∆[20]∆

226 69 21
                                    

Happy reading, enjoy!

Dahyun POV

Rasanya berpikir sendirian itu, menyakitkan. Tidak ada yang bisa diajak berbicara atau sekedar ikut memecahkan situasi.

Jadi sekarang, aku harus apa? Pulang dan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa? Tapi sungguh. Perbedaan sikap Ibu sangat membuatku penasaran. Meski ya, tidak menutup kemungkinan jika aku menyukai sikap lembut Ibu yang sekarang.

Tapi Ayah sedang dimana? Maksudku, dipenjara mana? Bukankah statusnya hanya terpidana Korupsi? Kenapa dia seolah hilang ditelan bumi?

Aku memaklumi jika Ayah tersandung kasus narkoba atau seorang pembunuh berantai. Mungkin saja Ayah tengah direndam air di penjara Nusakambangan yang terkenal mengerikan.

Atau jangan-jangan, Ayah sedang menunggu hukuman mati?

Astaga. Pikiranku buruk sekali. Dasar anak durhaka!

"Melamun sendirian tidak akan membuat masalahmu hilang. Atau menambah kecantikan"

Aku segera menoleh. Mendengus keras saat melihat si Tuan Muda Mingyu berdiri disebelahku.

"Pergilah. Moodku sedang jelek"

"Kau memang jelek. Kenapa aku harus pergi?"

Oh Tuhan...

"Aku sedang tidak ingin bercanda"

"Aku juga. Lagiyan, kau tidak sepenting itu hingga aku harus menghiburmu"

Astaga...

"Tolong. Kau pergi saja, atauㅡ"

"Atau apa?"

Orang ini benar-benar!

"Aku yang pergi" ucapku kemudian berdiri. Namun belum sempat mengambil langkah, tangan Mingyu bergerak menekan kedua bahuku hingga aku kembali jatuh terduduk.

"Duduklah. Aku akan segera kembali"

Cih. Lihat itu?!

Bukankah dia aneh sekali? Memangnya siapa yang menyuruhnya untuk kembali lagi?

Tidak bisakah dia melihat moodku yang sedang berada didasar ini? Kenapa orang itu selalu tidak bisa mengerti situasi dan kondisi?

Ah! Aku kesal sekali!

Bisa-bisanya aku tetap diam dan tidak pergi hingga Mingyu terlihat datang kembali.

"Wah. Anak pintar. Kau sungguh menungguku?"

"Jangan ge-er. Aku hanya tidak tau mau kemana dan malas untuk kembali ke pesta"

Mingyu terkekeh. Dia kemudian duduk disebelahku. Entah apa yang ada ditangannya itu. Aku tidak peduli

"Aku bawa dua es krim"

Lalu urusannya denganku?

"Kau boleh mengambilnya. Masing-masing ada akibatnya"

Dih. Dia pikir, aku peduli?

Tapi aku sedikit tergoda saat melirik sesuatu yang ada ditangannya. Dua buah eskrim. Rasa coklat dan pisang. Ngomong-ngomong semenjak keluar dari ruangan itu, aku sama sekali belum membasahi tenggorokanku.

Setelah berbicara dengan Ayah Sana, aku langsung berlari kesini. Di Taman belakang gedung itu.

"Akan aku jelaskan. Jika kau mengambil es krim yang rasa pisang, berarti kau harus menjadi temanku"

"Kau niat berbagi atau tidak?" Kesalku yang mengira kalau Mingyu berniat mengerjaikuㅡlagi.

"Dengarkan dulu! Tapi kalau kau mengambil yang rasa coklat berartiㅡ"

MY UNIVERSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang