42. Perdagangan Manusia: Satu

1.9K 267 25
                                    

Happy Reading

****

Bianca memijat pelipisnya, tidak habis pikir kenapa dulu dirinya tidak pernah bertanya tujuan dari semua eksperimen yang dilakukan Gerlan. Mulai dari mengumpulkan anak-anak terlantar lalu merawat mereka di rumah sakit miliknya. Lalu memberikan mereka orang tua.  Anak-anak itu dipertemukan dengan orang tua yang sulit dalam mendapatkan anak atau mereka yang tidak bisa memiliki keturunan. Jika seperti itu, kenapa dia tidak membuka panti asuhan saja?

Bukan hanya itu, Gerlan juga membawa para remaja yang kabur dari rumah dan juga merawatnya disini dengan baik dengan maksud untuk 'membebaskan' mereka. Hingga para remaja tersebut lupa akan keberadaan orang tua mereka sendiri.

"Aku salah satunya,"Bianca bergumam pelan. Semenjak tinggal dengan Gerlan, Bianca melupakan semua rasa sakit dan luka yang diberikan oleh kedua orang tuanya sendiri
Bagaimana keadaan orang tuanya? Apa mereka bahagia? Kenapa mereka tidak mencari keberadaan anaknya sendiri?

"Aku juga jadi kepikiran dengan tujuan Gerlan melakukan semua itu, terlebih lagi dia juga menjadikanku bahan eksperimennya sendiri, bahkan Hana pun juga terlibat." Bianca memegangi kepalanya yang mulai sakit karena memikirkan semua itu.

Bianca menatap langit yang mulai berubah mendung,"dia menjadikan Hana dan Kenzie sebagai pusat utama, lalu aku dan Zio berada di antara mereka. Jangan bilang masih ada orang lain di luar sana yang berhubungan dengan ini? Orang-orang di sekeliling Hana ataupun Kenzie tidak hanya aku dan Zio. Astaga, kenapa aku mulai memikirkan sesuatu yang tidak logis?"

Bianca menghela napas panjang, merubah posisinya yang semula menghadap ke luar jendela lalu beralih menyandarkan punggungnya pada dinding. Hingga pandangannya menatap lurus ke ujung lorong, tepatnya ruangan Zio. Tak lama, seseorang keluar dari ruangan Zio. Seorang gadis yang kini tengah berjalan ke arahnya.

"Kak Bianca?"

Bianca menatapnya bingung, kenapa gadis itu mengetahui namanya?

"Kita pernah bertemu sebelumnya bukan? Bersama Pak Zio?"

Bianca memutar otak memikirkan kapan dia bertemu dengan gadis ini. Tidak lama, raut wajah Bianca berubah datar. Dia ingat Zio pernah membawa anak ini bertemu dengannya pada saat dirinya baru saja keluar dari rumah sakit.

"Lalu?"

"Jangan salah paham, aku tidak ada hubungan..."

"Aku tidak peduli,"ujar Bianca lalu berjalan mendekati mahasiswi yang kalau Bianca tidak salah tebak namanya adalah Jihan.

"Aku tidak peduli kau punya hubungan spesial dengan Zio atau tidak. Yang jelas, aku akan selalu berada di samping Zio walaupun dia nantinya akan menikah dengan wanita lain."

Bianca berjalan pergi lalu berkata sesuatu sebelum menjauh,"aku memang segila itu. Jika ingin bersaing, persiapkan mental dengan matang karena sainganmu adalah wanita gila yang tergila-gila dengan Zio."

****

Nafasnya terasa begitu berat. Satu tarikan nafas saja butuh energi yang besar agar asupan oksigen untuk paru-parunya tetap terpenuhi. Kepalanya pusing, tubuhnya terasa sangat rapuh hingga mungkin disentuh sedikit saja akan tumbang. Kepalanya mencoba mendongak, menatap nanar sekitar. Kira-kira ini ada dimana?

"Aku dimana?"

"Coba tebak kita ada dimana?"

Kening Hana berkerut saat merasakan denyutan hebat di kepalanya. Suara yang sedari tadi mengganggu gendang telinga itu terus saja terdengar. Seolah tidak peduli dengan keadaan dirinya saat ini. Merasa kesal, Hana menggerakkan kepalanya. Menatap lurus pada seseorang yang tengah berjongkok di hadapannya dengan jeruji besi sebagai pembatas di antara mereka.

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang