BAB 29

122 59 185
                                    

Bagaimana harinya? Apa sudah banyak tugas menumpuk? Atau pekerjaan yang membuat bosan?

Sabar, ya. Memang harus sabar, kecuali kamu kaya raya. Melebihi Sisca Kohl, misal. Ya baru bisa nyantai. :)

Now I Know - Kaleb J

Hyema masih tertidur. Memeluk lengan Sejin. Pria di sampingnya sejak tadi hanya diam menatap bagaimana kekasihnya tidur, bagaimana matanya yang sedikit membengkak karena menangis, pipinya yang masih terlihat kemerahan, kukunya yang menjadi kecil karena terkadang Hyema gigit ketika sedang cemas. Sejin mengusap pipinya perlahan, mengusap rambut, memainkan ibu jarinya di pipi Hyema yang memerah.

Masih membayangkan bagaimana anak itu kesakitan dan menghadapi semuanya sendirian. Hyema masih 17 tahun dan dia juga masih anak kecil, dunia memaksanya dewasa. Rasa sakit yang diberikan semesta membuat Hyema sukses menjadi dewasa dan hebatnya Hyema menahan cara agar dirinya tidak gila.

Walau berkali-kali ingin bunuh diri.

"Kenapa Ahjussi suka sekali bangun lebih dahulu daripada aku? Aku juga ingin melihat ahjussi sedang tertidur!" protes Hyema yang baru bangun. Sejin berbaring kembali. Membawa selimut dan menutupi sampai dadanya. "Memang kekasihku ini sangat langka, aku ingin melihatnya tidur pun segera di kabulkan." Sejin tertawa, langsung membawa Hyema ke pelukannya.

"Karena itu kau harus bersamaku, aku hanya menurutimu."

"Benarkah?" tanya Hyema kemudian melihat wajah Sejin. Sejin mengangguk, memainkan jarinya di pipi merah bekas tamparan Ibunya kemarin. Hyema masih menunggu jawaban dari pria di depannya. Namun, bukannya menjawab melainkan menatap Hyema terus. "Ahjussi mau menikah denganku?"

"Ingin."

"Ayo! Menikah saja."

"Aku juga sangat ingin, ingin bagaimana namaku digunakan olehmu, karena hubungan yang benar-benar aku inginkan, yang kita inginkan. Bukan, namaku digunakan olehmu karena kau akan menjadi adikku."

Terdiam.

Pernah mencintai seseorang hingga rasanya sangat sakit, teramat. Bukan karena disakiti, dilukai. Tapi, karena terlalu dicintai dan mencintai.

Dadanya begitu nyeri, sesak, berat. Melihat Sejin yang sama tersiksa sepertinya membuat gila. Bisakah dunia membantu mereka, mereka hanya ingin bersama. Cukup, hanya itu. Tapi, bukan berarti bersama dalam status yang bernamakan saudara tiri.

"Maafkan aku, tidak bisa memperjuangkan mu sebagaimana kamu memperjuangkan ku." Hyema bangkit, duduk dan melihat Sejin. Membawa bangun pria di depannya, Hyema kemudian menggenggam tangan kekasih tuanya. "Ahjussi, tidak sadarkah bagaimana aku bisa hidup, lagi? Semua karena mu, Ahjussi... Sulit untuk dijelaskan, kau benar-benar segalanya untukku. Kau seperti alpha bagiku, aku omeganya. Aku bukan hanya menginginkanmu. Aku benar-benar membutuhkanmu, ahjussi. Sudah jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, yang penting aku bisa bersama dengan ahjussi, sudah lebih dari cukup."

Hyema menarik napas. Benar-benar sesak. "Aku hanya ingin ahjussi bahagia, sudah ahjussi hanya perlu bahagia, harus bahagia. Aku selalu berdoa semoga kebahagiaan gemar menghampirimu hingga dia mau menetap di dalam dirimu."

Sumpah, demi Tuhan. Jika saja Sejin bisa melawan Ayahnya yang memang sangat salah itu. Andai saja Sejin bisa meruntuhkan pernikahan konyol itu. Andai saja, Sejin bisa membuat Hyema tidak menangis lagi.

Ini benar-benar membuat gila. Hyema yang sedang dipeluk, dan Sejin yang menepuk punggung kekasihnya pelan, menatap kosong kepada dunia. Hyema benar-benar sudah tidak tahu harus bagaimana. Dia hanya ingin sekarang dirinya dengan Sejin bahagia.

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang