"Seulgi bilang dia akan mampir besok pagi. Pak Lee, kau butuh sesuatu? Biar aku yang minta Seulgi untuk membelikannya."
Pak Lee mengangkat kepalanya, menatap Jimin yang tadi telanjang di kamarnya kini sudah kembali berpakaian lengkap, sedang makan dengan lahapnya di meja makan.
Setelah itu, Pak Lee kembali menunduk, memakan sedikit demi sedikit nasi panas dengan lauk daging sapi tersebut."Pak Lee?"
"Ya, Tuan?" Pak Lee kembali mengangkat kepalanya.
Jimin mengerutkan dahinya bingung, masih dengan mengunyah Jimin memiringkan kepalanya. "Pak Lee, kau sedang banyak pikiran, ya?" Tanyanya, dengan wajah sengaja dimajukan untuk melihat lebih jelas wajah pak tua di hadapannya itu.
Pak Lee jelas menggelengkan kepala. Tak banyak, hanya satu hal yang membuatnya seperti orang banyak masalah.
Punggung mulus dan pantat sintal Jimin adalah masalahnya kini.
Astaga, ia terlalu tua untuk menyimpang dan horny, bukan? Tapi tetap saja, rasanya semakin aneh jika Pak Lee tak tergoda oleh tubuh molek kesayangan Seulgi itu."Ah maaf Tuan, saya tidak mendengarmu dengan baik. Jadi, apa yang ingin kah katakan, Tuan?"
Jimin mengulang lagi pertanyaannya, dengan bibir mengkilap karena minyak dan penuh oleh nasi yang sedang ia kunyah. Sial, Jimin bahkan memainkan sumpit makan itu dimulutnya sesekali.
"Kurasa aku perlu pelicin tubuh," gumam Pak Lee yang tak disangka didengar oleh Jimin.
"Pelicin tubuh? Apa itu?"
Pak Lee jadi gelagapan sendiri. Entahlah, ia juga tidak tau apa sedang terjadi dengan dirinya, kalimat itu keluar tanpa ia kontrol.
"Lotion, ya? Benar! Aku juga butuh lotion baru, akan aku beritahu Ketua Kang untuk membeli banyak," ucap Jimin penuh semangat seperti biasanya.
Kemudian dia berdiri dari meja, membungkuk hormat pada Pak Lee sembari mengucapkan terimakasih atas masakannya."Kenapa aku butuh lotion?" Tanya Pak Lee entah pada siapa.
"Ah, sepertinya memang perlu," sambungnya sembari menatap celana kainnya yang mengembung di bagian tengahnya.
.
.
."Aaah...aaaah eumh."
Seulgi semakin menggerakkan tangannya dengan cepat pada penis Jimin yang terlihat akan dengan segera mengeluarkan lahar manisnya, ia tarik rahang Jimin untuk ia hisap bibir tebal itu yang kini terasa seperti pasta gigi.
Seulgi dengan segera menahan paha Jimin yang akan terjatuh ke lantai kamar mandi karena tak kuat menahan keseimbangannya sendiri, dan beberapa saat kemudian tubuh Jimin bergetar cukup hebat dengan lahar manisnya mengotori telapak tangan Seulgi."Haaah... Haaahh."
"Kau cantik sekali," Puji Seulgi mengoleskan cairan yang berada ditangannya ke wajah Jimin yang terlihat masih menggoda dengan deru napas naik-turun.
Seulgi datang ke apartemen Pak Lee saat Jimin sedang mandi, tak menunggu lama lagi Seulgi langsung mengejutkan Jimin yang sedang bermain sabun dengan serangan-serangannya yang tiba-tiba, sampai pada akhirnya Jimin berakhir mengangkang di atas toilet duduk dengan penis kecilnya dimainkan oleh Seulgi.
Tubuhnya masih penuh oleh sabun padahal, dan pakaian Seulgi juga menjadi sedikit basah karenanya."Bagaimana jika Pak Lee mendengar suaraku?" Tanya Jimin dengan rengekan lemahnya.
Seulgi hanya tertawa kecil dan memberitahu Jimin bahwa Pak Lee tak berada di apartemen, pria tua itu tak sengaja bertemu dengannya di jalan tadi, katanya mau pergi ke minimarket untuk membeli keperluan dapur dan Seulgi sudah memberikan uang lebih untuknya karena Jimin mungkin makan sangat banyak.
Seulgi lalu meminta Jimin untuk segera membersihkan diri, ia ingin membawa Jimin jalan-jalan sembari menemui Yoongi yang katanya menunggu di restoran Daniel, ada pertemuan klien disana.