Happy reading, enjoy!
- Oktober, 4 years ago-
Berlari!
Aku terus berlari, tidak peduli dengan kakiku yang semakin terasa berat. Segala peluh dan air mata juga tidak menyurutkan niatku untuk terus menambah kecepatan. Pun, tatapan-tatapan dari beberapa orang yang tidak sengaja berpapasan denganku di sepanjang koridor rumah sakit.
Yang kulakukan hanya terus berlari.
Semua yang telah aku lakukan selama dua minggu ini, harus menemui titik terangnya.
Hingga akhirnya, aku tiba di depan sebuah ruangan. Tertulis tidak bisa di kunjungi untuk sementara waktu, namun aku tetap nekad mendorong pintu itu.
Brak!
Dengan langkah gontai dan deru nafas memburu, aku berhasil memasuki ruangan itu. Terlihat ada seorang laki-laki berjas putih yang terkejut melihat kedatanganku. Namun, entah sudah mengerti atau memang dia seramah itu, laki-laki yang berprofesi sebagai Dokter itu langsung tersenyum padaku.
"Senang bertemu denganmu, Dahyun" sapanya.
Aku terdiam untuk sesaat mengatur nafasku. Melihat senyumnya, mengingatkanku pada seseorang. Lebih tepatnya, pada seorang gadis yang beberapa jam lalu berbicara padaku.
"Ada sebuah rahasia besar. Mungkin saja itu terlalu besar hingga dia tidak sanggup mengungkapkannya"
"Apa yang terjadi?" Tanyaku padanya yang hanya dibalas seutas senyuman lagi.
"Yang kau pikirkan tentang mereka adalah kesalahan besar. Lagi-lagi, mungkin saja itu terlalu besar hingga kau tidak sanggup menerimanya"
"Apa yang terjadi... Dokter, kesalahan apa yang telah aku lakukan?" Kali ini, bukan hanya senyuman yang dia berikan. Tapi juga sebuah tepukan ringan di pundak.
"Duduklah. Kau terlihat kelelahan."
"Seharusnya kau lebih sering bertanya, meskipun yang terjadi adalah kalian berdua sama-sama terluka. Jangan hanya mengandalkan logika dan kejadian apa yang ada. Padahal kau bisa mengetahui semuanya dengan sekali lagi menghancurkan hatinya"
Aku meremas rambutku saat ucapan-ucapan dari Rose, terus terngiang di kepalaku. Rasanya hampir meledak, sekali lagi, aku mulai menjadi diriku yang dulu. Yang tiba-tiba dipaksa harus tau apa yang terjadi di sekitarku.
"Rose... aku bertemu dengannya di lobi rumah sakit tadi. Dia mengatakan semua yang tidak aku mengerti. Kumohon, setidaknya beri aku beberapa penjelasan" aku mulai bisa mengendalikan diriku setelah meminum air yang diberikan Dokter itu.
Dokter itu langsung terdiam. Dia menatapku dengan tatapan bersalah.
"Kumohon! Hanya padaku! Kau tau, bagaimana rasanya terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang sebenarnya tidak sepenuhnya salahmu? Kau tau, bagaimana rasanya melihat seseorang yang kita sayangi membencimu, rasanya ingin melupakan, namun disaat itu pula, dia tengah terluka karena perbuatan mu sendiri. Aku harus bagaimana, Dokter? Selama ini, aku hanya mengiyakan saja apa yang orang-orang lakukan padaku."
Kali ini, aku sampai bersimpuh di depannya. Aku jelas paham bagaimana posisi Dokter Park Chanyeol sekarang. Sebagai seorang Dokter, tentu saja ada batasan dimana dia tidak boleh menceritakan kondisi pasien nya ke orang lain.
"Hei, jangan begini. Bangunlah" Dokter Chanyeol mengangkat pundakku lalu menuntunku untuk kembali duduk di sofa.
"Rose sudah mengatakan itu, berarti dia mulai kehilangan kesabaran. Selama ini, aku selalu menahannya untuk tidak menceritakan soal ini pada siapapun. Sekalipun dia adalah temannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE
Fanfiction"Itu hakmu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku sudah terlanjur mencintaimu" Dahyun "Terdengar lucu. Mengingat dulu kau sangat membenciku" Mingyu