EPILOGUE

177 42 106
                                    

Halo, bagaimana kabarnya? Cerita ini sudah tamat. Terima kasih yang sudah menemani dalam perjalanan Sagatares. Aku harap kalian mendapatkan banyak kebahagiaan, sebagaimana aku yang bahagia ketika kalian membaca ceritaku, memberi apresiasi melalui tombol bintang walau tahu aku masih belum sempurna, bahkan jauh untuk bisa disebut penulis pun.

Terima kasih, ya!

Abyss - Jin BTS

Kehilangan arah. Bagai tersesat di lorong hitam tak ada ujungnya, tak ada jalan keluarnya. Jalan keluarnya telah hilang, Moon Sejin telah kehilangan jalan keluar dalam bayang-bayang hitamnya. Tak tahu sampai kapan akan berjalan di lorong hitam tanpa teman, tanpa genggaman hangat kekasih kecilnya, tanpa suara melengking kekasih kecilnya, tanpa ada detak jantung yang berdetak bersama.

Tak ada lagi, tak ada yang menemani hidupnya lagi.

"Ahjussi! Apa yang kau lakukan?! Pergilah, kau harus menemui klien, bukan? Jangan menangis terus." Sejin mengusap pipi kekasihnya itu walau dalam bayang-bayang. Lee Hyema tetap berkunjung datang walau tidak bisa disentuh, digenggam, dipeluk.

Sejin tidak mengidap penyakit apapun. Jimin sebagai sekretaris sudah berulang kali membawa periksa ke manapun. Sejin sehat. Hanya saja, mungkin Hyema hanya bisa dilihat oleh Sejin.

Setiap kali menangis karena rindu, sendirian atau dirinya yang akan tidur. Lee Hyema pasti akan mendatangi Moon Sejin. Yang membuat pria itu selalu terbangun dalam keadaan mata bengkak. Entah keberapa kalinya Sejin menangis di dalam kamar yang membuat Hyema kewalahan sendiri.

"Ahjussi. Jangan menangis terus. Lepaskan aku, aku disini hanya akan membuatmu tersiksa."

Sejin lagi-lagi tersenyum dan mengusap pipi tak tersentuh itu. Lee Hyema berkacak pinggang. Memberikan wajah kesal. "Ahjussi. Lepaskan aku, ya?" Pria itu masih dalam posisi duduk dan menghadap ke dinding disebelahnya. Jimin tentu menyadari dari ruangan depan. Sejin selalu melihat Hyema itu Jimin percaya. Bagaimana wajah Sejin yang tiba-tiba tersenyum atau menangis. Bagaimana tangan Sejin yang terkadang terangkat seperti mengusap atau melingkar seperti memeluk.

Merindukan seseorang yang tak bisa ditemui itu adalah rasa sakit yang teramat dalam.

"Hyema."

"Apa? Ahjussi ingin meminta maaf lagi karena tidak bisa menyelamatkanku? Karena tidak bisa datang lebih awal? Ayolah ahjussi, jangan seperti ini terus! Kau harus hidup ayo hidup!"

"Tapi... Nyawaku adalah dirimu."

Sejin menepuk pahanya agar Hyema duduk diatasnya. Walau... masih saja tetap hanya bayangan kosong.

Sejin melingkarkan tangannya di pinggang Hyema. Mungkin jika kalian melihat yang sebenarnya itu hanya lengan yang melingkar kepada udara kosong yang menyakitkan. "Maafkan aku."

"Sudah ku bilang bukan! Jangan meminta maaf terus! Ahjussi ini jangan menjadi tuli, ya. Kau itu tampan masa menjadi tuli, sih!"

Sejin tertawa. Dirinya menatap Hyema. Merindukan bagaimana anak itu selalu manja, bertingkah konyol, galak.

Sejin ingin menggodanya, lagi.

Menyuruh Hyema memasangkan dasi, mengancingkan kemejanya, mengeringkan rambut basahnya, membuatkan kopi di pagi hari untuknya, tidur dengan pelukannya, terbangun dengan melihat wajah kekasihnya.

Moon Sejin ingin menjalani hidup seperti itu lagi.

"Aku merindukanmu."

"Aku benar-benar sangat ingin memelukmu, Hyema."

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang