Jimin sudah resmi meninggalkan apartemen bututnya untuk tinggal di apartemen mewah milik Seulgi dan Yoongi, tak ada barang yang ia bawa dari apartemen butut itu, karena memang tak ada barang berharga dan lagipula, Seulgi melarangnya untuk membawa apapun.
Langkah kaki itu bergerak dengan lincah, mengitari seluruh ruang apartemen dengan ponsel di tangannya, si manis kesayangan Seulgi itu tengah menunjukkan ruang-ruang apartemen barunya pada Yeri.
Jimin sudah memakai bajunya, Seulgi menyuruh pelayannya untuk mengirimkan dua koper berisi pakaian bermerek hanya untuknya, sedangkan sang kekasih tengah pergi bersama Yoongi, mengurus perihal bulan madu katanya."Aku bisa menghabiskan ini semua jika saja aku tak punya malu sepertimu."
Jimin menunjukkan isi kulkas besarnya pada Yeri, menghasilkan jeritan rasa iri dari sang sahabat atas kehidupan nyaman yang Jimin jalani sekarang.
Kasihan, Jimin lalu membuat janji bahwa ia akan merengek pada Seulgi untuk membelikan Yeri kulkas seperti itu dengan isi yang sama, mendengar itu jelas Yeri menjerit lagi untuk berterimakasih."Semua yang ada disini itu milikku, bahkan mobil yang dipakai oleh Seulg-"
Yoongi mengangkat satu alisnya, menatap Jimin yang entah mengapa tiba-tiba saja menghentikan ocehannya.
Apa karena kedatangannya?"S-sejak kapan kau pulang?" Tanya Jimin, ia sudah mematikan sambungan video callnya dengan Yeri secara sepihak, terlalu terkejut oleh kedatangan Yoongi yang tiba-tiba.
Namun sebenarnya, Yoongi tak datang tiba-tiba seperti yang Jimin tuduhkan.
Ia pulang dengan mengetuk dan menekan tombol bell, tapi karena Jimin tak kunjung membukakan pintu untuknya jadi ia masuk dengan kata sandi apartemen yang dihapal juga olehnya.
Yoongi secara diam-diam tersenyum gemas mendengar Jimin yang menyombongkan isi kulkas pada temannya."Baru saja," namun Yoongi yang pengertian lebih memilih berbohong, demi harga diri kekasih Seulgi ini.
"Syukurlah," gumam Jimin tanpa sadar.
"Ah, dimana Seulgi?" Tanya Jimin lagi, sedikit terkejut menyadari bahwa tak ada suara Seulgi memanggilnya.
Seulgi selalu menyerukan namanya setiap kali pulang dari urusan luar."Pergi ke kantor, ia akan kembali sebentar lagi mungkin."
Jimin hanya mengangguk, kemudian keluar dari dapur dengan kembali sibuk pada ponselnya.
Biasa, itu ponsel baru dengan merk terkenal dan harga termahal.
Jimin masih tergila-gila oleh benda yang sebenarnya sangat biasa bagi seseorang seperti Seulgi dan Yoongi."Sedang apa di kantor?"
Yoongi terus memperhatikan langkah kaki Jimin yang bergerak sedikit cepat, namun entah mengapa itu selalu terlihat menarik bagi Yoongi untuk menyia-nyiakan waktunya hanya untuk memperhatikan dua kaki Jimin yang hanya berbalut celana Jean selutut bergerak melewati ruang tengah.
Tiga kali berada di situasi aneh saat bertemu dengan Jimin, membuat Yoongi seolah kehilangan kewarasannya."Kupikir aku tak akan pernah tertarik pada lelaki," gumam Yoongi lalu meneguk habis air minumnya yang lumayan banyak, panas membuatnya tiba-tiba merasa sangat haus, haus butuh sentuhan Jimin namun ia hanya punya air, kasihan.
-----
Seulgi menunjukkan jari telunjuknya ke atas, dan seketika suara-suara dalam rapat dadakan ini terhenti seketika.
Seulgi butuh fokus untuk mendengarkan kesayangannya yang secara tak tepat waktu menelpon, tentu saja itu bukan kesalahan Jimin, tak akan ada satupun kesalahan pada Jimin."Sedang rapat, sayang. Kenapa?"
Jungkook yang mendengar kalimat manis Seulgi menaikan satu alisnya, kemudian mendecih kurang suka.
Seulgi seromantis itu bersama Yoongi, dan wanita itu bisa-bisanya masih serakah dengan menempatkan Jimin disampingnya seolah benda yang akan digunakan jika dibutuhkan.