Prolog

1K 93 0
                                    

Happy reading, enjoy!

Angin menampar keras wajahku, saat ku langkahkan kaki keluar balkon kamar apartement milikku yang berada dilantai 29.

Ku tatap dengan angkuh hamparan cahaya-cahaya kecil dari setiap sudut kota yang ada di bawah sana.

Dunia yang entah mengapa justru terlihat gelap dan remang saat aku berada diantara mereka.

Aku membenci cara semesta bekerja. Bagaimana mereka lebih menyenangkan manusia sesuka hatinya. 

Orang-orang yang berlarian masuk kedalam rumahku. Berteriak marah lalu membawa satu hal yang selama ini ku sebut sebagai 'dunia'.

Aku menarik ujung syal merah ku dengan kasar. Menatap nya sekali lagi meski pandangan ku kian memudar. Aku melempar nya jatuh kebawah. Berharap sesak dan isak yang selama ini mendesak ikut jatuh dan luruh.

Detik berikutnya pipiku tiba-tiba saja mengering. Aku tertawa dengan terus menggeser kursi meja, bulan yang hanya setengah itu seakan tersenyum padaku.

Ku rentangkan kedua tanganku, seolah memeluk malam dan segala kesunyiannya.

"Ayah, tidak ada dunia lain seperti dirimu" ucapku lalu ikut merasakan terbang bersama syal yang sudah menungguku dibawah sana.

Tidak ada yang peduli, ku kira. Namun, beberapa meter diatas sana terlihat sosok yang menatapku dengan hancur.

Apa? Apa dia peduli padaku? Tapi kenapa baru sekarang? Lihatlah, jalanan aspal bahkan sudah merapatkan tubuhnya untuk memelukku. Jadi aku harus bagaimana?

Brugh!

Tidak ada yang bisa ku rasakan.

<=>

Annyeong haseyo readernim. Nice to meet you again🖐

MY UNIVERSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang