∆[35]∆

250 55 13
                                    


|Perhatian!|
Setelah dilakukan revisi, ada dua part yang aku gabungkan jadi satu. Jadi, sebelum baca part ini, baca dulu part sebelumnya, karena itu part baru.




Happy reading, enjoy!





Musim semi tiba. Ini adalah hadiah ulang tahun terindah yang paling aku sukai. Melihat pemandangan bunga warna-warni yang tersusun rapi di setiap jalan, juga di setiap sudut taman atau halaman. Tidak hanya itu, belasan acara festival musim semi pun mengantri minta di kunjungi.

"Sweetie, tolong jaga my little prince sebentar. Aku dan Minho akan menemui salah satu klien yang mengunjungi kota ini. Tidak akan lama, hari Kamis kami sudah pulang" suara seseorang membuyarkan lamunanku yang tengah menatap halaman rumah.

Aku menoleh. Melihat seorang wanita yang sedari tadi bolak-balik, sibuk mengambil ini dan sibuk meletakkan itu.

"Oh ayolah, kak. Sudah berapa kali aku gagal menghadiri acara festival musim semi? Nanti sore puncaknya. Besok-besok sudah tidak ada lagi" rengekku.

Wanita itu hanya melirikku sekilas. Ia menepuk jas dengan nametag Krystal Jung lalu memakainya. Kemudian berjalan menuju meja makan dan melahap roti bakar buatanku.

Aku pun berjalan mengikuti nya. Berharap agar dia mau mendengarkan keluhanku.

"Festival musim semi? Apa kau masih bocah SMA? Sadar umur dan berhenti membuat banyak alasan agar kau tidak bertemu dengan kenalan-kenalanku" kali ini, seorang pria dengan stelan jas kantor, entah muncul dari mana, tiba-tiba merebut buah apel dari tanganku.

"Aku tidak mau. Semua kenalan Kak Minho tidak ada yang membuatku tertarik untuk bergabung di perusahaan nya." Kilahku.

Padahal, alasan yang sebenarnya adalah aku masih tidak mau bekerja. Maksudku belum. 

Kenapa semua orang terobsesi sekali ingin melihatku bekerja? Aku baru tiga bulan yang lalu mendapat gelar sarjana. Tidak bisakah sebentar saja biarkan aku menikmati masa luangku?

Lagipula, aku punya Krystal yang bisa segala nya. Uangnya datang dari arah mana saja. Juga Ibu yang memiliki cabang butik entah seberapa banyak nya. Pun, pria ini. Keturunan bangsawan yang entah mengapa bisa menjadi pengusaha terkenal tanpa menunjukkan silsilah keluarganya.

Bukankah aku tidak akan merasa kekurangan sekalipun tidak pernah bekerja?

"Dasar gadis tidak tau malu" Minho berujar pelan, dia melirik ke arah Krystal yang masih sibuk dengan kegiatan bolak-balik nya.

Wanita dengan satu anak itu, memang selalu seperti itu setiapkali meninggalkan anaknya untuk bekerja.

"Apa kau tidak iri dengan teman-teman mu yang lain?" Kali ini Minho sedikit meninggikan suaranya. Tentu saja karena Krystal sudah tidak ada di meja makan.

Aku menggeleng khidmat. "Hidupku sudah lebih baik" jawabku acuh.

"Lebih baik dengan tetap menjadi beban keluarga?" Sindirnya.

Begitulah. Hal yang tidak kupercaya dari diri seorang Choi Minho. Pria tampan yang ku temui di bandara beberapa tahun lalu, ternyata tidak sebaik yang aku kira. Aku jadi semakin yakin, kita tidak boleh menilai seseorang pada pandangan pertama.

Siapa yang menyangka. Di balik senyum rupawan nya, ternyata dia memiliki seribu pedang di dalam lidahnya.

Bahkan, karena bujukannya, Ibu dan Krystal menyetujui saat dia menyarankan agar aku kuliah di negara nun jauh disana. Jauh dari keluarga dan teman-temanku, namun justru di dekatkan dengan musuhku.

MY UNIVERSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang