16. Serangga Pengganggu

7K 841 40
                                    

Happy Reading

****

"Hm?"

"Suaranya suram banget, kenapa? Putus sama Frans, ya?"

"Enggak, lagi kesel aja. Mau baku hantam sama dinding."

"Jangan, kasian dindingnya."

Hana menatap ponselnya dengan tatapan tajam. Berharap sang mama bisa melihat wajahnya saat ini. Hana menghela nafas untuk kesekian kalinya, rasanya ingin makan makanan pedas agar emosinya bisa hilang seketika.

"Hana, kamu masih di sana?"

"Enggak, ma, Hana udah tidur."

"Mama tau kamu lagi kesel, apapun penyebabnya mama tau Hana bisa menyelesaikannya sendiri. Kalau kamu sama Frans udah end, yaudah cari yang lain aja. Masih banyak cogan berkeliaran di luar sana."

"Mama tau cogan dari siapa? Pasti Tante-tante tetangga itu kan yang ngajarin mama?"

"Tepat sasaran! Hana ada cita-cita mau jadi anak indigo? Atau indihom?

"Mama!"

"Iya-iya. Ini udah hampir tengah malam, Hana tidur besok mulung."

"Iya, ma, iya. Mama juga jangan begadang, nanti keriput."

"Iya, kalau itu mama juga tau, yaudah mama tutup, ya."

Bip.

Hana menaruh ponselnya di atas meja. Setelahnya Hana menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Rasanya sangat nyaman, matanya ikut terpejam.

Aku atau dia?

Mata Hana kembali terbuka, dirinya kembali teringat dengan perkataan Frans padanya. Laki-laki itu terlihat sangat kesal tadi, apakah dirinya harus meminta maaf?

"Ah, sudahlah." Hana mengambil guling dan memeluknya dengan erat. Persetan dengan apa yang akan dilakukan Frans nantinya.

****

"Dia berasal dari keluarga yang tergolong kaya, ayahnya seorang pengusaha sukses dan ibunya merupakan seorang psikiater. Mereka tidak tinggal di negara ini karena ibunya yang bekerja di rumah sakit ternama New York."

Kenzie meletakkan gelas minumannya, dia menatap laki-laki paruh baya yang berdiri di hadapannya," ada lagi?"

"Dia lulusan terbaik di kampusnya, dia bahkan langsung menjadi psikiater tanpa masa percobaan dan menjalani masa kuliah lebih cepat daripada mahasiswi lainnya. Keinginannya adalah memiliki rumah sakit atas namanya."

Setelah penjelasan panjang lebar yang disampaikan salah satu orang kepercayaannya, Kenzie mengerti bagaimana Hana bisa menjadi seorang psikiater pada usia yang masih sangat muda. Yang umumnya pada usia itu dia seharusnya masih bergelut dengan tugas kuliah.

"Tapi, kenapa dia tidak minta saja kepada orang tuanya? Bukankah dia kaya?" bingung Kenzie.

"Maaf, apa maksud tuan?"

Kenzie mengibaskan tangannya," sudahlah, lupakan."

Dapat disimpulkan bahwa Hana tidak ingin bantuan dari kedua orangtuanya. Dia memilih mewujudkan keinginannya melalui keringatnya sendiri.

"Jadi... apakah kita akan segera menguras kekayaan pasutri itu?" Kenzie tersenyum miring.

Orang kepercayaan Kenzie, yang biasa dipanggil Pak Bimo menatap Kenzie dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak ada alasan untuk membantah keinginan seorang Kenzie Aldianov. Atasan yang sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri.

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang