25. Pecahan kaca

4.5K 628 27
                                    

Happy Reading

****

Hana berjalan menuju pintu. Saat tangannya menyentuh gagang pintu, perkataan Kenzie tadi tiba-tiba terlintas dipikirannya. Memang, yang Kenzie katakan sangat menggangu pikirannya. Tapi disisi lain, Hana merasa tidak apa-apa dengan itu. Hana akan menerima apapun itu dari Kenzie.

"Maafkan dia."

Setelah keluar dari kamar Kenzie, pria paruh baya dengan setelan jas berdiri di depan Hana. Apa dia meminta maaf untuk Kenzie?

"Tidak apa-apa." ujar Hana tersenyum.

Hana tau dia adalah Pak Bimo. Orang kepercayaan Kenzie. Dan untuk mengapa Hana bisa ada disini, sederhana saja. Saat Kenzie tidak sadarkan diri di taman, Pak Bimo datang dengan mobilnya, Membawa Kenzie pulang ke rumah. Dan Pak Bimo jugalah yang memintanya untuk menemani Kenzie sampai lukanya sembuh. Karena Pak Bimo tidak ahli dalam bidang itu.

"Kenzie, dia anak yang baik."

Mereka berjalan beriringan. Pak Bimo mengajak Hana berkeliling. Dengan sedikit antusias Hana mendengarkan apa yang dikatakan Pak Bimo.

Hana terkagum-kagum, rumah Kenzie sangat besar untuk dihuni dua orang. Rumah dengan nuansa hitam putih, sangat cocok untuk Kenzie. Pak Bimo menuntunnya menuju atap. Rumah Kenzie memiliki tiga lantai, dan kamar Kenzie berada di lantai tiga.

"Eh?" Hana terdiam saat sampai di atap.

"Dia... Kenzie." ujar Pak Bimo seraya tersenyum melihat apa yang dilihat Hana.

Kenzie yang tengah tidur dengan posisi duduk dan satu lutut tertekuk. Ada bantal kecil yang di letakkan di atas lututnya untuk menaruh kepalanya. Di sekelilingnya ada tumpukan bantal dan selimut yang di jejerkan membentuk sebuah benteng dengan Kenzie berada di dalam kelambu lipat. Kenzie tertidur pulas, layaknya seorang bayi. Tidak ada beban apapun, yang terlihat hanyalah tubuh yang kelelahan.

"Kenzie itu seperti pecahan kaca." Pak Bimo bersuara.

Hana mendengarkan. Dia cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dia sama sekali tidak tau sisi Kenzie yang ini. Ternyata selama ini Hana tidak pernah mengetahui siapa Kenzie sebenarnya. Hana tersenyum kecut, dia pernah merasa sebagai orang yang tau Kenzie melebihi siapapun. Konyol sekali.

"Pecahan kaca yang jika disentuh maka dia akan melukaimu. Maka dari itu tidak ada yang mau memperbaiki pecahan itu, mereka takut terluka atau mungkin tidak siap untuk terluka."

Pak Bimo melirik Hana," anda orang pertama yang saya bawa kesini. Melihat daerah yang Kenzie sendiri melarang seseorang untuk memasukinya. Yang lainnya hanya sampai lantai satu."

"Eh? Maksudnya--"

"Benar, sudah ada beberapa wanita yang Kenzie bawa pulang."

'hah? Apa? Apa? Coba katakan sekali lagi! Beberapa wa-wanita? Beberapa itu berapa?'

Hana memaksakan senyumnya," ah.. begitu, ya."

Pak Bimo mengatakannya dengan begitu enteng. Tidak taukah bapak ini kalau Hana sedikit kesal mendengarnya?

Hana berdehem,"tapi Kenzie tidak tau kalau saya kesini, lagi pula bapak yang membawa saya. Jadi, apa bedanya saya dengan para wanita itu?"

"Jika Kenzie tidak menyukai anda, sudah dari tadi dia akan menendang anda keluar dari rumahnya tapi Kenzie tidak melakukannya. Dia membiarkan anda berada di kamarnya bahkan mengobati luka-lukanya." jelas Pak Bimo.

Ah, benar juga. Katanya para wanita itu hanya sampai lantai satu. Berarti tidak ada yang pernah ke lantai dua, ataupun tiga. Hana tersenyum miring, mengagumkan sekali dirinya menjadi yang pertama sampai di lantai tiga bahkan bisa melihat tempat yang Kenzie sembunyikan dari orang-orang. Ah, Kenzie menyebut tempat ini apa? Mungkin, tempat rahasia?

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang