Gelak tawa bahagia keluarga harmonis Park terhenti tiba-tiba karena dering ponsel Sean yang kembali berbunyi.Masih dalam pelukan Sang Ayah, ia melirik pada ponsel yang memperlihatkan nama Vantae.
Dengan kesal ia melepaskan pelukan Ayahnya kemudian mematikan panggilan Vantae lewat ponsel mahalnya itu.
Ia tidak ingin lagi berbicara pada seseorang yang kewarasannya diatas normal.
"Sudahlah tak perlu lagi meladeninya,"
"Ayahmu benar, Sean!" Sean mengangguk.
Vantae ternyata tidak menyerah, sepertinya ia sangat suka jika Sean merasa terpojok akan penghinaannya.
Dering ponselnya terus berbunyi kembali, tanpa melihat siapa nama penelpon—buru-buru Sean menempelkan benda persegi itu di pipinya.
"Saudara Vantae yang terhormat. Kau harus mengerti bahwa diantara kita sudah tak ada hubungan apapun lagi. Jadi kumohon, jangan pernah lagi mencampuri urusanku. Tidak peduli aku atau kau akan menikah dengan siapa, kau juga tidak punya hak untuk terus menghinaku. Jika kau masih punya malu untuk terus menghinaku, maka jangan salahkan aku jika ..."
Suara Sean tercekat, sepertinya dadanya sesak jika ingat keduanya pernah mempunyai hubungan yang sangat spesial dahulu.
Tapi, seketika keindahan yang pernah Vantae berikan padanya, musnah begitu saja—ia masih mengingat wajah terbuai dari mantan tunangannya itu ketika di atas ranjang bersama wanita jalangnya.
"Vantae masih menguubungi dan mengganggumu?"
Suara bariton dingin itu menyapa indera pendengaran Sean dari seberang sana.
Sean tercengang, dengan sibuknya memeriksa nama penelpon pada layar ponsel pintarnya.
Suamiku Tecinta!
Tangannya bergetar, Sean sedikit panik.
Astaga, jadi yang menghubunginya itu adalah Jeon Khyle!
"Ti-tidak, bukan ..."
"Sayang, aku sudah pernah mengatakan padamu jangan berbohong padaku." Suara Jk masih dengan nada yang membuat Sean seketika membeku.
Raut wajah Sean seperti anak anjing yang sedang ketahuan berbuat nakal saat ini. Lucu sekali. Bibirnya yang mengerucut, matanya yang berbunar sendu, terlihat menggemaskan.
Sayang sekali Jk tak melihat wajah wanitanya saat ini.
"Benar, tak ada Jeon ..." rengek Sean.
"Sayang, aku tak suka!"
"Baiklah. Memang tadi ia menelponku. Hmm, sebelum ia berkata banyak aku sudah menutup sambungannya,"
Diseberang sana Jk bergeming, masih tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Ku mohon jangan seperti ini, Jeon. Ia benar-benar tak mengatakan apapun, ia hanya bilang bahwa aku mendapatkan paha ayam yang besar ..." tuturan Sean semakin mengecil.
Mendapatkan paha atau betis yang besar artinya, diberi sedikit lalu menginginkan yang banyak. Seakan perkataan Vantae benar-benar sangat menghina Sean.
"Tetapi, perkataannya juga tak semuanya salah. Aku memang mendapatkan paha besar. Apa kau tak mau membiarkanku memeluk paha besarmu?"
Sungguh, ia tak pernah merayu. Perkataannya itu terdengar ambigu. Taknapalah, asal prianya itu tidak marah padanya.
Jk tetap bergeming, tak ada suara balasan darinya. Sunyi.
Sean yang masih merasa rayuannya itu tak berhasil akhirnya memilih kembali pada mode seorang Seanne Park.
"Jeon, jika kau masih seperti ini, aku akan marah!"
Berharap gertakannya mempan dan ternyata ...
"Aku bukan bermaksud tak mau memberimu pelukanku." suara sarat kekecewaan itu terdengar. "Aku hanya tak suka jika.kau berbohong padaku. Sean, kau harus tahu bahwa kau sangat penting untukku. Aku tidak ingin kau dirugikan oleh siapapun, apakah kau tahu itu?" ujar Jk.
Sean berdeham. "Tapi aku tidak merasa dirugikan ... Lagipula, aku, aku memarahinya kembali. Menurutku Vantae seperti orang gila, mendengarku bahwa aku menemukan pria yang ribuan kali lebih baik darinya, jadi dia ingin aku menderita ..."
Awalnya, Sean masih memikirkan bagaimana lagi caranya membujuk pria ini. Tapi belum selesai memikirkannya, suara diseberang sudah mulai melembut.
"Jadi benar kan, Sayang. Aku sangat sempurna di hatimu?"
Sean menganga.
"Meskipun aku tahu, aku seribu kali lebih baik darinya. Tapi, mendengar langsung dari mulut istriku, aku sangat bahagia!"
"Hei!"
Ingin sekali Sean memukul kepala pria ini. Menyebalkan.
Padahal ia mempertaruhkan gengsinya, hanya untuk merayu Jk. Sungguh tidak pernah ada di kamusnya, merayu pria. Tapi, pria yang dalam beberapa minggu lagi akan menjadi suami sahnya itu, bisa membuatnya ketakutan jika pria itu sudah dalam mode diam seperti tadi.
"Sean, aku sangat mencintaimu. Aku sangat merindukanmu istriku," suara yang tadi terdengar ceria tiba-tiba menjadi pelan. "Hanya saja ia sedikit sakit dan sesak, jika memikirkanmu." cicit Jk.
"Apa, apanya yang sakit? Apa kau tidak memeriksanya ke Dokter?" Sean sedikit khawatir.
Jk tertawa kecil, "Tak ada gunanya pergi ke dokter. Hanya kau yang bisa mengobatinya. Ia akan memberi hormat dengan sendirinya, di setiap kali ia melihatmu. Tapi, dalam dua hari ini kita tak bertemu karena kesibukanku. Jadi, aku hanya bisa bertemu denganmu di dalam mimpi—dirimu di dalam mimpiku sangatlah cantik ..."
Sean tersipu, "Hei Tuan mesum, tutup mulutmu. Bisakah mulut dan otakmu itu dicuci dengan sabun deterjen saja? sangat kotor!"
"Tidak mesum, Sayang. Aku hanya mengatakan kebenarannya."
Sean tidak mau mendengarkan rayuan maut Jk lagi, langsung ditutup sambungan itu. Bisa bahaya nanti, jika wajahnya semakin memerah seperti kepiting rebus.
Ia tersenyum mengingat betapa menggemaskannya istrinya itu. Setelah Sean menutup teleponnya, raut wajahnya berubah menjadi dingin dan meraih gagang telepon ruangannya—menghubungi seseorang.
"Hallo Jae, bagaimana dengan masalah keluarga Vantae?"
Masihkah ada Rosekookers stan garis keras disini?
Hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI, MR JEON! - ROSEKOOK FANFICTION
Fanfiction🤍Fiksi Umum-Fiksi Penggemar-Adult Romance🤍 Description : Mengetahui kebenaran One night stand kekasihnya, membuat ia memutuskan hubungannya yang tengah merencanakan pernikahan. Seanne Park, berakhir membalas ONS kekasihnya itu dengan perbuatan yan...