EPS 31. Misi penjemputan

44 10 0
                                    

  Seorang pria berseragam militer turun dari salah satu dua helikopter yang baru saja mendarat di rooftop gedung berlantai lima. Usia pria itu sekitar lima puluh tahunan walau begitu tubuhnya terlihat tegap dan gagah.

  "Selamat datang, pak" seru sersan menyambut kedatangan pria tersebut dengan sikap hormat ditempat.

  Orang yang dipanggil Pak itu ternyata adalah seorang marinir berpangkat kolonel.

  "Sersan Budi" ucap sang kolonel.

  "Betul, pak" ujar sersan.

  "Apa kabar kalian?" tanya kolonel.

  "Baik, pak" ucap sersan.

  "Bagaimana situasi disini?" tanya kolonel lagi.

  "Siap pak, aman terkendali" jawab sersan.

  "Saya datang kesini mau melihat secara langsung tentang orang yang kamu laporkan tadi di radio" jelas kolonel.

  "Iya pak, mari" ajak sersan kepada sang kolonel untuk menemui Emak.

  Kolonel mengikuti langkah sersan, berjalan beriringan. Kolonel mengangguk membalas hormat dari para prajurit yang berpapasan dengannya.

                              •••••••••

  "Bu ada seseorang yang ingin bertemu dengan Ibu" ucap sersan kepada Emak.

  Emak membalikkan badan, menoleh ke arah sersan dan kolonel.

  "Ada apa nak, siapa ini" tanya Emak mengamati sosok pria bersama sersan yang terlihat terkejut seperti mengenal wanita yang ada dihadapannya.

  Belum selesai sersan menjawab, tiba– tiba sang kolonel berkata, "Mbak Dewi? Puspa Dewi kan?"

  Dengan rasa tak percaya sang kolonel menyebut nama Emak.

  "Kamu tau namaku, apa kita saling kenal" balik Emak bertanya.

  "Aku Bambang mbak, temannya mas Handoko" jelas kolonel tersenyum.

  Bambang adalah teman Handoko yaitu suami dari Emak yang dulunya mereka berdua pernah bertugas bersama di kesatuan militer.

  "Bambang?" bisik Emak berpikir mengingat–ingat.

  "Ya Tuhan! Si Bambang toh" seru Emak akhirnya mengenal sosok pria berseragam militer yang berdiri di depannya.

  "Syukurlah mbak Dewi selamat. Aku gak percaya bisa ketemu lagi sama mbak" ucap Bambang.

  "Aku sempat cari mbak ke rumah karena aku khawatir saat pemerintah mengumumkan status darurat yang disebabkan oleh virus zombie yang telah menyebar hampir keseluruh negara–negara di dunia" jelas kolonel Bambang panjang lebar.

  "Loh mbak mana putri mas Han?"

  Mendapat pertanyaan itu ekspresi wajah Emak yang tadinya terlihat senang berubah menjadi sedih. Mata Emak berkaca–kaca memandang ke tempat dimana Yuna berada.

  Emak yang pemberani dan hebat tak sanggup menahan kesedihan yang kini sedang dirasakannya.

  "Bang,Yuna....hikkss....hikkss...hikss"

  Kedua tangan Emak menutupi wajahnya, isak tangis Emak pun pecah. Kolonel Bambang terkejut melihat reaksi Emak yang menangis tersedu–sedu.

  "Kenapa mbak, apa yang terjadi?" tanya Bambang cemas.

  "Itu Bang, Yuna disana" sahut Emak menunjuk ke tiang besi tangki air.

  "Sersan Budi, ada apa ini" Kolonel Bambang menoleh ke arah yang ditunjuk Emak dengan penuh penasaran.

  "Pak, itu putri Ibu ini. Gadis itu berubah menjadi zombie sehingga kami amankan dia disana" jelas sersan.

   Grrrr.... Grrrr.... Grrrrr...... 

  Kolonel Bambang melihat seseorang yang terikat dan meraung memberontak. Sang kolonel juga ikut terlihat sedih mengetahui keadaan dari putri sahabat seperjuangannya dulu saat mereka sama–sama bertugas untuk keamanan dan perdamaian Ibu Pertiwi Tercinta ini.

                           ••••••••••

  Setelah melihat secara langsung Yuna yang menjadi zombie. Kolonel Bambang dan Emak kembali terlibat dalam pembicaraan berdua saja.

  "Menurut laporan sersan Budi, katanya ada seorang wanita yang tergigit tapi tidak terinfeksi dan tidak berubah menjadi zombie" jelas kolonel Bambang.

  Emak terdiam mendengarkan kata–kata Bambang.

  "Maksud kedatangan aku kesini untuk misi penjemputan Subjek Z. Dan rupanya Subjek Z yang dimaksud itu adalah mbak Dewi"

  "Jadi mbak bersiap–siaplah untuk ikut dengan kami" ucap kolonel Bambang pada Emak.

  "Bang, aku tidak mungkin pergi meninggalkan Yuna" ujar Emak.

  "Tapi mbak harus ikut karena mbak akan dibawa ke laboratorium. Ini penting mbak menyangkut masa depan umat manusia" ucap kolonel Bambang.

  "Maaf Bang, kalau Yuna tidak ikut bersamaku, aku gak akan pergi denganmu" ujar Emak terus menolak.

  "Baiklah mbak, demi persahabatan aku dengan mas Han, aku juga udah berjanji sama mas Handoko dan mungkin inilah caraku membalas budi kepada mas Handoko. Akan aku tanggung segala resikonya" ucap kolonel Bambang meyakinkan Emak untuk pergi bersama mereka.

  Kolonel Bambang menemui sersan Budi berdiskusi untuk membawa Emak dan Yuna naik ke helikopter.

      EPISODE SELANJUTNYA🌆🌆🌆

EMAK Is HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang