BAB 11

205 132 26
                                    

Sudah masuk bulan April saja, bagaimana hari ini? Sudah ada yang tercapai di bulan Maret kemarin? Jika belum, tenang saja. Tuhan juga tahu usaha kita, Tuhan juga tahu kalau kita kerja keras, coba lagi yuk!


Setidaknya, mungkin hidup kita tidak se-berat anak-anak di drama Penthouse. :)

A Thousand Years - Christina Perri

"PAK NAMJOON, DIA TIDAK MAU MENGAKUI NYA!" Hyema meledek keras bagaimana Sejin yang menyebutnya kekasih. Mereka berdua sudah di dalam mobil, berdebat di dalam mobil. Sejin yang keras jika dirinya hanya menolong Hyema dan Hyema yang keras jika Sejin mulai menjadi kekasihnya hari ini.

"Ya sudah berarti tidak jadi kekasih, kau ini bagaimana sih," jawab Namjoon dari teleponnya yang sudah berakhir memberi mata pelajaran di kelasnya. Namjoon mati-matian agar In Yeop tidak mengetahui jika Hyema menelpon nya saat ini.

Sebab, ketika Hyema izin kepadanya, dia menitipkan jika In Yeop tidak perlu tahu masalah ini. "Tapi, dia bilang aku kekasihnya, dihadapan Ayahku dan wanita itu---oh anaknya juga, masa genit sekali kepada ahjussi, menyebalkan!" Namjoon tertawa mendengar Hyema yang merengek kepadanya. Jarang sekali Hyema terdengar sebahagia ini.

"Sudahlah, kejar lagi saja, aku dukung kau dengan Sejin hyung, dia dewasa dan dapat menjaga mu."

Hyema tersenyum bangga, memang memiliki Namjoon di hidupnya sangat berarti. Namjoon benar-benar definisi pria sangat dewasa dan pengertian. Tidak seperti Sejin yang---memang dewasa sih, tapi tidak mau mengakui isi hatinya. Hyema kemudian mematikan sambungan telepon itu ketika Namjoon menjelaskan jika In Yeop menghampirinya untuk memberi soal tugas yang telat.

"Ahjussi, kau tidak mau disebut banci kan?" Sejin tercengang hebat, disaat dirinya sudah menolong Hyema berkali-kali. Dan apa balasannya? Anak kecil ini suka sekali mengejek nya. "Mana mungkin! Pria mana yang mau disebut seperti itu!"

"Ya---karena itu! Mengakulah! Ahjussi tinggal mengaku menyukai ku juga, lalu kita berkencan dan ya---menjadi sepasang kekasih!" jawab Hyema kelewat semangat.

"Lebih baik kita pulang, aku lelah," ujar Sejin datar yang membuat Hyema jengkel, ia pun menelpon Songkang karena kesal Sejin mengabaikannya terus. "Songkang, kau tidak sibuk bukan? Masih di sekolah?" Sejin melirik nya, untuk apa menelpon teman satunya lagi? Dirinya jelas-jelas ada disini, disamping Hyema.

"Tidak, aku sudah pulang. Kelas ku memang suka lebih awal bukan jam akhirnya." Songkang menjawab cepat telepon dari Hyema ini, senang. Senyumnya terlihat sekali, walau Hyema tidak akan melihatnya. Tetapi, senyuman nya hanya untuk Hyema.

Hyema tersenyum, bagus. Tepat waktu. "Jemput aku di---Yak, Ahjussi mengapa memutuskannya?!" protes Hyema kesal saat melihat handphone nya dimatikan begitu saja. "Ahjussi kau---"

Hyema terdiam, sorot mata Sejin menajam. Tatapannya membuat tubuhnya menegang.

"Kau diam! Pulang bersama ku!"

Sejin pun menancapkan gas nya dan mulai menyetir menuju penginapan Hyema. Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Apa Ahjussi marah karena aku seperti tidak menghargainya?

Apa Hyema takut karena aku berbicara seperti itu?

Tidak ada yang mau membuka percakapan, membuat Sejin menepikan mobilnya terlebih dahulu dipinggir jalan yang sudah memasuki desa penginapan Hyema. "Hm.." Sejin menyodorkan handphone milik Hyema.

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang