Senyuman Abian terukir, melihat seorang bayi yang baru saja lahir dengan tenangnya tidur didalam dekapan sang istri yang kini juga sudah memejamkan matanya. Tangan laki-laki itu bergerak menyentuh tangan sang bayi, lalu mengelus pipi pucat sang istri yang sepertinya sangat kelelahan.
"K-kesayangannya Ayah," ucap Abian nyaris berbisik. Karena, belum sampai lima menit mereka terlelap.
Ya, anak Hana dan Abian sudah lahir sekarang. Penantian dan kecemasan yang dirasakan Abian selama sembilan bulan, seakan meluap dan membuatnya lega saat mendengar pekikan tangis seorang bayi enam jam yang lalu.
Dan, anak pertama mereka berjenis kelamin laki-laki. Setelah terjadi perdebatan antaranya dan Hana saat akan membeli perlengkapan bayi karena mereka tidak bisa melihat jenis kelaminnya, kini, terungkap sudah.
Mereka mendapatkan seorang putra.
Kabar membahagiakan lainnya adalah, putra mereka terlahir normal walaupun mempunyai gen turunan albinisme. Saat dokter menganalisis DNA dari plasenta Hana saat hamil, mereka sudah mengetahui jika anak mereka akan terlahir normal.
Alhamdulillah, Abian tidak bisa berhenti untuk mengucapkan rasa syukur pada-Nya. Untuk semua yang terjadi dan kini ada di sekelilingnya. Laki-laki itu bahagia, sangat bahagia.
Sedang memperhatikan putra kecilnya yang masih terlelap, Abian dibuat kaget karena tiba-tiba mata sang istri terbuka. Membuat laki-laki itu langsung berdiri dari duduknya dan mengambil alih sang putra yang ada di dada istrinya.
"Kamu kenapa malah bangun, Han? Kamu butuh istirahat," tutur Abian lembut sembari membantu Hana mendudukan dirinya di ranjang rumah sakit.
Akhirnya, Abian memberikan kembali sang putra yang agak sedikit terganggu akibat guncangan tangannya. Namun, putranya itu masih terlelap sekarang. Setelah sang putra sudah ada dipangkuan istrinya, Abian kembali duduk dan tersenyum.
Hana menyender, tersenyum pada putranya lalu menoleh pada Abian. "Kak Bian kok senyum-senyum gitu? Serem banget," ucapnya saat melihat sang suami menatapnya dengan senyuman.
Tangan Abian menggenggam Hana, menggamit jari perempuan itu dan berucap, "Makasih, ya, Han."
Hana terkekeh. "Dari Dedek mungil lahir, Kak Bian udah bilang makasih ke Hana sepuluh kali, lebih malah," balasnya, "Ayah deh, sekarang Kak Bian udah jadi Ayah ... selamat, ya."
Abian berdiri, tidak membalas ucapan Hana, tetapi langsung melepaskan genggaman dan mengecup kening istrinya itu tulus dan kembali duduk.
Hana kembali menunduk menatap putranya, mengelus rambut tipisnya dengan halus lalu tersenyum. "Putra kita bisa rasain dijemur di bawah matahari, Kak," katanya kembali terkekeh. "Jadi putra yang saleh ya, Nak."
"Iya, Bunda."
Hana langsung menoleh saat mendengar Abian membalas dengan menirukan suara anak kecil. Perempuan itu menggeleng lalu menatap sekitar. "Oh, iya. Mama mana, Kak? Tadi juga ada Nafi sama Kak Aryan, kan?" tanyanya.
"Ini udah jam sepuluh malem, Han. Mereka udah pulang kali, kamu gak sadar emang?" balas Abian.
"Lha? Katanya beli makanan tadi?" tanya Hana lagi.
Abian mengangguk. "Tadi katanya gitu, tapi Mama kirim pesan katanya langsung pulang mumpung Aryan kasih tumpangan bareng Nafi. Hari ini juga Nafi nginep, jadi jangan khawatir," jelas Abian.
Hana ikut mengangguk mengerti. "Oh iya, Kak. Kak Bian udah siapin nama buat Dedek mungil, kan?" tanyanya, mengingat putra mereka ini belum memilki nama.
Abian mengangguk. "Kita udah sepakat, kan, sama nama ini?" balasnya lalu berdiri. Kini, ia ikut duduk di samping ranjang dan mengelus pipi putranya lembut.
"Bismillahirahmanirahim, putra Ayah namanya Daniyal Chairil Asshauqi," ucap Abian. "Seperti namanya, semoga kamu jadi anak laki-laki yang berakal cerdas, baik dan penuh dengan kasih sayang." Sambungnya lalu menunduk dan mengecup pipi Daniyal kecil.
Kini, Abian menatap Hana. "Daniyal pasti bangga punya Bunda yang hebat kayak kamu, Han," katanya, "lagi-lagi, aku harus ucapin terima kasih sama kamu. Aku tau, perjalanan kita masih panjang setelah ini. Tapi, aku gak akan pernah bosen buat bilang makasih sama kamu, Han. Kamu wanita hebat, istri yang kuat dan akan jadi Ibu yang luar biasa." Lalu, kembali mengecup kening istrinya itu.
Abian menjauhkan wajahnya dari Hana, sedang Hana, tangan kiri perempuan itu kini dipakai menggenggam tangan sang suami. "Dan Daniyal juga pasti bangga punya Ayah kayak Kak Bian," ucapnya, "Jangan terus bilang makasih ya, Kak? Hana kayak gini, karena Kak Bian juga. Kak Bian yang sekarang jadi laki-laki penyabar, perhatian dan sayang sama Hana dan Daniyal."
"Eh, tapi kayaknya Hana juga harus bilang makasih deh sama Kak Bian. Makasih udah mau berubah dan buat Hana bahagia, makasih udah terima Hana dan kekurangan yang Hana punya, makasih udah perhatian sama Hana, walau kadang jatuhnya bawel sama ngejengkelin. Makasih udah nemenin Hana lahiran dan ma--"
"Han, kok kamu ini gimana, sih?" potong Abian, sangat menghancurkan suasana. "Bilangnya jangan terus bilang makasih, tapi tadi malah nyerocos bilang makasih ... aneh." Komentarnya.
Hana langsung menatap tajam. "Kak Bian kok hancurin suasana, sih?" kesalnya tertahan, mengingat ada Daniyal yang terlelap dipangkuannya.
Abian terkekeh. "Udah, sekarang kamu istirahat ... Daniyal biar tidur disamping kamu, udah malem juga, kamu perlu istirahat," katanya lalu membantu Hana kembali berbaring setelah memindahkan Daniyal.
Abian mengelus kepala Hana lembut setelah istrinya itu berbaring dengan mendekap putra mereka. "Tidur ya, sayang. Kamu udah kerja keras hari ini, dan aku gak akan pernah lupain itu."
Hana terpaku. "K-ka--"
"Ana uhibukki Fillah," bisik Abian selanjutnya, membuat pipi Hana langsung bersemu merah. Abian terkekeh melihatnya. "Ya ampun Bundanya Daniyal can--"
Ucapan Abian menggantung, kini terdengar suara Daniyal menangis dengan kencang. Abian menghela napas, lalu berucap, "Bagus, Nak. Secara gak langsung kamu nyelamatin Bunda kamu dari Ayah."
Special Part --- Selesai
Iya, special part-nya sampai 5 chapter aja, ya? Udah terlalu panjang🤭 Alhamdulillah, ada Dedek Daniyal bareng Hana sama Abian sekarang.
Terima kasih buat kalian yang masih baca special part ini, dan terima kasih untuk 100k pembacanya❤Pokoknya, terima kasih semuanya^^
Mungkin, nanti Hana, Bian sama Dedek Daniyal nyempil di cerita sebelah😅 Jadi, buat yang belum mampir ke kisah Aryan dan Nafi di cerita Kisah Kita, yuk mampir🤭 Siapa tahu suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABIAN ✓
Spiritual[15+ || Selesai] Berawal dari kesalahpahaman, Hana dan Abian menikah. Hana Putri Abqari, si gadis albino yang sabar, harus menikah dengan Abian Pratama, si laki-laki dingin yang ketus dan kasar. Hana juga di minta untuk merubah sikap laki-laki itu...