"Ayo berangkat!" seru Aryan pada Hana yang masih ada di dalam rumah. Jangan harapkan Abian, karena laki-laki itu sudah berada di dalam mobil sejak tadi.
Hana mengangguk, lalu membawa tas yang lumayan besar berisikan baju miliknya. Karena mereka akan liburan selama 3 hari. Melihat Hana yang membawa tas lumayan besar, Aryan mendekat, lalu mengambil alih tas Hana sembari berucap, "Biar sama gue aja, Han. Emang parah si Bian, istrinya bukannya di bantu."
Hana tersenyum kecil. Entah kenapa, kali ini ia tidak mengharapkan apa-apa dari Abian. Jika kemarin Hana ingin Abian dengan perhatiannya membantu mengambilkan tas, kini tidak. Mungkin karena ucapan Abian yang tadi ia dengar.
Perempuan itu memejamkan mata sembari menghela napas lirih. Tidak, ia tidak boleh terus mengingat perkataan Abian tadi. Namun, rasanya sulit, ucapan Abian tadi sangat membuat Hana sakit, Hana jujur dengan itu. Semangat yang dimiliki Hana pun rasanya menghilang.
"Kak Aryan di depan bareng Kak Bian, biar Hana yang duduk di belakang," ucap Hana saat Aryan baru saja akan masuk ke dalam mobil setelah menyimpan tasnya di bagasi.
Aryan menoleh. "Eh? Gak ada ah, Han! Lo di depan bareng laki lo aja," tolaknya sembari menggeleng.
"Gak apa-apa, Kak. Hana di belakang aja," ucap Hana kekeh. "Ya, Kak? Udah sana."
Akhirnya, Aryan mengangguk. Membuat Hana tersenyum lalu mengganti posisi Aryan untuk masuk ke dalam mobil.
Abian melihat sejenak ke arah Hana yang duduk di kursi belakang. Agak aneh, apalagi tadi ia mendengar istrinya itu yang meminta menggantikan Aryan duduk di sana.
Tidak mau ambil pusing, Abian segera menyalakan mesin mobil, lalu mobil mulai melaju menuju bandara. Tidak ada perbincangan sama sekali selama perjalanan, Aryan pun nampak diam tidak berniat memecah keheningan, sama halnya dengan Hana.
Abian? Jangan harapkan laki-laki itu memecah keheningan.
Hingga mereka sampai, Hana langsung turun tanpa kata, diikuti oleh Aryan yang langsung berjalan ke arah bagasi dan Abian yang terlihat mengobrol dengan seseorang yang menghampiri saat mobil baru saja berhenti.
Hana terdiam menatap tangan Aryan yang baru saja memberikan tas miliknya. "Lo kenapa sih, Han?" Lalu, ia menoleh sebentar saat Aryan bertanya seperti itu.
Hana menggeleng. "Gak apa-apa, Kak. Makasih, ya," balasnya sembari tersenyum kecil.
"Yuk masuk, Han," ajak Aryan lalu berjalan mendahului Hana yang masih terdiam di tempatnya. Perempuan itu tidak ikut melangkah, melainkan melihat Abian di balik lensa matanya.
Menyadari itu, Aryan berucap, "Bian lagi ngobrol sama orang yang mau bawa mobilnya balik ke rumah, dia juga pasti nyusul, ayo."
Hana mengangguk, lalu mengikuti langkah Aryan. Mereka jarang beriringan namun agak jauh.
"Han, gue tau lo tadi denger ucapan Bian," ucap Aryan, yang langsung membuat Hana kembali mengingat ucapan suaminya tadi.
Hana hanya menunduk, menghela napas lirih namun tidak merespon ucapan Aryan.
"Jangan di ambil hati, ya, Han. Bian emang gitu orangnya," ucap Aryan lagi. "Ya walaupun, ucapan si Bian emang gak pantes keluar dari mulutnya."
"Tapi, Han. Lo harus yakin, lo pasti buat suami lo berubah, seengaknya jadi lebih hati-hati ngomong dan bersikap hangat." Aryan menoleh pada Hana yang menunduk.
"I-iya, Kak."
Di sisi lain, Abian yang baru saja selesai mengobrol menatap ke sekitar. Rupanya teman dan istrinya sudah tidak ada di dekatnya. Laki-laki itu menerawang lebih jauh, lalu berdecak saat melihat mereka sedang berjalan beriringan.
