Park Jimin adalah seorang pria yang baru saja lulus dari kuliahnya.
Namun, takdir membuatnya tak menjadi siapapun.
Maksudnya, teman teman seperkuliahanya sudah mendapatkan pekerjaan tetap dengan gaji di atas rata-rata.
Bahkan, ada beberapa dari mereka yang membangun perusahaan sendiri, lalu sukses seperti impian mereka.
Namun Jimin yang lulus dengan nilai rata-rata, tak menonjol dalam bidang apapun berakhir menyedihkan.
Tak seperti di dalam drama-drama yang ia tonton, dimana si mahasiswa yang diberi beasiswa untuk berkuliah berujung sukses.Jimin tidak seperti itu, ia mendapatkan beasiswa namun berakhir bodoh karena malas belajar.
Menyedihkan, ia hanya terus berbaring di atas kasur buluknya selama beberapa bulan.
Sebelum akhirnya, seseorang yang bernasib sama sepertinya menyarankan ia untuk menjadi simpanan para wanita tua yang haus belaian pemuda tampan."Kau yakin aku cukup tampan?"
Jimin menunjuk dirinya sendiri.
Pakaiannya lusuh, jaket yang terlihat kotor karena belum ia cuci beberapa hari ini.
Sepatu lama yang dipakainya entah merk apa, terlihat jelek sekali, namun cocok dengan jeans-nya yang juga sama jeleknya.
Jangan lupakan rambut Jimin yang berantakan, dan wajah kusam karena tak punya uang untuk membeli sabun muka."Y-ya, lumayan." Yeri, seorang gadis yang jimin ketahui menjadi simpanan seorang pak tua yang bekerja di pemerintahan, mengembangkan senyumnya.
"Hanya butuh sedikit polesan," sambungnya, tertawa terbahak-bahak.
---
Club terlihat cukup ramai malam ini, Jimin tak asing dengan club ini, ia mengunjungi tempat laknat ini setidaknya seminggu sekali.
Hanya duduk di meja paling ujung, jika beruntung ia akan mendapatkan teman minum.
Walaupun seseorang itu adalah orang yang tengah mabuk berat dan menganggapnya sebagai teman, Jimin selalu mendapatkan minuman gratis dari orang macam itu."Kudengar malam ini, akan ada banyak para pengusaha yang datang kesini."
Yeri memperhatikan penampilannya dibalik kaca kecil bedaknya, bibirnya merah semerah darah, Jimin bahkan bergidik ngeri melihatnya.
yeri lebih mudah dari Jimin, jadi ia merasa takut melihat Yeri kini terlihat seperti seseorang yang berada di atas usianya."Pakaian pilihanku akan membuatmu mendapatkan wanita tua kaya raya."
Kali ini, Yeri membantu Jimin merapikan pakaian baru yang dikenakannya.
Yeri memberi Jimin pinjaman uang sebagai modal usaha, katanya nanti jika jimin mendapatkan mangsa baru boleh di bayar.
Sebuah jaket kulit dengan kaos dengan menunjukkan dada cukup rendah, celana jeans ketat dan rambut yang diberi warna coklat.
Cukup mahal bagi Jimin untuk membayarnya nanti, bahkan Yeri membelikannya sepatu kulit."Apa yang harus aku lakukan?" Jimin terlihat bingung, membuat ia mendapatkan tatapan datar dari yeri.
"Oppa!"
Mendadak, fokus Yeri teralihkan pada sesosok pria tua dengan memakai jas rapi.
Perut buncit itu dipeluk oleh Yeri, Jimin hanya tertawa melihat bagaimana Yeri bersifat manja pada suami orang itu."Jimin-ah, semangat!"
Jimin terkejut, jelas ia panik.
Ia tidak tahu harus melakukan apa dengan pakaiannya, bagaimana cara memikat seorang wanita? Jimin tak tahu apapun, karena ia tak pernah berpacaran sebelumnya."Sudahlah, aku akan melihat situasi dulu."
Jimin lalu berjalan ke meja dimana biasa ia mendudukkan pantatnya disana.
Benar kata Yeri, banyak sekali pria dan wanita berpakaian mahal masuk ke dalam club ini.
Club ini memang cukup terkenal, dengan list harga alkohol murah membuatnya justru terlihat berbeda dari club club malam lainnya.
Jimin terus memperhatikan beberapa wanita tua yang terlihat terus menunjukkan pesonanya masing-masing. Astaga, apa semua pria muda disini juga memiliki tujuan sama seperti Jimin?