Hana membuka matanya saat mendengar kumandang azan subuh. Perempuan itu langsung mendudukan diri dan melihat tempat di sampingnya. Ia itu tersenyum getir, tidak ada suaminya di sana. Karena ia lihat, Abian tidur di bawah beralaskan selimut tipis.
Perempuan itu beranjak, lalu berjalan mendekati Abian yang masih lelap tertidur. Mengingat kemarin, rasanya enggan Hana membangunkan suaminya sekarang.
Kemarin, Abian langsung meninggalkan kamar setelah mereka berdebat. Dan Hana ketiduran, saat bangun, ternyata Abian tidur di bawah dan tidak tidur di sampingnya.
Hana memberanikan diri menyetuh lengan Abian dan mengguncangnya pelan. Namun, kali ini Abian tidak terbangun, membuat Hana semakin mengguncang tubuh Abian, namun lagi-lagi Abian tidak terbangun.
Akhirnya, Hana berdiri, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Saat selesai dan keluar dari kamar mandi, Hana lihat Abian masih terlelap. Akhirnya, perempuan itu memilih melaksanakan salat subuh duluan dan akan membangunkan suaminya nanti setelah salat.
Selesai salat, Hana langsung membuka mukenanya dan berjalan mendekati Abian lagi. Perempuan itu menghela napas sejenak. Lalu kembali mengguncang lengan suaminya pelan.
Kali ini, Abian membuka matanya. Laki-laki itu terpaku saat melihat Hana yang baru saja membangunkannya. Untuk beberapa detik, mereka saling pandang. Iris coklat terang milik Hana seakan menghinoptisnya saat ini.
Namun buru-buru Abian menggeleng. Laki-laki itu mendudukan dirinya dan langsung membuang pandangannya dari Hana.
"Udah subuh, Kak. Salat dulu," ucap Hana lalu berdiri. Ada sedikit rasa senang di hatinya. Karena Abian tidak berkata ketus saat ini. Perempuan itu mengikat rambut coklat terangnya. Lalu tersenyum dan kembali berucap, "Hana mau ke bawah, bantuin Bunda buat sarapan." Dan langsung melangkah keluar dari kamar tanpa menunggu respon Abian.
Abian masih terdiam menatap Hana yang keluar dari kamar, laki-laki itu menggeleng lagi. "Apaan sih, kenapa gue perhatiin dia coba?!" Lalu berdiri dan melangkah ke kamar mandi.
Hana masuk ke dalam dapur. Seperti biasa, sang bunda sudah ada di sana. Perempuan itu tersenyum, lalu melangkah mendekati bundanya sembari mengucap salam.
Risa menoleh, lalu membalas senyuman Hana sembari membalas salamnya dan bertanya, "Ada apa?"
"Ya bantu Bunda, lah," jawab Hana langsung.
Risa menggeleng. "Eh? Gak usah, udah sana ke kamar lagi aja. Lagian Bunda bisa sendiri kok sayang," balasnya. Baru saja Hana akan berucap tapi buru-buru Risa menatapnya dalam, membuat Hana mengangguk lalu duduk di sebuah kursi yang ada di dekat sana.
"Bunda suruh kamu ke kamar loh, Han," ucap Risa saat melihat putrinya yang malah duduk bukan kembali ke kamar.
"Hana di sini aja, Bun, liatin Bunda," ucap Hana. "Kalau Bunda gak mau Hana bantuin."
Risa menggeleng. "Kamu ini," gumamnya lalu kembali ke aktifitasnya yaitu memasak.
Hana menghela napas. Menatap ubin dengan tatapan kosong. Memikirkan semua yang kemarin ia pikirkan. Perempuan itu memejamkan mata, pagi ini ia akan ikut pindah bersama Abian. Dan hari ini, adalah lembaran barunya. "Hana harus terbiasa," gumamnya.
***
"Nanti Bunda sama Mama mertua kamu nyusul, ya, Han," ucap Risa sembari memeluk Hana yang sudah berada di luar.
Hana mengangguk. "Iya, Bunda. Hana tunggu," ucapnya, "Hana berangkat, ya? Kak Abian udah nunggu di mobil." Lalu memeluk Risa sebentar dan melangkah menuju mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABIAN ✓
Spiritual[15+ || Selesai] Berawal dari kesalahpahaman, Hana dan Abian menikah. Hana Putri Abqari, si gadis albino yang sabar, harus menikah dengan Abian Pratama, si laki-laki dingin yang ketus dan kasar. Hana juga di minta untuk merubah sikap laki-laki itu...