41. Aku? Alat?: Akhir

2.2K 278 35
                                    

Happy Reading

****

"Bianca gila!"

Begitu teriak mereka setelah melihat diri mereka di cermin. Rambut panjang indah mereka sudah hilang. Yang tinggal hanyalah karya indah dari Bianca. Potongan rambut yang Bianca beri nama Potongan Abstrak. Mau tidak mau mereka harus memotong habis rambut yang sudah tak berbentuk itu. Benar, semua orang akan melihat mereka sebagai seseorang yang botak.

Hana berdiri, menghampiri Bianca yang berdiri di tengah kelas. Dengan gunting di tangan kanan serta senyuman  kepuasan setelah beraksi. Bianca ibaratkan seperti seorang pembunuh yang baru saja membantai mangsanya.

"Kau puas?" Hana bertanya.

"Lebih dari itu," jawab Bianca acuh.

Hana mendekat lalu berbisik,"bagus sekali. Jujur saja kau selalu membuatku gemas. Karena setiap kali mereka menggunjingkan mu, kau hanya diam tak membalas apapun. Tapi kali ini kau membuatku takjub."

Bianca menatap Hana, jauh ke dalam netra gadis itu,"itu karena jika aku membuat masalah, mereka akan kecewa. Aku tidak boleh mencoreng nama baik mereka. Masalah yang aku sebabkan bisa saja mempengaruhi nilaiku di mata guru."

Hana mengangguk, memiringkan kepalanya menatap Bianca dari bawah sampai atas,"sekarang bagaimana? Sepertinya mereka akan mencoret namamu dari Kartu Keluarga karena telah membuat kerusuhan."

"Kerusuhan? Kapan aku melakukannya?" tanya Bianca tersenyum licik.

Hana tertegun. Satu hal yang terlupakan oleh Hana bahwa Bianca adalah seorang Ketua OSIS di sekolah ini. Gadis licik itu pasti menggunakan koneksinya untuk membungkam para korbannya tadi. Terlebih lagi, Bianca tau seluk beluk keburukan mereka yang dimana hal itu bisa saja  membuat mereka di keluarkan dari sekolah. Pantas saja, dia terlihat sangat santai menjadi tukang cukur rambut dadakan padahal juga ada CCTV yang mengawasinya.

Hana melirik CCTV yang ada di sudut kelas,"sudah dimatikan, ya."

"Kuhajar kau jika bermulut licin tentang masalah ini," ancam Bianca berlalu meninggalkan Hana.

"Kau pikir aku peduli tentang urusanmu?"

Ucapan Hana menyiratkan bahwa dia tidak ingat ikut campur dan peduli dengan apa yang dilakukan Bianca. Lagi pula, tidak ada untungnya Hana membocorkan masalah ini.

"Baguslah."

****

"Kau mimisan," khawatir Zio melihat darah mengalir dari hidung Bianca. Dia berusah membersihkan darah itu dengan menggunakan tisu yang sengaja dia beli untuk Bianca.

"Apa kau begadang lagi?"

Bianca mengangguk,"aku mengerjakan soal-soal yang diberika guru kemarin."

"Kenapa? Kenapa kau selalu berlebihan dalam belajar, hah?"

"Nilaiku turun drastis. Papa sangat marah, mama juga ikut sedih, maka dari itu aku..."

"Kenapa kau mau jadi alat untuk mereka, hah?" Zio memegang kedua bahu Bianca.

Mulut Bianca terbuka, sedikit terkejut dengan ucapan Zio.

"Aku? Alat?"

"Apa lagi? Bukannya mereka menjadikanmu alat? Alat untuk mencapai tujuan mereka sendiri?"

"Apa maksudmu? Mereka seperti itu karena ingin aku bahagia di kemudian hari."

"Kau gila atau bodoh? Jika mereka benar-benar memikirkan kebahagiaan mu, mereka tidak akan menuntutmu harus berhasil dalam segala hal!"

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang