang