Seulgi bangun dari tidurnya dengan raut wajah panik, ia mencari Jimin ke setiap penjuru rumah tapi tak menemukan kesayangannya itu dimanapun, ia lalu menyuruh para penjaga rumahnya untuk mencari Jimin, sudah 1 jam berlalu tapi mereka belum laporan jika Jimin sudah ditemukan.
Bahkan Taehyung dan Jaemin pun turun tangan, ikut mencari Jimin ke dalam hutan hingga menemukan sebuah jalan menuju jalan raya, seperti baru saja dibuat dalam semalam."Ye-ji?" Tanya Jaemin, bukannya menjawab Taehyung justru kembali menuju rumah Seulgi diikuti Jaemin yang mengerti jika Taehyung pun berpikiran sama sepertinya.
"Kalian ikut?"
Setelah diberitahu jika kemungkinan besar ini adalah perbuatan Ye-ji yang sudah mengetahui keberadaan persembunyiannya, Seulgi langsung bersiap-siap dengan menyiapkan pistol berisi penuh dengan peluru.
Taehyung menganggukkan kepalanya, jelas ia akan ikut.
Jaemin yang juga setuju untuk ikut diberi bekal sebuah pistol oleh Seulgi, kemudian wanita itu menyakinkan mereka bahwa ia sangat mempercayai mereka sebagai kawan.Bukan hanya mereka yang berangkat, seperti biasa Seulgi juga akan membawa para anak buahnya.
Perjalanan itu di pimpin oleh mobil Seulgi yang disupiri oleh Taehyung, melaju di jalan satu arah keluar dari perhutanan.
Namun secara tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh Taehyung ditembak tepat di ban mobil, membuat mobil itu kehilangan kontrol dan melaju tanpa arah hingga membentur batang pohon.
Untungnya, mereka tidak mengalami cidera serius, tapi suara tembakan yang terus datang seperti hujan membuat mereka sigap mengeluarkan senjata masing-masing."Keparat," desis Seulgi saat melihat Ye-ji sekilas terlihat arogan berjalan dengan menembaki setiap mobil anak buahnya.
Benar kata Taehyung, Ye-ji yang membawa Jimin rupanya, ia datang lagi pasti untuk membunuh Seulgi agar Jimin tak ada lagi yang merebut.Ye-ji hanya tersenyum saat melihat Seulgi keluar dari dalam mobil, kemudian menurunkan pistolnya dan menyuruh para anak buahnya yang lebih ahli dalam menembak untuk berhenti.
Ye-ji lalu mendekati Seulgi tanpa rasa takut sedikitpun, ia mendecih saat melihat lebih jelas ada Taehyung dan Jaemin disana."Sepertinya kau sudah mengetahui kenapa aku disini, kan?" Tanya Ye-ji, menyentuh cap mobil Ye-ji lalu memandang dengan tajam pada Taehyung yang kini terus menodongkan pistol padanya.
"Jimin sudah kau dapatkan dariku, lalu apa lagi yang kau inginkan?" Tanya Seulgi sembari menurunkan tangan Taehyung.
Ye-ji mengernyitkan dahinya, bingung.
Dengan nyalang ia mengatakan bahwa ia baru saja mengetahui keberadaan persembunyian Seulgi, dan ia berencana membawa Jimin sekarang."Apa maksudmu? Lalu siapa yang membawa Jimin!" Seulgi kalut, jika bukan Ye-ji lalu siapa?
.
.
.
Ruangan ini terlalu besar, terlalu mewah juga.
Jimin berada didalam sana sejak malam tadi, berjalan kesana-kemari mencari celah untuk kabur, awalnya Jimin menyangka bahwa Ye-jilah yang membawanya, tapi ia tak mengenal kamar ini, begitu juga dengan pemandangan diluar jendela kamar tempat dimana ia disekap.
Seulgi menjadi yang paling sering dipanggil namanya oleh Jimin, meminta bantuannya karena benar-benar ketakutan.
Walaupun Jimin tidak terluka, bahkan ia disediakan sarapan di atas nakas, Jimin tetap tak bisa tenang jika tidak ada Seulgi disampingnya.
Pengalaman ia yang menderita begitu banyak saat tak bersama Seulgi membuat ia panik."Kau sudah bangun rupanya."
Jimin langsung berbalik badan kemudian memundurkan langkahnya, seorang pria berjalan menghampirinya.
Terlihat tinggi dengan wajahnya yang asing, disusul oleh seorang wanita, melewati pria tersebut kemudian berdiri begitu sangat dekat pada Jimin yang semakin memundurkan langkah kakinya, terpojok di antara kasur dan tembok."Apa yang kau lakukan," ujar pria itu, sedikit kesal karena dihalangi langkahnya.
"Aku hanya merindukannya, aku tak berpikir kau akan menempatkannya di tempat sebagus ini."