Happy reading, enjoy!
Hari keberangkatan tiba...
Dahyun memasukkan Novel keluaran terbaru miliknya kedalam koper sebagai benda terakhir yang harus dia bawa. Mengabaikan celotehan dari seorang laki-laki yang seperti tidak lelah membuka suaranya.
"Bisa diam tidak? Kau berisik sekali!" Sergah Dahyun.
"Bagaimana aku bisa diam hah? Kau tidak tau? Sepupumu itu terus saja menggangguku. Lagian apa susahnya kau buka ponselmu dan balas pesan darinya!" Kesal orang itu.
"Sepupu yang mana? Soobin maksudmu?" Acuh Dahyun. Dia berjalan kearah lemari, kemudian kembali duduk didepan meja rias untuk menyisir rambutnya.
"Cih. Aku tidak sudi mengakui nya, tapi kekasihmu itu sungguh membuatku muak"
Dahyun terkekeh. "Kalau begitu Tuan Kai, acuhkan saja dia"
Kai mendengus. Menutup resleting koper biru berukuran besar milik Dahyun dengan kasar.
"Begini nih, makanya jangan mencoba menjalin hubungan terlarang. Sekalinya ada masalah, menyusahkan semua orang" kesalnya.
Dahyun menghentikan aktivitas menyisirnya. Beralih menatap tajam Kai. "Siapa yang kau maksud semua orang hah? Dan siapa yang menyuruhmu ikut campur?!"
Kai terdiam.
"Tutup mulut dan telingamu. Anggap saja kau tidak tau apa-apa" sinis Dahyun.
"Bagaimana bisa seperti itu? Si sialan itu temanku. Dan kau juga temanku"
"Kalau begitu, lakukan apa saja yang biasa teman lakukan."
"Tapi setidaknya kau jangan seperti ini. Kasihan Mingyu. Rumahmu didepan rumahnya, tapi dia malah merengek dirumahku. Kalian itu sulit. Apalagi kau. Sudah berapa abad kau tidak berpacaran? Aku masih sering merasa terkejut jika ada orang yang membicarakan hubungan kalian disekolah."
Dahyun menghela nafas. "Diamlah, Jongin. Kau selalu membahas itu setiapkali kesini."
"Semalam, kenapa kau tidak mengangkat telepon darinya? Bahkan kau tega hanya membaca pesannya. Cinta itu berdua, bukan hanya kau saja yang rasa" sebagai seorang Bucin sejati, tentu saja kalimat itu mulus keluar dari mulutnya.
"Aku, Irene, Jisoo dan Tzuyu melakukan Video Call semalaman suntuk. Kau tau kan? Tzuyu akhir-akhir ini selalu merajuk tidak jelas. Jadi butuh waktu lama untuk kami membujuknya"
Kai beranjak dari ranjang, kemudian berdiri disebelah Dahyun.
"Kenapa lagi dia?"
"Biasa"
"Aku paham perasaan Tzuyu, sih. Mungkin dia rindu kebersamaan kalian. Lagian itu juga salahmu"
Dahyun mendelik. "Bagaimana bisa menjadi salahku?"
"Ya salahmu. Kau terlalu sibuk berpacaran dengan Mingyu"
"Kalau aku pergi bersama Mingyu, aku selalu ijin dulu padanya. Tidak ada masalah karena diaㅡ"
"Mengijinkan mu? Tentu saja. Bagaimanapun, Tzuyu selalu memperhatikan kondisi hatimu. Cih, dasar kau nya saja yang tidak peka"
"Dasar cerewet. Cepat bawakan koperku!" Dahyun keluar dari kamar tanpa menunggu jawaban dari Kai.
"Dih. Kenapa aku harus selalu datang kesini saat dia hendak bepergian? Awas saja kalau pulang tidak membawa oleh-oleh" gerutu Kai kemudian menyusul nya.
Dahyun menuruni tangga. Pandangan nya terpaku pada Jessica dan satu orang gadis yang tengah mengobrol diruang tamu. Suara tawa mereka begitu nyaring. Dahyun tidak pernah melihat Ibunya tertawa lepas seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE
Fanfiction"Itu hakmu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku sudah terlanjur mencintaimu" Dahyun "Terdengar lucu. Mengingat dulu kau sangat membenciku" Mingyu