56. Gelas Kosong

1.6K 246 35
                                    

Happy Reading

****

Sudah terhitung tiga hari semenjak Hana diculik. Tidak ada yang tau tentang berita itu, termasuk Kenzie sendiri. Laki-laki itu hanya menunggu, selama tiga hari. Menatap pintu kamarnya yang tertutup. Berharap gadisnya akan muncul dibalik pintu itu. Namun, tidak ada. Hanya Pak Bimo yang senantiasa datang untuk mengantarkan makanan serta Frans dan juga Ciko yang sesekali memastikan keadaannya.

Kenzie meremas rambutnya frustasi, dia melemparkan asal puntung rokok itu. Sesekali terkekeh pelan, rasanya sebentar lagi dia akan menggila.

"Ken, sampai kapan kau akan seperti ini?" Ciko muncul dari balik pintu.

Kamar Kenzie sangat kacau. Semuanya berserakan di lantai termasuk sampah rokok yang sudah tidak terhitung banyaknya. Kamar Kenzie dipenuhi bau rokok, siapapun pasti akan merasa sesak di dalamnya.

Kenzie mengangkat wajahnya, melemparkan tatapan tak suka,"mau mati?"

Ciko paham, laki-laki ini terkadang sulit mengontrol dirinya sendiri. Rasa sepi membuatnya terkadang menjadi impulsif. Terlebih, Hana tidak ada disisinya.

Ciko memandangi puluhan lukisan Hana yang berjejer di depan Kenzie. Tiga hari yang lalu, setelah Kenzie sadar bahwa Hana tidak kembali padanya, laki-laki itu memberikan perintah agar semua lukisan Hana yang berada di ruangan khusus dipindahkan ke kamarnya. Ciko pikir Kenzie hanya butuh satu lukisan, namun laki-laki itu membantah dengan mengatakan, "satu lukisan dirinya tidak akan cukup untuk ku pandangi, aku butuh lebih banyak agar aku bisa terus mengingatnya."

"Sepertinya dia sudah muak denganku, makanya dia pergi," Kenzie tersenyum dengan sorot matanya yang kosong.

"Kau sudah mengatakan itu puluhan kali, sekarang aku yang muak mendengarnya," sahut Ciko, dia duduk disebelah Kenzie.

Ciko memperhatikan Kenzie, tuannya itu seperti mayat tanpa raga. Tidak ada sinar dari tatapan matanya, tubuhnya tak terurus seperti anak kucing yang kehilangan induknya.

"Ken, fokuslah. Kejadian ini bukan hanya sekali, tapi ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Apa kau tidak curiga? Kemana perginya otak jenius mu itu? Apakah sudah berkarat?" sarkas Ciko.

Ciko menghela napas saat Kenzie hanya diam, dia bangkit lalu berkata," aku yakin kau akan menyesali ini kalau Hana benar-benar dalam bahaya, kau menghabiskan waktumu di dalam kamar dengan berharap kalau dia akan datang. Tidak akan, aku baru saja berbicara dengan Bianca, katanya Hana ada di rumah sakit Gerl-"

BRAK!

Ciko mundur beberapa langkah saat Kenzie tiba-tiba menarik kerah bajunya. Lihatlah singa ini, dia baru saja mengeluarkan taringnya.

"Katakan dengan sesederhana mungkin."

"Kemungkinan Hana diculik dan dibawa ke rumah sakit Gerlan."

Kenzie menggertakkan giginya," kenapa kau baru bilang sekarang?"

"Aku sudah berusaha berbicara padamu kemarin! Tapi apa yang kau lakukan? Kau menghajarku tanpa ampun, kau tidak lihat wajahku bonyok begini, hah?" kesal Ciko, Kenzie benar-benar tidak berperasaan.

Tepat setelah Ciko berkata seperti itu, Kenzie melepaskan cengkraman lalu pergi begitu saja.

"Kotak P3k ada di lemari, obati lukamu sendiri, jangan cengeng."

Kenzie menghilang dari balik pintu. Ciko memejamkan matanya, dia tersenyum dengan tangan terkepal kuat," persetan dengan luka-luka ini."

Ciko meringis saat menyentuh sudut bibirnya yang masih membiru karena pukulan Kenzie," tuhan izinkan hamba untuk menghajarnya sekali saja seumur hidup."

My Psychopath Patient (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang