46. Perdagangan Manusia: Lima

1.6K 262 55
                                    

Happy Reading

****

Satu jam yang lalu...

' Apa yang harus aku lakukan? Sial, seharusnya aku tidak usah membual di depan Andre. Sekarang bahkan aku tak tau bagaimana caranya keluar dari kondisi ini.'

Hana bisa merasakan keringatnya yang bercucuran karena panas. Memakai jubah seperti ini, Hana seperti berada dalam dunia fantasi atau bahkan dalam sebuah drama.

'aku berharap dia tidak datang kesini.'

Mata Hana terpejam, merapalkan kalimat itu dalam hati. Dia tidak ingin laki-laki itu masuk dalam permainan ini, sudah cukup baginya untuk menderita. Hana tidak yakin kalau dirinya tidak akan ikut sakit melihat laki-laki itu mengamuk dan memporak-porandakan tempat ini.

Namun, disaat Hana memikirkan Kenzie. Tangannya tiba-tiba merasakan genggaman erat dari seseorang yang menariknya menjauhi panggung setelah lampu dimatikan.

'siapa? Andre? Atau... Kenzie?'

Di balik tudung jubah Hana, dia bisa mendengar bahwa orang yang di depannya ini tengah terengah-engah, nafasnya memburu. Bak sebuah tali takdir yang saling mengikat, baru beberapa menit yang lalu Hana memikirkannya, dan dia sudah berada di depannya.

"Ken?"

Kenzie tersenyum, dia senang Hana bisa langsung mengenalinya. Perlahan Kenzie membuka tudung jubah itu dan terlihatlah wajah yang selama ini jauh dari pandangannya.

"Senang sekali rasanya kau langsung mengenaliku."

Hana tersenyum,"kau selalu menempel padaku setiap saat, mana mungkin aku tidak mengenalimu? Bahkan tarikan nafasmu itu, aku sangat-sangat mengenalinya."

Hana mengerutkan keningnya, kenapa Kenzie malah memalingkan wajahnya seperti itu? Apakah ada yang salah dari ucapannya?

"Ken?" panggil Hana lembut.

Kenzie mendongak, berusaha mentralkan detak jantungnya yang menggila di dalam sana. Bagaimana caranya dia bersikap biasa saja disaat Hana berkata bahwa bisa mengenalinya hanya dari tarikan nafasnya?

Kenzie mengusap wajahnya, dia tersenyum kecil. Namun, dalam pandangan Hana berbeda. Di matanya Kenzie seperti sedang tersenyum miring dan sedikit... aneh?

"Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada."

'wah, lihat senyumannya itu. Apa dia sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan tempat ini?'

Hana menyipitkan matanya,"jangan bilang kau sedang merencanakan sesuatu dengan akal bulus mu itu."

Kenzie menggeleng pelan seraya mengusap pucuk kepala Hana. Gadisnya ini benar-benar menggemaskan.

"Kenapa kau selalu curiga padaku?"

Hana tertawa renyah lalu menatap dalam kedua netra Kenzie,"baiklah, kurasa kita terlalu membuang waktu. Sebentar lagi lampu akan dihidupkan. Aku sudah yakin kau mempunyai rencana sebelum datang kesini. Konyol sekali jika kau datang tanpa persiapan."

Hana benar. Kenzie bisa mendengar teriakan para tamu yang meminta untuk segera memperlihatkan 'Secret People'. Sebaiknya dia tidak membuat Andre curiga dengan menghilangnya Hana dari panggung.

"Kemari," instrupsi Kenzie pada seseorang, "tidak usah malu di depan Hana. Lagi pula aku jujur saat mengatakan kau sangat luar biasa dengan penampilan seperti itu."

Hana menoleh, mengikuti pandangan Kenzie. Hana menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Seseorang gadis muncul dengan memakai jubah. Sama seperti dirinya. Hana menatap sinis Kenzie,"siapa yang kau bawa Ken? Kau menyewa seorang gadis untuk menggantikan ku?"

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang