⚠️⚠️⚠️
Abian terus saja meluapkan emosinya pada meja yang kini sudah terlihat sangat mengerikan akibat pukulan dari pemiliknya yang sangat brutal. Laki-laki itu juga tidak lupa untuk menjatuhkan barang-barang yang ada di sana dengan kasar untuk meluapkan emosinya.
Setelah kejadian kemarin malam, Abian memang langsung pergi. Dan di sinilah ia sekarang, di apartemen miliknya yang selalu ia tinggali saat kuliah dulu.
"Berhenti!" Abian menghentikan pukulannya saat mendengar seseorang memekik menyuruhnya berhenti. Laki-laki itu menoleh, lalu berdecih saat melihat keberadaan Aryan di sana.
"Lo apa-apaan, Bian?! Lo kayak orang gila, sumpah!" bentak Aryan lalu menghampiri temannya itu. Laki-laki itu menarik tangan kanan Abian yang sudah terluka karena Abian terus saja memukul meja hingga mejanya rusak sekarang. "Lo udah siksa diri lo sendiri! Ada apa?!"
Abian menatap Aryan dengan raut wajah sedih. "Pukul gue, Yan! Gue pantes dapet lebih dari pukulan lo sekarang," katanya lirih.
Aryan menatap Abian bingung. "Maksud lo apa? Lo kenapa?!" tanyanya, "lo tau, gue kesini gara-gara tetangga yang ada di sebelah apartemen lo ini nelepon gue karena lo dateng dan buat keributan, Bian! Lo Kenapa?!"
"G-gue berantem sama Hana kemarin." Abian menatap Aryan. "Gue berantem sama dia gara-gara dia liat Clarissa cium gue di pesta pernikahan rekan Ayah gue kemarin."
"Apa?! Lo ciuman sama Clarissa di depan Hana?!" pekik Aryan kaget. "Lo punya otak gak sih?!"
"Dia yang cium gue tiba-tiba! Gue gak tau!" ujar Abian. "Udah itu, Hana nampar Clarissa, dan g-gue marah sama dia."
Bugh!
Satu pukulan melesat di perut Abian. "Lo gak punya pikiran apa?! Kenapa lo jadi marah sama Hana. Lo harusnya marah sama Clarissa, bangsat!" sentak Aryan. "Terus, gimana Hana? Kenapa lo ninggalin dia?!"
Abian meringis, lalu menceritakan semuanya pada Aryan.
Bugh!
"BERENGSEK!" Aryan kembali memukul Abian di pipinya. "Lo pikir Hana perempuan macam apa, bangsat?! Lo keterlaluan Bian!"
Bugh!
Satu pukulan lagi kini menyapa pipi Abian.
"Lo kayak gini ke dia gara-gara Om Wijaya, iya?! Gara-gara Ayah lo itu malah nikahin lo sama cewek albino kayak Hana sedang lo gak di pernah di restuin sama Yasa, iya?!" Aryan menatap Abian penuh amarah. "BEGO!"
Bugh!
Aryan terus saja memukul Abian, tanpa ada balasan dari Abian karena laki-laki itu diam menunduk dan menerima semua yang di lakukan Aryan.
"EMANG LO PERNAH NANYA, KENAPA AYAH LO LARANG LO SAMA YASA?! EMANG LO TAU, GIMANA YASA MENINGGAL? KENAPA YASA MENINGGAL, BRENGSEK!"
Bugh!
"Ayah lo larang lo jalin hubungan sama Yasa karena Ayah lo tau, Yasa bukan tipe perempuan yang baik, bangsat!" Aryan menarik kerah baju Abian. "Lo gak tau, kan? Tiap hari Yasa keluar masuk klub?! Lo gak tau, kan? Tiap hari gue liat dia ciuman sama laki-laki lain?! Lo gak tau, kan? KALAU SI YASA ITU LAGI HAMIL PAS DIA DINYATAIN MENINGGAL?!"
Bugh!
"Dan apa yang lo lakuin?! Pengecut! Nyalahin Ayah lo dan berubah jadi orang berengsek kayak gini!" Aryan memekik. "Tanpa mau denger penjelasan yang mau orang kasih dan berspekulasi sendiri kalau ini semua kesalahan Ayah lo!"
"Lo mikir, Yasa meninggal gara-gara Ayah lo karena sebelum dia kecelakaan dia ngobrol sama Ayah lo itu, iya, kan?!" tanya Aryan masih menyentak. "Padahal, gue tau Yasa pergi ke klub setelah ngobrol sama Ayah lo dan keluar dalam keadaan mabuk terus nyetir!"
"Tapi apa? Lo pernah gak denger penjelasan polisi atau gue?! ENGGAK!"
Bugh!
"Lo malah kayak orang gila dengan ngurung diri pas Yasa meninggal! Lo berubah jadi lo yang sekarang dan nyalahin Ayah lo yang jelas-jelas gak salah sama sekali."
"Dan sekarang, lo luapin semuanya ke Hana, ISTRI LO SENDIRI!"
Bugh!
"Lo tau? Gimana senengnya Hana pas lo gak ngomong ketus dan kasar ke dia?! Padahal lo masih bersikap dingin sama dia!" Aryan menghela napas kasar. "Lo tau? Gimana antusiasnya Hana nanyain makanan kesukaan lo biar lo seneng?!"
"Lo gak liat? Gimana Hana nerima Yara dan bersikap baik sama dia padahal dia gak kenal sama sekali sama dia? Lo gak liat gimana Hana nutupin kecemburuannya karena nyatanya lo lebih peduli sama Yara dari pada dia? LO LIAT GAK?!"
Bugh!
"Lo gak pernah apa rasain perhatian Hana buat lo? Dia masakin lo, dia setrikain baju lo, dia siapin semua keperluan lo. Padahal, lo sama sekali gak bersikap baik sama dia!"
"Gue pikir, waktu terakhir gue mukul lo, lo bakal berangsur berubah. Tapi apa? LO MALAH PERLAKUIN HANA SEAKAN DIA BUKAN ISTRI LO, BIAN!"
Bugh!
"Lo kasih dia kesan yang buruk! Lo bisa buat dia trauma, berengsek!"
Bugh!
Pukulan kembali mendarat, dan sekarang, Abian jatuh ke lantai.
"Hana itu perempuan yang baik banget. Pernah gak lo denger keluhan dari mulutnya? Pernah gak lo denger dia bilang menyerah sama perlakuan lo? Pernah gak lo liat dia gak nyiapin keperluan lo selama kalian nikah?" Suara Aryan kini rendah.
"Dan dengan jahatnya lo bilang dia kayak gitu karena dia di bayar sama Ayah lo, iya?! MATA LO DI PAKE BUAT APA? PIKIRAN LO KEMANA?!" teriak Aryan, kini laki-laki itu memukul dinding di sampingnya.
"BANGUN! LO UDAH NINGGALIN DIA KEMARIN MALEM! DI SAAT DI BUTUH LO DAN PENJELASAN LO, BAHKAN MAAF DARI LO!" Aryan menarik kerah Abian dan menyuruh paksa temannya itu kembali berdiri. "Minta maaf! Jelasin semuanya!"
Kini, Abian menangis. Ya, laki-laki itu menangis.
Bukan karena pukulan dari Aryan, tetapi penjelasan yang Aryan berikan padanya.
"NANGIS LO?! BARU SADAR KALAU SELAMA INI LO SALAH?!" Aryan masih saja terus meluapkan emosinya pada Abian. "Gue nyesel temenan sama lo, tau gak?! Gue nyesel kenapa gue harus punya temen seberengsek lo!"
Aryan melepaskan genggaman tangannya dari kerah baju Abian. "Mulai sekarang, buka hati lo! Buka pikiran lo dan bersikap baik sama Hana. Inget, bersikap baik! Minta maaf sama dia sebelum semuanya terlambat," katanya, "perbaikin juga hubungan lo sama Ayah lo itu!"
"A-apa gue pantes di maafin, Yan?" Suara Abian terdengar bergetar sekarang.
"Kalau lo mau rubah diri lo! Dan tulus sama permintaan maaf lo."
"G-gue minta maaf sama lo, Yan. Lo harus temenan sama orang berengsek karena gue." Abian tertawa hambar.
Aryan membalasnya dengan tawa yang kalah hambar. "Pulang, sekarang! Minta maaf sama Hana ...."
".... sebelum terlambat."
TBC
Kayaknya double up pas cerita lagi konflik sama hampir end itu kebiasaan deh😂😂Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan😊
Terima kasih sudah membaca part ini ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABIAN ✓
Spiritual[15+ || Selesai] Berawal dari kesalahpahaman, Hana dan Abian menikah. Hana Putri Abqari, si gadis albino yang sabar, harus menikah dengan Abian Pratama, si laki-laki dingin yang ketus dan kasar. Hana juga di minta untuk merubah sikap laki-laki itu...