EPS 10. Berlindung

105 17 0
                                    

  Hari beranjak petang, suasana yang hangat dan tenang terasa di sekitar rumah. Semburat merah muncul di langit yang akan menandakan terbenamnya sang surya di ufuk barat. Yuna dan Angga duduk di teras rumah sambil menikmati sunset di perbukitan.

  "Gue senang kita bisa bersama, Yun. Gue pikir karena bencana ini kita tidak akan pernah bertemu lagi." Ujar Angga menggenggam kedua tangan Yuna.

  "Gue bersyukur loe baik baik saja."

  "Gue juga gak sangka kalau gue bisa melihat loe lagi." Lirih Yuna.

  "Kok bisa loe nemuin gue di mall, bukannya loe pergi keluar negri bersama kedua orang tua loe."

  "Itu memang benar, Yun. Kemarin gue sama Ayah dan Ibu berencana mau pergi ke Singapura tapi setiba di bandara gue gak jadi ikut." Kata Angga.

  "Kenapa loe gak jadi pergi?. Loe mau bohong sama gue ya." Ujar Yuna.

  "Enggaklah sayang. Waktu di bandara gue mau telepon loe tapi ada masalah di kantor Ayah, jadi gue disuruh Ayah untuk mengurusnya." Angga mengelus kedua pipi Yuna dengan penuh cinta.

  "Tadi pagi gue kerumah loe, tapi di rumah gak ada siapa siapa terus gue coba hubungi hp loe tapi gak tersambung."

  "Gue khawatir banget sama loe apalagi tadi malam di internet heboh soal penyakit berbahaya yang melanda seluruh dunia secara mendadak. Untung aja gue ada nomor hp si Mita langsung deh gue telepon dia. Kata Mita, kalian lagi di mall tapi tiba tiba panggilannya terputus."

  "Terus." Kata Yuna.

  "Gue pergi ke kampuslah tapi setiba disana kampus udah rusuh, orang orang menjadi gila dan mulai menyerang siapa saja. Gue aja sempat dikejar sama orang orang gila itu. Beruntung gue bisa meloloskan diri pakai mobil itu." Jelas Angga menunjuk mobil yang terpakir di depan rumah.

  "Itu mobilnya siapa?. Motor loe mana." Tanya Yuna.

  "Gue aja gak tau mobil itu punya siapa, guekan nemunya di jalan. Motornya gue tinggal di kampuslah soalnya orang orang gila itu berkeliaran di parkiran."

  "Selama perjalanan gue berdoa, semoga gue bisa menemukan loe." Ucap Angga merengkuh bahu Yuna sehingga kepala Yuna bersandar didada Angga. 

  Mereka berdua terhanyut dengan perasaannya masing masing.

  Ehemmm.... Ehemm... Ehemmm....

  Mendadak muncul Emak dari balik pintu dan mengejutkan Yuna dan Angga yang sedang larut dalam kebersamaan.

  Wajah Emak terlihat segar karena Emak baru saja membersihkan dirinya. Di tempat ini selain ada makanan mereka juga bisa mandi dan beristirahat.

  Emak tampak cantik dengan kemeja biru kotak kotak dan celana jeans hitam. Walau usia Emak udah kepala empat tapi Emak terlihat awet muda karena selama ini Emak rajin minum jamu. Hihihihihi.... Jamu tolak tua..

  "Eh, Emak." Sahut Yuna beranjak dari kursi.

  "Maaf Mak, kalau bajunya tidak sesuai dengan yang Emak inginkan." Ucap Angga berdiri di samping Yuna.

  Ibunya Angga adalah seorang istri dari konglomerat dengan penampilannya yang selalu bergaya mengikuti tren kaum milenial. Badan boleh berumur tapi jiwa tetap muda.

  "Yah enggak apa apalah." Ujar Emak duduk di kursi.

  "Ngomong ngomong mana kedua orangtuamu?."

  Raut wajah Angga menunjukkan kesedihan karena pertanyaan Emak. Mata Angga berkaca kaca, pandangannya jauh ke depan menatap langit. Angga menghela napas dan matanya terpejam.

  "Sejak tadi malam aku lost contact dengan mereka. Sampai sekarang belum ada kabar dari mereka." Lirih Angga.

  "Loe gak hubungi kerabat yang di Singapura?." Tanya Yuna.

  "Gue udah coba berkali kali tapi gak bisa. Kemungkinan keadaan disana sama seperti disini. Gue takut, terjadi apa apa dengan mereka." Kata Angga.

  "Sabar ya, Ga. Mudah mudahan kedua orangtuamu baik baik saja." Ucap Yuna memeluk Angga.

  Emak hanya terdiam dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Angga.

  Bencana ini telah menyebabkan entah berapa orang yang harus terpisah dari keluarganya. Anak terpisah dari orangtuanya. Istri terpisah dari suaminya. Adek terpisah dari kakaknya. Sahabat terpisah dari orang orang yang menyayanginya.

  "Hoi!!!." Pekik Mona memecah keheningan diantara Emak, Yuna, dan Angga.

  "Kalian gak laper?. Tuh, gue udah masak nasi, goreng telor mata sapi sama nugget."

  "Mari Mak, kita makan."

  Mereka berempat masuk ke dalam rumah untuk makan bersama.

       EPISODE SELANJUTNYA🍚🍚

EMAK Is HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang