Happy reading, enjoy!
Dahyun POV
Si Jangkung itu tidak henti-hentinya menatapku. Sebagai seorang siswi yang penuh dengan sensasi namun berparas layaknya peri, tentu saja aku tidak mau terlihat gugup dan menjatuhkan diri.
"Mau aku colok matamu hah? Berhenti menatapku seperti itu!" Kesalku, well-- Mingyu malah terkekeh pelan. Bahkan terkesan meremehkan.
"Dahyun-Dahyun. Kapan kau akan berubah? Memangnya menjadi arogan dan blingsatan seperti itu lantas membuatmu terlihat keren? Ck! Kau terlihat sangat menyedihkan"
Mingyu memalingkan wajahnya, suara kekehan nya sungguh mengganggu telingaku.
Ingin sekali mencakar wajah nya itu, namun aku sadar, kami masih berada didalam ruangan BK. Dan melihat ada kamera CCTV terpasang disana, semakin membuatku sekuat tenaga melapangkan dada.
"Kau tau? Kau itu sangat menyebalkan" gumamku dengan pelan. Ekor mataku melihat Mingyu yang seperti menoleh kearahku.
Namun tentu saja. Aku tidak ikut menoleh kearahnya.
Suasana kembali menjadi hening. Ini sudah hampir dua jam kami berdua dikurung ditempat dimana para pendosa menerima hukumannya. Namun entah apa yang sedang dilakukan Bu Yoona, guru killer itu tidak kunjung menjemput kami.
Atau setidaknya, izinkan aku mengambil ponselku yang ada didalam tas. Sedangkan tasku, sudah diangkut kedalam Van sekolah.
"Aku sangat gugup" Mingyu menatapku sembari tangannya ditautkan diatas pahanya.
Eh? Seriously?
"Apa urusanku?" Sinisku.
"Ini pertama kali aku ikut olimpiade antar negara. Biasanya levelku hanya sekitar kompleks atau sekolah. Aku menyesal mengapa selama masuk SMA lebih giat mempelajari ilmu Sains. Kalau jadinya begini, mending dari awal aku masuk kelas bahasa saja" Mingyu terus mengoceh. Namun kali ini, pandangan nya lurus kedepan. Tidak menatapku.
Aku mengernyit heran. Kesurupan apa orang ini? Oh ayolah. Dia itu Kim Mingyu. Sosok begundal yang tertutupi belasan prestasi dalam bidang olahraga dan juga sains. Bahkan, dia digadang-gadang bisa menggantikan Suho jika sang ketua OSIS, berkenaan hadir mengikuti olimpiade suatu hari nanti.
Sang juara amatir. Namanya baru melejit dikalangan murid jurusan Sains setahun yang lalu. Namun sepertinya, otak jeniusnya memang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Tapi, tetap saja. Dia adalah siswa yang terkenal dengan keangkuhannya. Sok cool, jutek, antisosial-- yang padahal mengikuti hampir semua ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah.
Eh. Kenapa jadi membahas dia?
"Kau pasti tidak gugup. Karena sedari kecil kau sudah terbiasa dengan perlombaan"
Aku hanya berdehem pelan. Malas menanggapi si Jangkung yang bersikap sok akrab denganku.
Tanganku terulur mengambil secarik kertas diatas meja. Membacanya dengan teliti. Disana, terlihat beberapa jadwal siswa-siswi yang akan mengikuti olimpiade di Jepang dua hari nanti.
Aku--- sebagai satu-satunya kandidat peserta olimpiade seni, mendapatkan hari pertama. Disusul dengan Woozi sebagai kandidat peserta olimpiade Bahasa dan Sastra. Woah, pesona si Pujangga itu memang tidak pernah redup. Tapi jujur, aku sangat muak jika dia sudah mengeluarkan puisi-puisinya itu didepanku.
Namun kali ini, aku yakin kalau tugas Woozi sangatlah berat. Dia tidak hanya ditantang menulis bait-bait sajak yang romantis, namun juga diharuskan menuliskan berbagai artikel yang tentunya-- menguras otak dan pengetahuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE
Fanfic"Itu hakmu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku sudah terlanjur mencintaimu" Dahyun "Terdengar lucu. Mengingat dulu kau sangat membenciku" Mingyu