Jimin dibawa ke perusahaan oleh Seulgi, Seulgi memutuskan untuk menginap di kamar pribadi Perusahaannya.
Setelah membantu sang kekasih berganti pakaian, Seulgi langsung memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Jimin.
Jimin yang tak berhenti menangis sejak dibawa olehnya dari apartemen Chanyeol, semakin dibuat menangis saat Seulgi memberitahuinya soal Yeri yang kemungkinan sekarang berada di rumah sakit karena pelipisnya cukup banyak mengeluarkan darah."Dia dipukuli?"
Seulgi hanya mengangguk, menunggui penjelasan dokternya lebih jauh diluar kamar.
Dokter lalu menjelaskan bahwa Jimin mungkin akan mengalami sakit cukup lama pada beberapa bagian tubuhnya, ia menyarankan Jimin untuk beristirahat total seminggu ke depan, dokter itu juga tak lupa memberikan resep obat yang harus Seulgi beli esok pagi karena ini terlalu malam untuknya pergi ke klinik."Aku bisa pergi sekarang sebenarnya, tapi Jiminie tak ada yang menjaga." Seulgi tentu saja bisa pergi kemanapun ia pergi tidak peduli ia wanita, malam ataupun pagi.
"Ah, aku lupa kau Kang Seulgi."
"Kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa rajinlah kau memberinya salep itu."
Seulgi mengantar dokter muda itu hanya sampai pintu ruangannya, kemudian ia kembali bergegas masuk ke dalam kamar untuk menemui Jimin yang ternyata sudah tertidur sangat lelap.
Seulgi menghela napas lega, ia duduk disamping Jimin masih dengan dressnya yang sudah cukup kotor."Maaf, harusnya aku datang lebih awal."
Seulgi merasa bersalah, Jimin pasti sangat ketakutan dan terus menelponnya berulang kali untuk meminta bantuannya.
Kebetulan yang sebenarnya tak Seulgi senangi, namun sedikitnya ia bersyukur bahwa ternyata Chanyeol adalah mantan pegawai bermasalah di perusahaan Yoongi, dan ponsel miliknya berada di tangan Yoongi setelah ia melupakan benda penting itu di butik tadi siang."Lihat wajah manismu, sekarang penuh oleh luka," sambung Seulgi mengusap pipi gembil Jimin yang kini dipenuhi oleh lebam dan bibirnya robek cukup dalam, itu pasti sangat sakit.
"Aku akan membunuhnya, berani sekali dia menyentuhmu."
.
.
.Jimin terbangun dari tidurnya cukup siang, namun tubuhnya yang terasa sakit sana-sini tak bisa melakukan banyak hal, bahkan untuk bangun dari ranjang saja itu adalah suatu hal yang sulit dilakukan olehnya.
Seraya meringis merasakan sakitnya punggung ketika ia bawa berdiri, Jimin berjalan dengan perlahan memasuki kamar mandi, ia harus mencuci muka karena mandi terlalu sulit untuknya."Astaga, berapa banyak aku menangis semalam?" Tanyanya pada cermin kamar mandi, kedua matanya bengkak cukup parah.
Setelah selesai mencuci wajahnya, Jimin kemudian keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan secara perlahan menuju lemari pakaian.
Dengan hati-hati Jimin melepaskan pakaian atasnya, dan ruam-ruam merah keunguan muncul dibeberapa titik tubuhnya, menunjukkan seberapa sadis Chanyeol malam tadi."Sayang- Oh, kau sudah bangun?" Seulgi masuk ke dalam kamar, dengan pakaian yang sudah rapi.
Jimin terkejut, namun dengan cepat ia kembali merintih saat merasa tubuhnya berdenyut menyakitkan.
Jimin hanya mengangguk kecil, kemudian mengambil baju apa saja yang bisa dengan cepat menutupi tubuh bagian atasnya, Seulgi yang melihat itu lalu mencoba untuk membantu Jimin, namun sang kekasih dengan pelan menepis tangannya."Kenapa?" Tanya Seulgi, bingung.
"Aku malu," gumam Jimin, masih berkutat dengan pakaiannya yang belum juga masuk.
Seulgi tertawa kecil, hanya karena itu? Seulgi pikir Jimin akan memiliki rasa trauma setelah kejadian semalam.
Seulgi lalu mengambil kaos dari tangan Jimin, kemudian memakaikannya pada Jimin sembari bercerita bahwa semalam ia juga membantu Jimin berganti pakaian, dia juga melihat Jimin telanjang di kamar Chanyeol.
Jadi, si mungil itu tak seharusnya malu.