Laki-laki itu mengambil tasnya yang sudah di turunkan Aryan. Lalu melangkah mendekati Aryan dan Hana. Kini, laki-laki itu berjalan di tengah-tengah mereka.
"Ngapain aja lo? Ngobrolin apa aja?" tanya Aryan.
"Bukan urusan lo," jawab Abian ketus. Membuat Hana tertegun karena itu. Rupanya bukan padanya saja Abian bersikap ketus, namun pada Aryan. Entah kenapa, ada sedikit rasa lega dalam hatinya.
Aryan berdecak. "Gue nanya serius anjir! Kalau bukan karena lo temen gue, udah gue sikat lo," kesalnya.
Hana malah tersenyum kecil mendengar Aryan, ucapan Aryan seakan mewakilinya 3 hari ini.
"Ayo cepetan, ketinggalan pesawat nanti," balas Abian tanpa menggubris ucapan Aryan.
***
Hana menoleh saat melihat Aryan yang baru saja duduk di sampingnya. Perempuan itu menatap Aryan bingung. "Lho? Kok Kak Aryan di sini?" tanyanya, karena seharusnya Abian yang ada di sampingnya.
"Gak tau tuh suami lo! Nyebelin banget, udah enak duduk malah minta pindah, sialan emang," balas Aryan dengan nada kesalnya. "Kenapa sih ada orang kayak suami lo?!"
Hana terdiam. Kenapa Aryan jadi meluapkan kekesalannya pada Hana?
"Hana baru nikah tiga hari sama Kak Bian, kenapa Kakak tanya Hana? Kakak, kan, udah temenan bertahun-tahun sama Kak Bian. Jadi, Kakak pasti tau kenapa Kak Bian gitu," ucap Hana. "Tadi Kak Aryan belum jelasin soal Kak Bian yang dulu. Sekarang bisa Kakak jelasin?"
Aryan menghela napas. "Bian dulu gak kayak Bian sekarang, Han. Apa yang ada di Bian sekarang, itu kebalikannya dulu," katanya.
"Kak Bian ...." Hana menggantung ucapannya, ingin rasanya ia bertanya lebih pada Aryan. Namun, mungkin karena ia masih merasa kesal dengan laki-laki itu. Jadi, ia menggeleng dan memilih meluruskan badan dan pandangannya, kenapa ia merasa aneh? Bukankah tadi ia yang minta penjelasan?
Ah, sudahlah.
Melihat Hana, Aryan mengerutkan keningnya bingung. Namun setelahnya ia mengangguk mengerti lalu ikut menenggakan tubuhnya dan menatap lurus.
Tidak ada lagi pembicaraan sampai pesawat landing. Hana yang baru saja menyadari itu karena sedari tadi asik membaca buku langsung menutup bukunya dan membuka kaca mata yang ia pakai.
Abian yang ada di belakang mereka terlihat ikut turun bersamaan penumpang lain tanpa berucap sepatah katapun pada Aryan dan Hana.
Hana menghela napas, tidak mau menghiraukan Abian saat ini. Perempuan itu memilih mengambil sunscreen dengan SPF tinggi dan memakainya.
Aryan yang melihat itu langsung bertanya, "Lo pakai apa, Han?" Karena ia tidak tahu apa yang di pakai Hana itu.
"Sunscreen," jawab Hana singkat dengan senyum kecil. Setelah itu menyimpan sunscreen miliknya kembali ke dalam tas dan berdiri.
Aryan mendongak. "Kenapa lo pake itu?" tanyanya lagi.
"Hana albino, Kak. Kakak tau, kan, kalau Hana gak bisa terlalu kena panas?" jawab Hana.
Aryan menahan napasnya. "Gue gak terlalu ngerti soal kelainan yang lo punya soalnya, maaf."
"Gak apa-apa kali, Kak, yuk turun," balas Hana.
"Sialan emang si Bian, udah tau istri gak bisa kena panas lama-lama, eh dia malah pilih tempat kek gini, mana panas banget lagi."
TBC
Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan😊
Terima kasih sudah membaca part ini ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABIAN ✓
Spiritual[15+ || Selesai] Berawal dari kesalahpahaman, Hana dan Abian menikah. Hana Putri Abqari, si gadis albino yang sabar, harus menikah dengan Abian Pratama, si laki-laki dingin yang ketus dan kasar. Hana juga di minta untuk merubah sikap laki-laki itu...