BAB 25

129 78 105
                                    

Halo. Bagaimana kabarnya? Yang sekolah sudah semangat untuk daring? Beban sulit buat nulis nih, jadi harus bagi waktu lagi. Semangat ya, kita. :")

Ngerti pelajarannya enggak, pusing iya. Dasar daring.

Oh, ya! Aku ada rekomendasi lagu. Enak banget, kalau sudah selesai wabah covid ini, aamiin. Lagu itu cocok banget! Dengar ya!

Permission to Dance - BTS

Hyema tidak suka bangun pagi, tidak suka harus melewatkan paginya yang bisa bermanjaan dengan kasur yang bagai surga baginya. Hyema membenci dirinya harus melakukan ini. Pergi ke tempat yang sudah dicarinya. Tidak sebesar milik gedung anaknya. Tapi, penjagaannya juga tidak berbeda jauh. Hyema harus berpikir beratus-ratus kali lipat. Masalah tenaga pasti dia akan kalah dengan satpam yang menjaga dengan badan kekar, belum tatapannya seperti memandangi dirinya akan mencuri barang berharga saja. Walaupun ini masih bisa disebut pagi, tapi diwaktu seperti ini sudah bukan hal aneh banyak yang berkunjung.

"Ada apa nona?"

Hyema masih terdiam. Bingung untuk menjawab apa, ini perusahaan penerbit. Susah untuk dirinya bisa berbohong semudah itu. "Apa aku bisa bertemu dengan pemilik gedung ini? Pak Moon Hanwang?" tanyanya spontan saja, sulit berbohong.

Satpam itu tersenyum angkuh. "Untuk?"

Hyema tidak suka. Hyema benci diperlakukan seperti ini. Dirinya kembali berjalan menuju motornya, membuat satpam itu pergi. Hyema menjalankan motornya, kemudian mengelilingi bunderan air mancur dan mengemudikan motornya masuk dalam gedung. Membuat heboh para karyawan disana termasuk para satpam yang langsung menyingkir ketika melihat Hyema masuk dengan motornya. Masuk ke dalam gedung bersama motor birunya. Hal gila memang, tapi salah satu cara agar cepat masuk.

Langsung mengemudikannya masuk ke dalam elevator. Dipermudah, elevator masih terbuka setelah karwayan yang turun dan terkejut melihat motor yang masuk dengan cepat. "Ah! Ruangannya sempit aku tidak bisa memutarnya. Menyusahkan!"

Hyema turun sebentar dan menekan tombol menuju lantai paling atas. Untung saja tidak sulit seperti menuju ruangan kekasihnya yang memerlukan akses kartu tersendiri tersendiri. Karyawan yang sedang menunggu elevator terbuka dilantai 4 pun segera mundur dan berteriak sana-sini, terkejut. Ada motor besar keluar dari elevator, gila saja. Satpam belum ada yang mengejarnya hingga sekarang.

"Dimana ruang Moon Hanwang?!" Semua pegawai menunduk dan menyumput dibalik meja, bahkan ada yang lari menuju lantai bawah. Wanita didepan Hyema panik, suara motor yang berisik dan bagaimana ketika Hyema menyentaknya. Segera menelpon dan memberi tahu jika ada anak perempuan yang ingin menemui bosnya itu.

Hyema tersenyum. Menurunkan standar motor dan melepas helmet-nya. "Selamat sore Pak," ucap Hyema lalu menyibakkan rambutnya.

Pria hampir berumur 50 tahun itu melihat dari bawah ke atas. Hyema tersenyum asimetris. Harus sekali menunjukkan tatapannya yang seperti ini? Tua Bangka tidak tahu diri.

"Kau tidak mengenalku?" tanya Hyema karena pria yang bisa disebut ayah mertuanya itu tidak menjawab-jawab. Jas hitam dengan dasi yang terpasang rapi. Seperti anaknya, Ayah Moon Sejin memang sangat tampan, Hyema mengerti dan paham. Wanita mana yang tidak akan jatuh cinta kepada pria seperti ini.

"Tidak, apa kita pernah bertemu?"

Hyema mengeluarkan dompetnya. "Kau mengenalnya kan?" sambil memberikan satu foto.

Ayah Sejin melotot, terbatuk sebentar lalu menyuruh asistennya untuk menurunkan motor Hyema dan memanggil anak itu ke dalam ruangannya. Hyema berjalan mengikuti pria tua yang langsung dihormati pegawai ketika melewatinya, banyak omongan buruk kepada diri Hyema. Bahkan, disebut preman.

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang