Jimin merasakan lelah luar biasa dengan tubuh bagian bawahnya berdenyut menyakitkan.
Dirinya masih berada di dalam kamar pribadi ruangan Seulgi, jam sudah menunjukkan Pukul 4 sore, itu artinya kantor akan sepi sebentar lagi.
Si mungil itu dengan perlahan mencoba turun dari ranjang walaupun mulutnya tak berhenti bergumam tentang betapa menyakitkan lubangnya.
Tubuh eloknya hanya tertutup oleh kemeja yang sebenarnya tak cukup untuk menutupi bokongnya yang penuh ruang kemerahan, sama seperti leher dan dadanya."Senior Park."
Jimin menolehkan kepalanya kebelakang, dan ia terkejut melihat siapa yang datang, Hwasa.
Sanking terkejutnya Jimin bahkan kembali terjatuh ke ranjang sembari meringis merasakan denyutan sakit dipantatnya.
Hwasa lalu menghampiri Jimin kemudian berdiri dihadapan si mungil dengan wajah sombongnya."Seulgi sudah pergi dari Perusahaan ke acara makan malam bersama klien."
Hwasa menatap Jimin dari atas sampai bawah, kemudian menahan tawa setelah melihat penis mungil Jimin juga tak tertutup oleh kain, sebenarnya itu menggemaskan dan Hwasa yang normal pun ingin sekali mengerjai tubuh yang terlihat sangat mulus itu.
Tapi, Hwasa sekarang lebih mementingkan tujuannya yaitu mengeluarkan Jimin dari lantai ini kemudian menggantikannya dengan Eunwoo."Kenapa kau masuk ke sini?" Jimin yang baru menyadari Hwasa memperhatikan tubuhnya dengan cepat menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
"Lalu bagaimana denganmu, senior Park? Mengapa kau berada disini?" Tanya Hwasa dengan wajah terus mendekat pada Jimin.
"Dikamar pribadi Ketua Kang tanpa memakai celana, seperti pelacur jalanan."
Hwasa langsung menarik rambut hitam Jimin, hingga membuat si mungil mendongak memperlihatkan karya tanda cinta Seulgi dilehernya pada Hwasa.
Jimin berulang kali mencoba melepaskan tangan Hwasa dari rambutnya, namun semakin ia mencoba semakin kuat Hwasa menariknya, ditambah pula Jimin yang merasa lemah karena kehilangan tenaganya cukup banyak setelah disetubuhi secara paksa oleh Seulgi."Kau itu terlihat sangat bodoh, jika ingin berpura-pura lakukan dengan benar." Hwasa terlihat sangat marah, ia menggunakan tangannya yang lain untuk mencengkram pipi chubby Jimin.
Hwasa tak menyukai bagaimana Jimin tak berusaha untuk menyembunyikan indentitas pelacurnya saat bekerja, berlaku seenaknya sementang ia adalah mainan kesayangan Seulgi.
Dulu Jimin bisa melakukan itu karena tak ada yang berani menegur, tapi tamatlah riwayatnya sekarang karena Hwasa sudah menunjukkan jati dirinya yang asli."Apa? Kau akan mengadu pada Seulgi aku melakukan ini?"
Hwasa tertawa tepat didepan wajah Jimin yang memerah karena menahan rasa sakit.
"Lakukanlah dan kau akan mati ditanganku," sambung Hwasa kemudian menekan penis Jimin yang tertutup oleh selimut dengan lututnya, berulang kali.
Hwasa lalu mendorong Jimin ke atas ranjang setelah ia melepaskan cengkramannya pada rambut dan pipi Jimin.
----
Sudah sangat malam, dan Jimin masih bertahan di kamar pribadi Seulgi sembari menangis.
Sudah hampir jam 8, dan Yoongi belum menjemputnya karena lembur, sedangkan Seulgi entah pergi kemana dan Jimin tak berani menghubunginya karena takut akan dimarahi lagi seperti siang tadi.
Jimin sudah berpakaian dengan lengkap kali ini, sekarang Jimin punya dua cerita yang akan ia sampaikan pada Yoongi dan tentu saja Seulgi.
Tak lama, terdengar suara pintu ruangan dibuka membuat Jimin bergegas menghapus air matanya, dan Jimin justru kembali membasahi matanya dengan airmata saat melihat Seulgi membuka pintu kamar kemudian menghampirinya dengan senyuman."Kau menungguku?"
Jimin menganggukkan kepalanya berulang kali dalam dekapan hangat Seulgi, menangis tersedu-sedu di dadanya.