Happy reading, enjoy!
Author POV
Dahyun menguap lebar, kemudian bertopang dagu. Membiarkan teman sebangkunya itu sibuk memasukkan buku-buku kedalam tas miliknya.
"Sudah selesai. Ayo kita pulang" ujarnya. Meletakkan tas biru milik Dahyun dengan keras diatas meja.
Sontak saja, mata yang tadi terasa berat, kini terbuka lebar.
"Kasar sekali!" Kesal Dahyun karena terkejut.
"Mau bagaimana lagi? Kau terus menguap sedari tadi. Bahkan saat Bu Yoona menyuruhmu mengerjakan soal didepan, kau masih sempat-sempatnya berjongkok. Tobat! Bagaimanapun, dia tau kalau kau merupakan salah satu The Heirs Reswara. Kalau dia mengadu pada Kakekmu bagaimana? Reputasimu akan turun. Dan sia-sia sudah usahamu yang terus mempelajari berkas-berkas perusahaan selama dua minggu ini"
Dahyun tetap diam menyimak. Toh, temannya itu terlihat belum bisa disela ucapannya.
Biarkan saja.... begitu kira-kira pemikiran Dahyun.
"Astaga... Dahyun!"
"Astaga... Tzuyu!" Ejek Dahyun.
"Apa kau tau ha?! Kepalaku rasanya hampir meledak karena setiap hari membantumu membaca berkas-berkas itu. Belum lagi, kau selalu datang kerumahku dan menyeretku untuk masuk ke satu gedung terus berpindah ke gedung lainnya. Ya ampun, rasanya aku ingin mati saja" keluh Tzuyu.
"Kumohon... aku tidak mau mati muda. Jalanku masih panjang. Dan ayolah, gedung perkantoran bukan tempatku. Aku lebih suka berdiri didepan kamera dengan lampu flash yang menyorot kearahku. Bukan masuk kedalam gedung puluhan lantai. Belum lagi aroma kertas-kertas yang memabukkan. Sungguh! Aku tidak tahan!"
Dahyun masih diam. Sudah hampir seminggu penuh dia mendengar keluhan juga cacian dari temannya ituㅡdia mulai terbiasa.
"Kenapa harus aku?"
"Ohya? Lalu aku harus dengan siapa? Aku hanya memilikimu" jawab Dahyun.
"Mulut manismu itu, Dahyun. Ingin sekali aku menyumpalnya" ketus Tzuyu.
"Baiklah. Kalau kau merasa lelah dan hampir mati, tidak usah menemaniku lagi. Aku bisa sendiri"
"Bagaimana bisa?! Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi itu semua seorang diri! Aku sendiri yang memintamu untuk memilihku daripada Irene atau Jisoo!" Teriak Tzuyu.
See? Bukankah sedari tadi dia mengeluh tanpa henti? Dahyun tersenyum. Mengingat betapa besar rasa peduli temannya itu padanya.
"Lalu tutup mulutmu. Kau harus cepat pulang dan berganti pakaian. Kau mau kujemput atau kita bertemu langsung di kantor?" Tanya Dahyun.
"Sial!"
"Hm. Jawabanmu, Nona Chou?"
"Jemput aku!" Kesal Tzuyu kemudian bergegas keluar dari kelas.
Dahyun terkekeh pelan. Dia kemudian ikut menyusul keluar kelas. Namun matanya sudah tidak melihat punggung Tzuyu di koridor kelas.
"Apa dia berlari? Tsk, selalu saja begitu. Padahal aku tidak masalah kalau menunggu nya" gumam Dahyun.
Ya, si Tzuyu pasti ingin cepat-cepat pulang kerumah karena tidak ingin membuat Dahyun menunggu nya terlalu lama.
"Honey?"
Dahyun menoleh, kemudian tersenyum lebar. Pada seorang siswa dengan seragam batik dan celana bahan berwarna putih, dilengkapi sneakers hitam dan tas punggung berwarna serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE
Fanfiction"Itu hakmu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku sudah terlanjur mencintaimu" Dahyun "Terdengar lucu. Mengingat dulu kau sangat membenciku" Mingyu