Emak tidak pernah menduga dan membayangkan sama sekali akan bertemu dengan sahabat masa kecilnya yang bernama Sigit Poernomo. Emak begitu senang karena sudah berpuluh tahun sejak keduanya berpisah sewaktu duduk dibangku sekolah menengah pertama. Saat itu keluarga Sigit pindah ke kota lain tanpa berkirim kabar sekalipun.
Emak dan Sigit sedang duduk berdua berbincang–bincang.
"Aku gak sangka udah sekian lama, akhirnya kita dapat berjumpa lagi" ujar Emak usai minum sebotol air mineral.
"Iya, Wi. Aku kangen banget sama kamu. Maaf ya kalau aku gak pernah kirim surat ataupun menelponmu, kamu kan tau gimana situasi waktu itu" jelas Sigit.
"Sudahlah, Git. Gak usah sedih dan diingat lagi masalah itu, yang sudah berlalu biarlah berlalu" ucap Emak tersenyum. Ini adalah senyum dari seorang wanita bernama Puspa Dewi yang dulu pernah merasakan kehilangan seorang sahabat.
"Kamu memang teman yang baik, Wi. Cuma kamu yang mengerti dan percaya sama aku" Sigit merasa terharu mengenang persahabatan mereka.
Dahulu mereka berdua selalu bermain dan pergi sekolah bersama. Walau Sigit seorang anak yang nakal tapi Emak yakin bahwa sahabatnya itu tidak pernah melakukan pencurian yang dulu terjadi di sekolah mereka. Masalah itulah yang mengakibatkan Sigit lalu dikeluarkan dari sekolah. Orang tua Sigit marah dan inilah alasan kenapa keluarga Sigit pindah ke kota lain, dan kini Emak merasa bangga karena sahabatnya itu telah menjadi orang yang pintar dan sukses sebagai seorang doctor.
"Wi, gimana bisa kamu tergigit zombie?" tanya Sigit.
"Ceritanya panjang, Git. Oh ya, gimana kabar keluargamu, orangtuamu. Kamu pasti sudah menikah dan telah punya anak" Emak menanyakan tentang kehidupan pribadi Sigit.
"Iya, Wi. Aku punya dua orang anak dan aku kehilangan mereka. Saat kota dalam keadaan kacau karena virus zombie, aku terlambat menjemput keluargaku. Waktu itu sepulang aku kerja, aku tidak menemukan orangtuaku, istri, dan anak–anakku di rumah. Aku hanya melihat rumah yang sudah rusak dan mayat tak utuh di sekitar rumah. Aku pun berpikir mungkin keluarga tidak selamat" jelas Sigit dengan raut wajah sedih mengingat terjadinya tragedi yang mengerikan bagi siapapun yang mengalami di waktu pertama kalinya zombie datang menyerang.
Emak menarik nafas panjang dan menyeka matanya yang basah mendengar cerita Sigit yang terasa menyedihkan. "Ya Tuhan"
"Maaf, Wi. Kamu jadi ikutan sedih, bagaimana denganmu, Wi. Apa kabar suami dan anakmu?" Sigit balik bertanya tentang kehidupan pribadi Emak.
Emak pun bergantian bercerita tentang dirinya dan putri semata wayangnya.
"Banyak hal yang sudah terjadi, tapi aku pun sendiri harus terpisah dengan Yuna" ucap Emak hampir tak terdengar.
"Yuna, siapa dia?" Sigit penasaran ingin mengetahui nama yang disebut oleh Emak.
"Yuna adalah putriku Git dan sekarang dia......hiksss...hiksss" Emak menangis.
"Maaf ya, Wi. Kalau pertanyaanku membuatmu menangis" Sigit beranjak mendekat lalu meraih tangan Emak.
"Sungguh malang nasib Yuna, Git. Dia berubah menjadi zombie" ujar Emak.
"Astaga, Wi. Aku ikut prihatin, kamu yang sabar ya" ucap Sigit mengusap–usap punggung Emak, berusaha menenangkan Emak.
"Git, aku minta tolong. Kamu bisa sembuhkan anakku" nada suara Emak memohon seperti anak kecil.
"Tenang, Wi. Selama ini kami tim peneliti sedang berusaha mencari penawar dari virus zombie ini" jelas Sigit.
"Menurut WHO virus zombie disebabkan oleh radiasi bahan–bahan kimia radioaktif. Pencemaran zat–zat beracun tersebut karena ulah manusia sendiri yang seeenaknya tidak mempedulikan lingkungan sehingga makhluk hidup yang terkontaminasi membuat virus bermutasi menjadi agresif dan ganas. Virus zombie sangat berbahaya karena dapat menular lewat gigitan, cakaran, dan bekas luka yang disebabkan oleh makhluk yang sudah terinfeksi"
"Karena itulah para ilmuwan di seluruh penjuru dunia sedang berusaha membuat penawarnya dengan mencari orang yang imun atau kebal terhadap virus tersebut. Dan kalau memang terbukti kamu Subjek Z, Wi. Maukah kamu menjadi bahan eksperimen ini?" Sigit meminta persetujuan dari Emak.
"Apa dengan itu Yuna bisa sembuh, Git" ucap Emak penuh tanda tanya.
"Semoga aja, Wi. Yang penting kita berusaha dan berdoa agar kita mendapat solusi dari masalah ini" ucap Sigit.
"Baiklah, Git. Untuk rasa kemanusiaan dan demi Yuna, apapun akan kulakukan" Emak antusias dengan doa dan harapan semoga Tuhan Yang Maha Esa mengabulkan niat baiknya untuk dapat menolong sesama manusia.
•••••••••••••
Doctor Sigit, Emak dan beberapa orang masuk ke dalam ruangan rahasia yang ternyata adalah sebuah laboratorium. Ruangannya tidak terlalu besar tapi laboratorium darurat disini dilengkapi oleh peralatan canggih milik pemerintah yang dipersiapkan oleh tentara militer.
Emak pun mulai diperiksa oleh dokter Sigit dan beberapa profesor yang lain. Tak berapa lama pemeriksaan terhadap Emak sudah selesai setelah sampel darah Emak diambil untuk diteliti dan dites lebih lanjut.
"Bagaimana, Wi. Apa ada yang sakit?" Sigit menanyakan keadaan Emak.
"Tidak ada, Git. Aku rasa baik dan biasa–biasa aja" jawab Emak.
"Syukurlah. Sampel darahmu akan diteliti, kita cari tau kenapa kamu terinfeksi tapi tidak berubah lalu kami tes pada subjek percobaan. Kalau bereaksi berhasil melemahkan virus barulah bisa langsung diuji coba kan pada orang yang terinfeksi" jelas dokter Sigit panjang lebar kepada Emak tentang tahapan dalam proses bagaimana cara menemukan penawar virus zombie.
"Kita hanya bisa berdoa mudah–mudahan eksperimennya berjalan lancar dan uji cobanya berhasil"
"Semoga ada mukjizat Tuhan menyertai usaha kita
Amin" Emak dan Sigit saling memanjatkan doa dihati mereka masing–masing."Kamu pasti lelahkan, Wi. Sebaiknya sekarang kamu beristirahat dulu" ujar Sigit.
Emak dan Sigit keluar dari laboratorium menuju ke salah satu tenda yang ada disekitar gedung.
EPISODE SELANJUTNYA 🌆🌆🌆
KAMU SEDANG MEMBACA
EMAK Is HERO
Ciencia FicciónManusia hanya bisa berusaha dan berdoa, bertahan hidup dan melindungi diri dari kehancuran dunia. "Mak, ada orang makan orang." "Apa zombie?" Keserakahan manusia menyebabkan bencana dan pemusnahan manusia. Start: 1 Juni 20...