Jimin terlihat sibuk di apartemen Yeri, sesekali mencoba beberapa alat make up milik temannya itu, seperti memberi warna lebih merah untuk bibirnya dan memberi riasan ringan untuk kedua matanya, Jimin cukup pandai bermain make up, Yeri mengajarinya dengan sangat baik.
"Tumben Seulgi membiarkanmu kemari," ucap Yeri sembari duduk di atas kasurnya dengan hamburger ditangan, oleh-oleh Jimin.
"Entahlah, kurasa karena ia tak mau aku bosan karena urusannya dengan Pak Lee akan cukup lama," jawab Jimin kemudian tersenyum saat memperlihatkan riasan matanya yang membuat kedua mata itu menjadi semakin terlihat sayu, minta dijamah.
Yeri hanya menganggukkan kepalanya mengerti, tentu saja mood Jimin adalah yang paling penting untuk Seulgi.
Iri bukan main Yeri pada Jimin, diperlakukan seperti princess oleh dua orang terkenal dan kaya raya.
Jimin merasa bahwa ia tak sebahagia yang Yeri kira, ada kalanya masalah yang datang padanya dikehidupan serba berkecukupan ini lebih menyeramkan daripada saat ia miskin, dulu masalahnya hanyalah kelaparan beberapa jam."Ah, aku baru ingat.
Minggu lalu ada seseorang datang ke apartemen lamamu, dia mencarimu," ucap Yeri lalu menjelaskan bahwa orang itu adalah seorang wanita dan saat ia beritahu bahwa Jimin tidak tinggal lagi disana ia pergi begitu saja."Siapa, ya?" Tanya Jimin bingung juga, seingatnya ia tak punya teman perempuan lain selama ini selain Yeri dan kekasihnya Seulgi.
"Bagaimana penampilannya?"
"Seperti Seulgi, hanya saja auranya lebih menyeramkan."
Jimin langsung berpikir itu artinya dia orang kaya, dan Yeri menyetujuinya.
Bahkan Yeri menyuruh Jimin untuk diam-diam menjalin kasih lagi dengan wanita itu, lumayan katanya jadi semakin kaya nanti Jimin.
Tentu saja si manis menolak mentah-mentah, ia sudah jatuh sejatuh jatuhnya pada Seulgi juga pada Yoongi, ia tak akan berkhianat dari mereka yang sudah menjadi belahan jiwanya."Siapa tau kau ingin mengoleksi mommy," gurau Yeri yang mendapatkan lemparan bantal dari Jimin tepat di wajah.
----
Yoongi menghela napas saat melihat Daehwi berada di dalam ruangannya, sedang bermain ponsel kemudian menyambutnya yang baru saja kembali dari ruang meeting.
Daehwi bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri Yoongi dan duduk di sisi meja kerja."Apa kita ada janji bertemu lagi?" Tanya Yoongi basa-basi, kemudian langsung menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang kebetulan menumpuk hari ini.
"Tidak, aku hanya ingin menemanimu bekerja saja."
Yoongi menatap Daehwi sebentar kemudian kembali bekerja, ia rasa tak perlu ditemani karena mungkin Daehwi akan bosan melihatnya.
"Tidak apa-apa, melihatmu dari sofa saja aku sudah senang."
Daehwi menyentuh jas kantor Yoongi, memperbaikinya kemudian mengusap dada kekasih Jimin itu dengan sensual.
Pria itu terlihat begitu bekerja keras untuk menarik perhatian lelaki yang dicintainya sejak sekolah menengah atas, mengetahui fakta bahwa Yoongi kini milik Jimin, seseorang yang dirasa jauh dibawah kakinya justru mendapatkan cinta Yoongi.
Daehwi selalu marah jika mengingat itu, dan tekadnya untuk mendapatkan Yoongi semakin lebih kuat."Daehwi, apa yang kau lakukan?"
Yoongi menyingkirkan tangan Daehwi, kemudian menatapnya dengan marah.
"Jika karyawanku melihat apa yang kau lakukan rumor aneh akan menyebar dengan cepat."
Daehwi terkekeh mendengar Yoongi terdengar sangat gelisah, ia hanya takut Jimin datang tiba-tiba Daehwi rasa.
Pria tinggi itu lalu bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju punggung Yoongi, ia usap lagi bahu Yoongi dan memberi sang sahabat pijatan.