Seulgi menghabiskan sisa waktu malamnya di dapur sendirian, ditemani oleh sebotol alkohol dengan tubuh seluruhnya bersandar pada kursi.
Helaan napas terus keluar dari celah bibir yang sering kali mengecup tubuh Jimin itu, pikirannya sedang kalut sekarang, memikirkan apa apa saja yang sudah membuat Jimin tak lagi melihatnya sejak beberapa jam yang lalu.
Sakit sekali rasanya, melihat bagaimana Jimin merasa begitu aman di dalam dekapan Yoongi bahkan ketika ada dirinya disana."Apa yang salah?"
Yoongi juga tak bisa masuk ke dunia mimpi, setelah berhasil membuat Jimin tidur lebih dulu pria itu muncul di dapur lalu duduk didepan Seulgi yang terlihat menyedihkan.
"Tidak tahu," gumam Seulgi, sembari memperhatikan Yoongi yang mengambil botol alkohol miliknya kemudian meminumnya.
"Masih soal Hwasa?"
Seulgi menarik kembali alkohol yang baru saja Yoongi simpan ke atas meja, sama seperti Yoongi, Seulgi meminum alkoholnya dari botol langsung.
Lalu, ia menganggukkan kepalanya sembari menunduk memainkan botol yang sudah kehilangan setengah isinya.
Helaan napas lagi-lagi terdengar nyaring keluar dari celah bibi Seulgi, yang kali ini didengar Yoongi dengan tatapan prihatin.
Yoongi merasa kasihan pada Seulgi, ia juga merasa tidak enak.
Yoongi menyadari bahwa keberadaannya masih abu-abu di antara Seulgi dan Jimin, walaupun keduanya tak pernah melupakan Yoongi sebagai bagian dari mereka, Yoongi tetap merasa bahwa cinta Jimin padanya belum sebesar pada Seulgi.
Yoongi juga menyadari bahwa semalam Jimin memeluknya untuk membuat Seulgi cemburu."Apa yang terjadi?" Tanya Yoongi, ia ingin semuanya kembali seperti dulu, saat-saat tak ada masalah di antara mereka bertiga dan hidup selayaknya pasangan yang bahagia.
Seulgi lalu menceritakan semuanya pada Yoongi, cerita Jimin yang mengaku dilecehkan oleh Eunwoo dan diintimidasi oleh Hwasa.
Seulgi juga menumpahkan keluhan yang sama pada Yoongi, seperti pada Jimin ia mengatakan bahwa si mungil hanya terlalu cemburu hingga mengarang cerita agar Hwasa dikeluarkan."Dia setuju saat kau menyuruhnya melihat CCTV?"
Seulgi mengangguk.
"Jika dia mengarang, bukankah seharusnya ia menolak melihat CCTV?"
Kali ini, Seulgi menatap Yoongi dengan alis satu terangkat.
Sial, kenapa ia baru menyadarinya?
Benar juga, jika Jimin memang mengarang cerita kenapa ia yang terlihat sangat bersemangat untuk melihat CCTV dibanding dirinya sendiri."Bahkan jika kau tidak percaya, bilang padanya bahwa kau akan menyelidikinya." Yoongi memberi Seulgi saran yang bagus.
Daripada bersikeras mengatakan bahwa ia tak mempercayai Jimin, mungkin semuanya tidak akan seperti ini jika Seulgi tak melawan keras kepala Jimin dengan keras kepalanya juga."Apa yang harus aku lakukan?"
"Aku memiliki ide."
Jadi, malam itu.
Yoongi dan Seulgi menghabiskan waktu tengah malamnya untuk bergadang menyusun rencana untuk membuktikan ucapan Jimin, mereka bahkan mengganti alkohol dengan air putih agar tak mabuk ataupun mengantuk.
Meninggalkan Jimin didalam kamar yang tertidur lelap sendirian.
.
.
.
.
Walaupun terlihat bingung karena Jimin terbangun dengan hanya dirinya sendiri di atas kasur, ia tetap memasuki kamar mandi dengan wajah bengkak khas bangun tidur untuk mencuci wajah.
Setelahya, Jimin pergi ke meja rias milik Seulgi yang sebenarnya milik Jimin juga.
Seperti biasa, ia melakukan beberapa perawatan pada wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang terlihat, seperti paha, lengan dan leher.
Sedang asyik-asyiknya bermain dengan perawatan skincare, muncul Seulgi yang terlihat sudah rapi memasuki kamar membuat senyum cerah Jimin memudar secara perlahan."Yoongi dimana" tanya Jimin pada Seulgi tanpa menatapnya.
"Aku akan menyelidikinya."
Jimin mengangkat kepalanya kali ini, menatap Seulgi yang berdiri diambang pintu dengan senyumannya.