Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment^^
■■■
"Mau kemana?" Hana menatap Abian yang sepertinya akan pergi ke suatu tempat.
"Lha? Kan tadi kamu bilang mau jalan keluar, Han," ucap Abian balas menatap Hana yang sedang memegang buku dengan kaca mata yang masih bertengger di hidungnya. "Kamu siap-siap sana, keburu magrib nanti."
Hana menghela napas lalu menenggakan badannya. "Kak? Hana minta keluar tadi siang loh, terus Kak Bian gak bolehin ... jadi, ya udah gak jadi."
"Emang aku bilang gak boleh? Tadi siang panas banget, Han. Aku gak mau, ya, kulit kamu merah-merah gara-gara kepanasan," balas Abian lalu duduk di sebelah Hana. "Jadi mau gimana? Gak jadi nih?"
Hana tersenyum. "Aih, Kak Bian perhatian banget." Perempuan itu menaruh bukunya di meja. "Hana maunya keluar tadi siang, sekarang enggak lagi. Badan Hana sakit."
"Gimana gak sakit, Han? Kamu dari tadi terus aja duduk atau enggak tiduran," timpal Abian. "Yuk keluar aja, kita jalan ke taman. Mau gak?"
Hana menggeleng. "Kata siapa Hana diem aja? Orang tadi Hana beres-beres, masak, cuci piring. Kak Bian aja yang gak liat," elaknya, "lagian Hana capek, kasian Dedek mungil kecapean juga." Lanjutnya sembari mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit karena usia kehamilannya sudah masuk bulan ke lima.
"Itu tadi pagi, kan? Sekarang udah sore, Han." Abian mengelus rambut pirang Hana. "Dedek mungilnya bosen, Bundanya terus diem sambil baca buku. Kasian juga mata kamu, nanti sakit."
"Mama belum pulang ya, Kak?" tanya Hana.
"Belum, kenapa emang?"
"Hana mau jalannya sama Mama, gak mau sama Kakak," balas Hana terkekeh.
Abian menghentikan gerakan tangannya yang mengelus surai Hana, lalu berdiri dan bergumam, "Sabar, Bian. Istri lo lagi hamil, gak boleh emosi, gak boleh emosi." Yang masih terdengar oleh Hana.
Hana tertawa kecil. "Nah gitu, Kak. Sabar ...."
Setelah itu, Hana dengar ponsel Abian berbunyi. "Aryan," ucap Abian menatap Hana lalu menerima telepon itu. "Hallo? Ada apa?"
"..."
"Ya udah, kesini aja ... nanti gue kirim pesan kalau mau nitip, tanya Hana dulu."
"Ada apa, Kak?" tanya Hana saat melihat Abian baru saja mematikan teleponnya. "Kok Kak Aryan telepon?"
"Dia lagi di jalan menuju kesini," jawab Abian. "Kamu mau titip makanan gak? Sekalian dia beliin katanya."
Hana nampak berpikir sebentar lalu menggeleng. "Gak, Hana gak mau apa-apa." Lalu, ia membuka kaca matanya dan ikut berdiri. "Hana mau siap-siap, Kak Bian keluar aja sana."
Abian mengangguk, lalu keluar dari kamar dan membiarkan istrinya bersiap-siap. Laki-laki itu mendudukan dirinya di sofa ruang tamu, menatap jam yang kini hampir menunjukkan pukul lima sore.
Tak lama, Abian dengar suara pagar yang di buka. Laki-laki itu berdiri, melangakah menuju pintu, membukanya dan melihat mobil Aryan yang baru saja masuk ke dalam pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABIAN ✓
Spiritual[15+ || Selesai] Berawal dari kesalahpahaman, Hana dan Abian menikah. Hana Putri Abqari, si gadis albino yang sabar, harus menikah dengan Abian Pratama, si laki-laki dingin yang ketus dan kasar. Hana juga di minta untuk merubah sikap laki-laki itu...