Happy reading, enjoy!
Setelah berkerja keras dan melewati waktu yang menegangkan, akhirnya aku bisa keluar dari zona itu. Dan disinilah aku, melihat dengan bahagia teman-temanku yang tengah bersuka cita dengan kemenangan mereka.
Rose dan Jaemin, meski tidak mendapat peringkat pertama, namun keduanya terlihat puas meski harus berada di peringkat dua. Begitu juga Woozi, laki-laki tampan dengan kulit seputih susu itu, tidak henti-hentinya meloncat kesana kemari. Bangga karena usahanya membaca berbagai buku tebal yang sempat dibawanya, berakhir tidak sia-sia.
Dia mendapat juara satu. Mengalahkan murid dari negara Perancis yang terlihat begitu manis.
Tapi ada yang berbeda. Entah hanya perasaanku atau apa, Woozi terlihat tidak seperti biasanya. Uhm maksudku, tidak ada gombalan maut yang keluar dari mulutnya semenjak kami tiba di Jepang.
Dia bahkan enggan menyapaku padahal sesekali kami tidak sengaja bertemu. Tapi biarlah, aku tidak perlu lagi merasa pusing mendengar semua kata-kata mutiara darinya.
Suho dan Mingyu---mereka harus melewati satu babak terakhir untuk merebut juara satu. Dan itu baru diselenggarakan dua hari kedepan. Dengan berarti, masih ada sisa empat hari aku menetap di negeri sakura ini.
Well, itung-itung liburan. Karena dari pihak sekolah, tidak membiarkan kami pulang sendiri-sendiri.
Berangkat bersama, pulang juga harus sama-sama.
"Dahyun!"
Aku terlonjak kaget saat tiba-tiba ada seseorang menarik pundakku kemudian memelukku dengan erat.
"Hei! Congratulations! Aku sudah menduga kalau kau akan menjadi juara satu. Tidak ada orang lain yang sebaik dirimu dalam memainkan piano. Sekali lagi, selamat!"
Aku tersenyum canggung. Tidak berniat membalas pelukan yang sangat erat dari Rose.
Pelukan terlepas. "Mm, selamat untukmu juga Rose. Berhentilah menangis" ucapku sedikit terkejut melihat deraian airmata yang membasahi pipinya.
Padahal, bukankah tadi gadis itu terlihat riang dan baik-baik saja?
Rose sesenggukan sembari menghapus airmatanya. "Aku memang begini kalau sedang bahagia"ujarnya.
Aku terkekeh pelan. Melihat bagaimana menggemaskan nya pipi chipmunks milik Rose.
"Kau sangat lucu" gumamku pelan.
"What? Kau bilang aku apa? Lucu?!" Pekik Rose.
Aku mendelik. Apa dia mendengar gumamanku? Dan apa-apaan dengan perubahan ekspresi itu. Dimana wajah sedihnya tadi?
"Tidak. Aku--ah, bagaimana kalau kita kembali ke hotel? Aku sudah lelah ingin istirahat" elakku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ah begitu? Baiklah kita---"
"Kalian mau kemana?"
Aku dan Rose sontak menoleh. Melihat sosok Jaemin dengan senyum manisnya menegur kami. Disusul dengan Mingyu. Well, senyuman nya lebih terlihat seperti cengiran kuda.
Tidak ada manis-manisnya!
"Aku dan Dahyun mau langsung kembali ke hotel" jawab Rose.
"Kenapa terburu-buru?" Tanya Mingyu
"Iya. Bagaimana kalau kalian ikut dengan kami"
"Ikut kemana? Memangnya kalian tau kota ini?" Heranku.
Jaemin tersenyum. "Aku dan Jeno dilahirkan di kota ini, Dahyun. Jadi aku sedikit paham. Karena orang tua kami sering membawa kami berkunjung kesini"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE
Fanfiction"Itu hakmu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku sudah terlanjur mencintaimu" Dahyun "Terdengar lucu. Mengingat dulu kau sangat membenciku" Mingyu