BAB 1

662 283 102
                                    

Kalian, dari album BE paling suka lagu mana?

Aku : Dis-ease, semua suka sih.  Tapi benar-benar kepo perform lagu itu gimana duh...

Moon Sejin

Perempuan remaja yang sedang mengantarku menuju rumah klienku ternyata anak dari klienku. Berarti dia yang bernama Lee Hyema. Anak perempuan terakhirnya. Tidak seperti remaja biasanya, Hyema berbeda. Lebih dingin sedikit— namun tetap ramah. Rambutnya sebahu, memakai scarf berwarna merah di tangan kirinya yang bertuliskan HyeKang yang berwarna hitam itu.

Sebenarnya aku sangat— tidak ingin dalam keadaan seperti ini. Diantar oleh anak perempuan dibawah umur menggunakan motor besarnya. Seleranya seperti adik tiri ku saja. Sedangkan aku pria yang memakai jas hitam ini hanya duduk dibelakang dengan membawa tas berisi dokumen. Benar-benar memalukan.

Rambutnya berterbangan yang tidak tertutupi helmet biru pekatnya itu. Harum buah dengan sedikit bunga membuatku nyaman setidaknya. Pilihannya bagus dalam selera wanginya. Aku menyukainya.

Berhenti tepat didepan rumahnya itu, kami berdua turun dan dia pun membuka helmnya menampilkan wajahnya lagi. Terkesan cuek dan dingin. Namun sebenarnya itu elegan. Seperti menganggap dirinya mahal dan sulit untuk didapatkan. Mengapa memerhatikannya benar-benar membuatku lupa bahwa sekarang klien ku sudah memanggilku lebih dari tiga kali.

Aku mengikuti Hyema yang sudah masuk duluan dan dia pergi menuju lantai atas. Mungkin ke kamarnya.

"Bagaimana kalian sudah membuat kesepakatan agar perceraian ini tidak ada bantahan atau penolakan?" ucap ku setelah duduk disamping Nyonya Lee. Ibu Hyema.

"Sudah. Bahkan pengacara Pak Lee pun sudah berbicara dengannya dan akan membuat sidang dipengadilan menjadi jauh lebih mudah dan cepat." Ibu Hyema menjawab tanpa melihat suaminya itu. Ralat calon mantan suaminya.

"Baiklah. Silahkan tanda tangani disini. Dan kita akan bertemu dua hari lagi di pengadilan untuk yang terakhir kalinya." Aku memberikan dokumen itu kepada Nyonya Lee untuk di tanda tangani.

Rumah kepemilikan Tuan Lee dan Nyonya Lee ini terlihat berantakan. Mungkin seperti sudah dibersihkan, namun masih ada sisa seperti pecahan kaca di atas karpet bulu yang berwarna coklat itu. Tidak ada foto keluarga yang terpampang besar seperti biasanya para keluarga menempatkannya di salah satu ruangan keluarga atau ruang tamu. Namun, disini tidak ada sama sekali. Kecuali, foto pendidikan yang mereka tempuh.

Aku kagum dengan Ibunya Hyema yang menjadi perawat terbaik di kota Varosha Famagusta. Banyak yang pergi kepadanya ketika mereka sakit atau hanya keluhan penyakit saja. Pantas saja Ibuku sangat dekat dengannya dengan melihat foto Ibuku bersama Ibu Hyema itu.

Datangnya Ibu Hyema membuat diriku menghampirinya dan kembali duduk dihadapannya. Meminum teh yang ia buat dan berbincang sebentar tentang bagaimana anak mereka. Nyonya Lee dan Tuan Lee mempunyai dua anak. Yang pertama sudah bekerja dan akan menikah, sedangkan Hyema masih anak pelajar yang berusia tujuh belas tahun. Ibunya khawatir kepada Hyema, sebab anaknya berubah drastis, menjadi lebih pendiam, tidak suka di ajak bicara oleh Ibu dan Ayahnya. Bahkan Nyonya Lee bilang entah kapan terakhir kali mereka makan bersama di rumah. Masing-masing dari mereka selalu bertengkar dan melupakan bahwa ada anak kecilnya yang masih dibawah umur itu.

Tentu aku merasa kesal. Bagaimana mungkin mereka bisa melupakan anaknya sendiri hanya karena emosi mereka. Ini yang membuatku malas untuk membicarakan tentang pernikahan ketika teman-teman ku sudah banyak yang menikah. Aku-- hanya tidak mau menjalani pernikahan lebih dari sekali.

Pernikahan itu sakral, hanya satu kali dalam seumur hidup. Dan tentu dengan wanita pilihanku.

"Aku bingung. Bagaimana jika Hyema memilih ayahnya? Karena ayahnya jarang sekali memberi larangan terhadap Hyema. Tidak seperti ku, ayahnya suka memberi kebebasan," ujar Nyonya Lee dengan wajah tertunduk. Terlihat sedih sekali, bagaimanapun dia masih darah dagingnya.

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang