9. Finally, She's Laughed

2.9K 461 13
                                    

Setelah Ayah Park berucap seperti itu, ia beranjak ke ruang kerjanya meninggalkan Sean dan Ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah Ayah Park berucap seperti itu, ia beranjak ke ruang kerjanya meninggalkan Sean dan Ibunya.

Sean menatap Ibunya memelas, "Ibu ..." rengeknya, "Aku tidak punya hubungan dengan siapa pun, orang itu sama mabuknya denganku saat itu, jadi ... jadi kami," lidahnya kelu, bagaimana ini, apa Ia harus berbohong? menjelaskan pada Ibunya saja ia tak menemukan kalimat yang tepat, lantas bagaimana menjelaskan pada Ayahnya, yang jelas-jelas orang cerdas. Matilah kau Sean!

"Sayang, Ibu sangat mengetahui putri Ibu seperti apa. Jika hanya karena mabuk tidak mungkin kau begitu kesulitan untuk menjelaskan semuanya pada Ayahmu?" Ibu Park sangat mengerti putrinya. "kenapa, apakah latar belakang keluarga bocah itu tidak baik, atau bocah itu yang bermasalah?" lanjut Ibu Park.

"Bu-bukan ... begitu Bu!" cicit Sean pelan, masalahnya Sean tidak tahu keluarga Jeon seperti apa, bahkan ia tidak tahu pekerjaan dari Jeon apa? Lebih parahnya lagi mereka sudah menikah. Huh, jika Ayah tahu dipastikan tamatlah riwayatmu Sean!

Ibu Park menghela napasnya, "Sudah Sayang, kau tidak perlu khawatir begitu. Bagaimanapun kekayaan keluarga kita lumayan baik, walaupun ia bocah miskin, kami akan tetap menyetujuinya. Jika itu yang kau pilih, kami tidak bisa berkata apapun lagi,"

"Aku tidak, aku ..." tiba-tiba Sean tergagap, tak bisa berkata-kata. siapa yang ingin memilih pria macam itu, batinnya.

"Ibu tahu kau sangat pemalu dalam hal ini, jadi apakah hari ini kau akan menemuinya atau menghubunginya? Kau tahu bukan, sifat Ayahmu seperti apa, kau tidak akan bebas begitu saja sebelum membawa pria itu ke rumah!"

Sean ingin sekali mencaci Jeon yang ternyata membuat keadaan sepertinya makin rumit menurutnya.

Memang benar, ia akan mengenalkan Jeon pada kedua orang tuanya, suatu saat nanti. Baru kemarin ia berbicara seperti itu tapi sekarang sudah ketahuan, bagaimana ini?

•••

Sean kembali ke kamarnya, berniat untuk menghubungi Jeon, tiba-tiba ia berpikir sepertinya ia belum menyimpan nomor pria itu. Sebegitu cerobohnya kau Sean, bagaimana jika Jeon bukanlah orang yang bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya?

Saat men-scroll kontak teleponnya, ternyata ia menemukan kontak Jeon, dan pria itu memasukkannya kontaknya sendiri dengan nama "Suami Tampanku"

Sangat menggelikan!

Sean tidak bisa menahan tawanya, benar-benar si Jk itu.

Sean berpikir akan lama sekali jika Jk mengangkat telepon, karena pria itu mungkin orang sibuk? Tetapi belum selesai nada pertama terdengar, telepon itu langsung dijawab seseorang.

"Sean sayangku, kau sudah merindukanku?" suara lembut Jk menyapa Indera pendengarannya membuat degupan jantungnya berpacu cepat.

"Sean, Halo, sayang kau masih disana?" suara Sean tak terdengar, "ada apa, Hm? Kau masih malu menghubungi suamimu ini?" tanya Jk penuh kelembutan, namun diselingi tawa.

Kuping Sean memerah, "Kau, bisakah serius sedikit?"

"Apakah harus seserius itu untuk menelepon istriku sendiri?" Jk menghela napasnya, "Jadi menurutmu, kapan aku tidak boleh serius, hm?"

Nada di akhir kalimat Jk barusan membuat Sean merinding, jika ia adalah sebongkah es sudah dipastikan akan mencair saat itu juga.

"Ck, sudahlah Jeon, bisakah kau berbicara yang penting saja?"

"Sayang, kau tidak tahu saja saat aku mendengar suaramu, tiba-tiba bagian selatanku bangun!"

"Dasar bajingan!"

"Bajingan ini adalah suamimu tercinta, Sean." Jk tidak marah sama sekali dengan berbagai macam umpatan istrinya itu, "Jadi, Istriku tercinta, apakah ada sesuatu yang akan diperintahkan kepada suami tampanmu ini?" terdengar suara tawa dari Sean di seberang sana.

Ia juga tak tahu apa yang terjadi padanya, mendengar suara Jk sungguh membuat mood-nya menjadi baik.

Mendengar tawa Sean, Jk tak bisa membendung rasa senangnya, bahwa Sean tertawa karena dirinya, "Baguslah kau sudah tertawa, Sayang!" sebuah kata-kata yang terdengar biasa saja, namun sedikit menusuk relung hati Sean. Ia baru sadar dari dua hari kemarin ia belum bisa tertawa, seberat itukah masalahnya dengan Vantae?

 Ia baru sadar dari dua hari kemarin ia belum bisa tertawa, seberat itukah masalahnya dengan Vantae?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAI, MR JEON! - ROSEKOOK FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang