Pagi pertama di kota asing bernama Paris, Seulgi sudah bangun lebih awal di banding Jimin yang tidur secara terpisah dengannya.
Malam yang panjang bagi Seulgi, ia tak bisa tidur bahkan setelah Yoongi mengalah untuk tidur di sofa dan ia bisa menguasai ranjang besar itu sendirian.
Mana bisa Seulgi tidur nyenyak sedangkan ia sudah terbiasa mendekap si manis Jimin sepanjang malam.
Setelah berdandan dengan pakaian yang lebih rapi, Seulgi keluar dari kamar meninggalkan Yoongi yang juga baru saja bangun, kini pria berstatus suami Seulgi itu tengah sibuk di kamar mandi."Pagi, Seulgi."
"Pagi."
Moonbyul menaikan satu alisnya, melihat Seulgi terlihat terburu-buru menuju kamar tamu yang ia ketahui kini di isi oleh Jimin.
Sembari meneguk perlahan kopinya, Moonbyul memperhatikan Seulgi yang membuka pintu kamar Jimin secara perlahan, kemudian masuk dan menutup pintu kamar kembali."Perselingkuhan antar pemimpin perusahaan dan sekertaris," ucap Moonbyul pelan, lalu ia tertawa dengan pemikirannya sendiri.
----
Syukurlah, Jimin sepertinya tak seperti Seulgi yang mengalami kesulitan tidur, dengan melihat bagaiman ranjang itu berantakan dengan selimut yang menggulung pria kecil itu, Seulgi menyimpulkan bahwa kekasihnya bisa tidur nyenyak tanpa dia.
Seulgi usap kepala dengan rambut hitam Jimin itu dengan lembut, bermaksud membangunkan sang kekasih untuk jalan-jalan sesuai keinginannya, berulang kali pipi chubby itu dikecup sangat lama oleh Seulgi dan itu berhasil, Jimin membuka kedua matanya secara perlahan sembari merenggangkan tubuhnya, menggemaskan."Kapan kau kesini?" Tanya Jimin dengan suara parau dan satu jari menggesek salah satu matanya.
"Baru saja," jawab Seulgi masih mengusap kepala Jimin, namun terhenti begitu saja saat sang kekasih memutuskan untuk merubah posisinya menjadi duduk.
"Kau ingin melihat menara Eiffel, kan? Mandi dulu, aku akan siapkan pakaianmu."
Seulgi mengecup kening dan bibir Jimin sekilas, kemudikan berlalu menuju koper yang Jimin simpan di dekat jendela kamar.
Jimin dengan patuh lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Seperti seorang istri, Seulgi terlihat serius memilah baju apa yang cocok untuk dipakai Jimin hari ini."Jimin tak akan kedinginan jika memakai ini," ucap Seulgi memperhatikan mantel yang tergantung, itu milik Jimin yang ia belikan sebelum berangkat ke Paris.
Setelah merapikan pakaian yang akan dipakai Jimin di atas ranjang, Seulgi kemudian duduk di meja rias untuk kembali merapikan rambutnya yang agak berantakan.
Tak lama, pintu kamar mandi terbuka dengan Jimin muncul memakai kimono yang menunjukkan cukup banyak bahu dan dadanya, Jimin mungkin terburu-buru memakainya karena hawa dingin."Ini yang akan aku pakai?" Tanya Jimin, dengan bibir bergetar dan duduk di atas ranjang, memperhatikan pakaian yang dirapikan Seulgi di sampingnya.
"Iya, kemari."
Seulgi lalu menarik Jimin yang menghampirinya untuk duduk di kursi bekasnya tadi dia duduk.
Lalu, ia menyalakan hair dryer milik Moonbyul untuk mengeringkan rambut Jimin yang basah."Aku bisa sendiri, Seulgi." Jimin yang menyadari bahunya terekspos cukup banyak di cermin, dengan cepat membenarkan kimono yang dipakainya.
"Aku juga bisa, Jimin."
Jimin lalu mendongak, menatap Seulgi yang mengulang kalimatnya terdengar seperti ejekan.
Namun Seulgi malah memberikan kecupan singkat di bibirnya sebelum Jimin mengeluarkan protesnya."Nah, sudah kering." Seulgi mengelus lagi kepala Jimin yang sudah tidak lagi basah seperti beberapa menit yang lalu.
"Aku akan menyiapkan sarapan untukmu, keluarlah setelah pakai baju, mengerti?"